Rabu, 15 Januari 2014

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TANAMAN



LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TANAMAN

Disusun untuk melengkapi tugas
Mata Kuliah Nutrisi Tanaman
Semester IV

Created by Dj








Disusun Oleh :
TONI SETIAWAN

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
Jalan Sriwijaya No. 3 Pekalongan
2012
KATA PENGANTAR


Assalamu alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah s.w.t yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada penyususn sehingga dapat menyelesaikan Makalah Responsi Praktikum Mata Kuliah Nutrisi Tanaman dengan baik.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Nutrisi Tanaman.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan praktikum ini, yaitu:
1.      Ibu. Ir. Pujiati Syarief. Mp
2.      Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Pertanian UNIKAL.
Atas bantuan yang diberikan, penyususn hanya dapat berharap semoga Allah s.w.t. memberikan balasan yang terbaik.
Walaupun demikian ,penyususn merasa bahwa makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekuranganya.Oleh karena itu ,penyususn mengarapkan kritik dari para pembaca atau siapapun yang berkenan.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb 



Pekalongan,   Juni  2010

                                                                                              Penyusun




DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................   ii
DAFTAR  ISI..................................................................................................... iii

ACARA I       MEDIA KULTUR JARINGAN
A.    Pendahuluan .........................................................................  1
B.     Komposisi Media Kultur Jaringan ........................................  2
C.     Pemilihan Media ...................................................................  4
D.    Kultur Jaringan dengan Media Ms 1 dan Ms 2..................... 9
ACARA II     BUDIDAYA KELENGKENG SECARA VEGETATIF
A.    Perkembangbiakan Tanaman ................................................  13
B.     Grafting Pada Tanaman Kelengkeng ....................................  16
ACARA III    FUNGSI UNSUR HARA MAKRO DAN GEJALA DEFISIENSI
A.    Fungsi Unsur Hara Makro.....................................................   19
B.     Gejala Defisiensi....................................................................   20
ACARA IV    PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN HORTIKULTURA
A.    Aplikasi Kompos Jerami untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Kacang         ..... 22
B.     Tujuan Pemberian Kompos Jerami Pada Tanaman Buncis....   25

DAFTAR PUSTAKA

ACARA I
MEDIA KULTUR JARINGAN

A.    Pendahuluan
Kultur jaringan merupakan sarana di dalam meningkatkan dan menggali potensi daerah yang berkaitan dengan biodiversity, dalam hal ini tumbuh-tumbuhan.  Dengan kultur jaringan dapat dihasilkan produk tanaman yang berkualitas, dalam jumlah besar, kontinu dan seragam.  Disamping itu kultur jaringan dapat digunakan didalam pemuliaan tanaman, baik dalam rangka menghasilkan bibit yang unggul untuk keperluan pertanian dan perkebunan maupun untuk menghasilkan metabolit sekunder (kandungan bioaktif yang berkhasiat obat)  untuk keperluan industri obat asli alam.
Kultur Jaringan akan sangat bermanfaat sekali bagi Pemda di dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dengan cara membantu meyediakan kebutuhan suplai bibit unggul untuk keperluan pertanian seperti sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias (bunga potong; anggrek, krisan) dan tanaman obat, maupun untuk keperluan perkebunan seperti pisang abaca, karet, sawi, cengkeh dll  demikian pula untuk keperluan kehutanan seperti  jati, pinus, Acacia mangium, gmelina, dll.
Kultur jaringan adalah sesuatu yang tidak sulit dan sangat mungkin di lakukan di daerah-daerah.  Kultur jaringan dapat dilakukan oleh siapapun  karena kultur jaringan menyangkut aspek keterampilan   Dan kultur jaringan dapat dilakukan dengan investasi yang relatif murah dibandingkan dengan hasil yang dapat dilakukan.  Dengan menggunakan metode-metode kultur jaringan yang sederhana yang mungkin untuk dilakukan dapat memberikan dampak yang sangat besar bagi peningkatan dibidang pertanian, perkebunan dan kehutanan.Kultur Jaringan Tanaman kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari seperti sekelompok atau yang ditumbuhkan dengan kondisi, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali




B.     Komposisi Media Kultur Jaringan
a.      Hara anorganik
Ada 12 hara mineral yang penting untuk pertumbuhan tanaman dan beberapa hara yang dilaporkan mempengaruhi pertumbuhan in vitro. Untuk pertumbuhan normal dalam kultur jaringan, unsur – unsur penting ini harus dimasukkan dalam media kultur. Perbandingan 5 media pada Tabel 12.1 memperlihatkan bahwa unsur esensial ini dimasukkan pada masing – masing media tapi konsentrasinya berbeda karena diberikan dalam bentuk yang berbeda.
b.      Hara organik
Tanaman yang tumbuh dalam kondisi normal bersifat autotrof dan dapat mensintesa semua kebutuhan bahan organiknya. Meskipun tanaman in vitro dapat mensintesa senyawa ini, diperkirakan mereka tidak menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan yang sehat dan satu atau lebih vitamin mesti ditambahkan ke media. Thiamin merupakan vitamin yang penting, selain itu asam nikotin, piridoksin dan inositol biasanya ditambahkan.Selain bahan organik tersebut, bahan kompleks seringkali ditambahkan, termasuk ekstrak ragi, casein hydrolysate, air kelapa, jus jeruk, jaringan pisang, dan lain – lain. Penambahan bahan kompleks ini menghasilkan media yang tak terdefinisi. Dengan penelitian yang cukup, semestinya bahan kompleks ini dapat diganti dengan zat tertentu, mungkin tambahan suatu vitamin atau asam amino.
c.       Sumber karbon
Tanaman dalam kultur jaringan tumbuh secara heterotrof dan karena mereka tidak cukup mensintesa kebutuhan karbonnya, maka sukrosa harus ditambahkan ke dalam media. Sumber karbon ini menyediakan energy bagi pertumbuhan tanaman dan juga sebagai bahan pembangun untuk memproduksi molekul yang lebih besar yang diperlukan untuk tumbuh.Biasanya sukrosa pada konsentrasi 1 – 5% digunakan sebagai sumber karbon tapi sumber karbon lain seperti glukosa, maltosa, galaktosa dan laktosa juga digunakan. Ketika sukrosa diautoklaf, terjadi hidrolisis untuk menghasilkan glukosa dan fruktosa yang dapat digunakan lebih efisien oleh tanaman dalam kultur.

d.      Agar
Umumnya jaringan dikulturkan pada media padat yang dibuat seperti gel dengan menggunakan agar atau pengganti agar sperti Gelrite atau Phytagel. Konsentrasi agar yang digunakan berkisar antara 0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar menjadi sangat keras, sedikit sekali air yang tersedia, sehingga difusi hara ke tanaman sangat buruk. Agar dengan kualitas tinggi seperti Difco BiTek mahal harganya tapi lebih murni, tidak mengandung bahan lain yang mungkin mengganggu pertumbuhan. Pengganti lain seperti gelatin kadang – kadang digunakan pada lab komersial.Gel sintetis diketahui dapat menyebabkan hyperhidration (vitrifikasi) yang merupakan problem fisiologis yang terjadi pada kultur. Untuk mengatasi masalah ini, produk baru bernaman Agargel telah diproduksi ole Sigma. Produk ini merupakan campuran agar dan gel sintetis dan menawarkan kelebihan kedua produk sekaligus mengurangi problem vitrifikasi. Produk ini dapat dibuat di lab dengan mencampurkan 1 g Gelrite (Phytagel) dengan 4 g agar sebagai agen pengental untuk 1 L media.
e.       pH
pH media biasanya diatur pada kisaran 5.6 – 5.8 tapi tanaman yang berbeda mungkin memerlukan pH yang berbeda untuk pertumbuhan optimum. Jika pH lebih tinggi dari 6.0, media mungkin menjadi terlalu keras dan jika pH kurang dari 5.2, agar tidak dapat memadat.
f.       Zat Pengatur Tumbuh
Pada media umumnya ditambahkan zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh akan dibahas tersendiri pada minggu 13.
g.      Air
Air distilata biasanya digunakan dalam kultur jaringan, dan banyak lab menggunakan aquabides (air destilata ganda). Beberapa lab, dengan alasan ekonomi, menggunakan air hujan, tapi ini menyebabkan sulit mengontrol kandungan bahan organik dan non-organik pada media.



C.    Pemilihan Media
Jika tidak ada informasi awal, biasanya mulai dengan media MS (Murashige dan Skoog 1962). Media ini mengandung konsentrasi garam dan nitrat yang lebih tinggi dibandingkan media lain, dan telah sukses digunakan pada berbagai tanaman dikotil. Untuk inisiasi kalus, 2.4-D ditambahkan ke media dengan konsentrasi 1 – 5 mgL-1. Untuk multiplikasi tunas, sitokinin seperti BAP ditambahkan dan juga diberi auksin, seperti NAA pada konsentrasi yang rendah. Untuk inisiasi akar, IBA pada konsentrasi 1 – 2 mgL-1 ditambahkan. Faktor yang paling sulit ditentukan dalam kultur jaringan adalah zat pengatur tumbuh dan biasanya perlu melakukan penelitian kecil untuk menentukan konsentrasi terbaik yang akan digunakan. Ada 2 pendekatan: Pendekatan pertaman adalah dengan menggunakan media dasar MS dan meneliti kisaran dua zat pengatur tumbuh yang berbeda. Lihat table 12.1.
Tabel 12.1 Pendekatan eksperimental untuk memilih konsentrasi yang paling tepat dari BAP dan NAA sebagai tambahan pada media MS berisi 2% sukrosa dan 0.8% agar, Dimodifikasi dari Bhojwani dan Razdan (1983).

BAP (mg/L)
NAA (mg/L)
0
0.5
2.5
5.0
0
1
2
3
4
0.5
5
6
7
8
2.5
9
10
11
12
5.0
13
14
15
16
Pendekatan kedua adalah dengan menggunakan metode yang lebih luas menurut deFossard (1976) diaman 4 kategori, mineral, auksin, organik dan sitokinin diuji masing – masing pada 3 konsentrasi. Percobaan yang besar ini memerlukan 81 perlakuan yang berbeda dan sangat menghabiskan waktu tapi mungkin diperlukan untuk beberapa tanaman yang sangat sulit dikulturkan.


a.      Persiapan Media
Media yang paling banyak digunakan adalah Murashige dan Skoog (1962). Cara yang paling mudah untuk menyiapkan media MS adalah dengan membeli prepacked media yang banyak dijual secara komersial.
Berikut adalah hal – hal penting yang mendasar dalam pembuatan media :
1.      Sebelum memulai, siapkan lembar media dan tentukan media apa dan berapa banyak yang akan anda buat. Tulis informasi ini pada lembar kerja dan periksa setiap langkah sambil anda bekerja. Tanda tangani dan tulis tanggal pada lembar kerja dan letakkan pada notebook. Anda dapat menuliskan komentar tentang apa saja yang tidak biasa atau penting yang terjadi pada saat anda membuat media.
2.      Cuci alat gelas dengan air destilata sebelum mulai menyiapkan media.
3.      Ukur kira – kira 90% dari volume akhir air destilata, misalnya 900 ml untuk volume akhir 1 liter, lalu masukkan ke dalam beaker.
4.      Jika anda akan memanaskan larutan, pastikan anda menggunakan alat tahan panas.
5.      Sambil mengaduk air, perlahan masukkan bubuk MS dan aduk hingga benar – benar larut. Cuci bagian dalam paket MS dengan air destilata untuk mengambil sisa – sisa bubuk dan masukkan ke larutan media.
6.      Masukkan bahan tahan panas lainnya – stok GM,myo-inositol, sucrose, BA, aduk rata.
7.      Atur pH media menggunakan NaOH, HCl, or KOH.
8.      Buat volume akhir media dengan menggunakan labu takar
9.      Jika menggunakan agar, masukkan ke dalam campuran media sebelum diautoklaf.
10.  Media harus selalu diautoklaf dalam wadah dengan ukuran 1 1/2 x atau 2x lebih besar dari volume media agar media tidak tumpah.
11.  Tuangkan media sesuai kebuthan sebelum diautoklaf atau sesudah diautoklaf, tergantung kebutuhan.
12.  Tutup wadah pada saat diautoklaf, tapi jangan terlalu erat, agar ada pertukaran udara.
13.  Media disterilisasi dengan mengautoklaf pada 1 kg/cm2 (15 psi), 121º C selama kurang lebih 30 menit. Volume yang lebih besar (200 ml atau lebih) mungkin memerlukan waktu yang lebih lama. Gunakan exhaust yang lambat.
14.  Biarkan media mendingin hingga 55º C sebelum menambahkan bahan – bahan yang tidak tahan panas (acetosyringone, claforan, kanamycin).
15.  Media dituangkan ke petri dish biasanya dengan volume 25 ml per petri. Ini akan menghasilkan sekitar 40 petri per liter media.
16.  Dinginkan media di dalam laminar. Jangan pindahkan petri yang telah diisi media sampai petri tersebut dingin.
17.  Simpan media yang sudah dingin di refrigerator.
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap persenyawaan. Media dasar yang sering digunakan dalam kultur jaringan Anthurium sendiri adalah media MS dan modifikasinya ( Pierik et al.,1974; Pierik dan Steegmans, 1976;Kunisaki, 1980; Kuenhle et al., 1992; Chen et al; Hamidah et al., 1997; Teng, 1997;2 ; Rachmawati, 2005), media Nitsch dan modifikasinya (Geir, 1986, 1987, 1988).
Pada umumnya komposisi utama media tanam kultur jaringan, terdiri dari hormon (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro, unsur mikro. Hasil yang lebih baik akan dapat kita peroleh bila, kedalam media tersebut, ditambahkan vitamin, asam amino, dan hormon, bahan pemadat media (agar), glukosa dalam bentuk gula maupun sukrosa, air destilata (akuades), dan bahan organik tambahan.


b.      Zat Pengatur Tumbuh
Adalah persenyawaan organik selain dari nutrient yang dalam jumlah yang sedikit (1mM) dapat merangsang, menghambat, atau mengubah pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Moore, 1979 dalam Gunawan, 1992). Zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam kultur jaringan diperlukan untuk mengendalikan dan mengatur pertumbuhan kultur tanaman. Zat ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan, dan organ. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan dan tahap pengkulturan. Secara umum, zat pengatur tumbuh yang digunakan dalam kultur jaringan ada tiga kelompok besar, yaitu auksin, sitokinin, dan giberelin.
Auksin
Digunakan secara luas dalam kultur jaringan untuk merangsang pertumbuhan kalus, akar, suspensi sel dan organ (Gunawan, 1992) Contoh hormon kelompok auksin adalah 2,4 Dikloro Fenoksiasetat (2,4-D), Indol Acetid Acid (IAA), Naftalen Acetid Acid (NAA), atau Indol Buterik Asetat (IBA). Golongan sitokinin berperan untuk menstimulus pembelahan sel dan merangsang pertumbuhan tunas pucuk. Menurut Gunawan (1992), golongan ini sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Sitokinin yang biasa digunakan dalam kultur jaringan adalah kinetin, ziatin, benzilaminopurine (BAP). Dan giberelin untuk diferensiasi atau perbanyakan fungsi sel, terutama pembentukan kalus. Hormon kelompok giberelin adalah GA3, GA2, dan GA1.
Penggunaan hormon tersebut harus tepat dalam perhitungan dosis pemakaian, karena jika terlalu banyak maupun terlalu sedikit dari dosis yang diperlukan justru akan menghambat bahkan berdampak negatif terhadap tanaman kultur. Karena interaksi antar hormon dalam suatu media sangat berpengaruh dalam diferensiasi sel.
Kebutuhan nutrisi mineral untuk tanaman yang dikulturkan secara in-vitro pada dasarnya sama dengan kebutuhan hara tanaman yang ditumbuhakan di tanah. Unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman di lapangan merupakan kebutuhan pokok yang harus tersedia dalam media kultur jaringan. Antara lain adalah unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur-unsur hara tersebut diberikan dalam bentuk garam-garam mineral. Komposisi media dan perkembangannya didasarkan pada pendekatan masing-masing peneliti.
Unsur hara makro adalah hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak. Hara makro tersebut meliputi, Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Sulfur (S), Magnesium (Mg), dan Besi (Fe). Kegunaan unsur hara makro tersebut dalam kultur jaringan menurut Qosim, 2006 dalam Sukarasa, 2007 adalah sebagai berikut:
a.       Nitrogen (N) diberikan dalam bentuk NH4NO3, NH2PO4, NH2SO4.
Berfungsi untuk membentuk protein, lemak, dan berbagai senyawa organik lain, morfogenesis (pertumbuhan akar dan tunas), pertumbuhan dan pembentukan embrio, pembentukan embrio zigotik dan pertumbuhan vegetatif.
b.      Fosfor (P), diberikan dalam bentuk KH2PO4 Berfungsi untuk metabolisme energi, sebagai stabilitor membran sel, pengaturan metabolisme tanaman, pengaturan produksi pati/amilum, pembentukan karbohidrat, sangat penting dalam transfer energi, protein, dan sintesis asam amino serta konstribusi terhadap struktur dan asam nukleat.
c.       Kalium (K), diberikan dalam bentuk CaCl2.2H2O Berfungsi untuk pemanjangan sel tanaman, memperkuat tubuh tanaman, memperlancar metabolisme dan penyerapan makanan, ion kalsium ditransfer secara cepat menyebrangi membran sel dan mengatur pH dan tekanan osmotik di antara sel.
d.      Kalsium (Ca), diberikan dalam bentuk CaCl2.2H2O Berfungsi untuk merangsang bulu-bulu akar, penggandaan atau perbanyakan sel dan akar, pembentukan tabung polen, dinding dan membran sel lebih kuat, tahan terhadap serangan patogen, mengeraskan batang, memproduksi cadangan makanan.
e.       Sulfur (S) Unsur S merupakan unsur yang penting untuk pembentukan beberapa jenis protein, seperti asam amino dan vitamin B1. Unsur S juga berperan penting dalam pembentukan bitil-bintil akar.
f.       Magnesium (Mg), diberikan dalam bentuk MgSO4.7H2O. Berfungsi untuk meningkatkan kandungan fosfat, pembentukan protein.
g.      Besi (Fe), diberikan dalam bentuk Fe2(SO4)3;FeSO4.7H2O Berfungsi sebagai penyangga (chelatin agent) yang sangat penting untuk menyangga kestabilan pH media selama digunakan untuk menumbuhkan jaringan tanaman.Pada tanaman, Fe berfungsi untuk pernapasan dan pembentukan hijau daun.
D.    Kultur Jaringan dengan Media Ms 1 dan Ms 2

a.      Khemikalia Ms 1 dan Ms 2 untuk 10 liter
 
STOK
Ms1
Ms2
Aquades
A   NH4NO3
16,5 gr
16,5 gr
500 cc
B   KNO3
19    gr
19    gr
500 cc
C   CaCL2 2H2O
4,4 gr
4,4   gr
500 cc




D  1 H3BO3
0,062 gr
0,062 gr
100 cc
     2 KH3PO4
1,7     gr
1,7    gr
100 cc
     3 COCL2 6H20
0,013 gr
0,013 gr
100 cc
     4 NaMO4 H2O
0,025 gr
0,025 gr
100 cc
     5 KL
0,083 gr
0,083 gr
100 cc




E  1 MaSO4.6H2O
3,7     gr
3,7     gr
100 cc
     2 Zn SO4.7H2O
0,086 gr
0,086 gr
100 cc
     3 CuSO4.5H2O
0,013 gr
0,013 gr
100 cc
     4 MnSO4.7H2O
0,233 gr
0,233 gr
100 cc




F  1 Na2 EDTA
0,0372 gr
0,0372 gr
100 cc
    2 FeSO4.7H2O
0,0278 gr
0,0278 gr
100 cc




G  1 INOSITOL
0,01 gr
0,01 gr
100 cc
     2 THIAMIN
0,04 gr
0,04 gr
100 cc
     3 PYRIDOXIN
0,04 gr
0,04 gr
100 cc
     4 BIOTIN
0,02 gr
0,02 gr
100 cc




H  1  2,4 D
0,03 gr
-
50 cc
     2  1   AA
-
0,02 gr
50 cc




* AGAR-AGAR
80
80
-
* SUKROSA
300
300
-
* AIR KELAPA
1000 Liter
1000 Liter
-


b.      Proses Pembuatan Agar































Ms adalah media modifikasi dari murashige dan skoog.
Sebelum pembuatan media agar siapkan peralatan dan bahan, dibersihkan terlebih menggunakan alcohol 100 % dahulu diantaranya adalah:
1.      Gelas piala
2.      Autoklaf
3.      Tabung reaksi
4.      Aquades
5.      Air kelapa
6.      Timbangan magnetik
7.      Alkohol

Ø  Untuk pembuatan media yang berjumlah 10 liter dibutuhkan waktu 3 hari.
Ø  Kadar alcohol yang dipakai mencapai 95 %.
Ø  Penanaman Ms 1 dibutuhkan waktu seminggu untuk penanaman eksplan.
Ø  Untuk penanaman Ms2 dibutuhkan waktu 3 hari dan siap ditanam.
Ø  Ms1 untuk kalus, sedangkan planlet menggunakan Ms2 atu untuk memindahkan dari Ms1.
Ø  Eksplan tumbuh selama 1 ½ bulan, sedangkan Ms2 membutuhkan 3 bulan dengan cahaya yang penuh.

Kelemahanya untuk masing-masing agar yang digunakan adalah :
Ø  Ms2 lebih cepat terkontaminasi bakteri dari luar karena pengambilan kalus waktunya sangat lama karena harus dipilih.

Ciri-Ciri Kalus yang baik adalah sebagai berikut :
Ø  Seperti bunga kol berwarna kuning putih dan melepaskan sendiri dari eksplan, tanpa diambil dengan jarum ose.


Air kelapa yang dipakai adalah menggunakan kelapa yang masih muda dan berwarna hijau, daun pada planlet berwarna hijau merupakan kurangnya FESO4 7H2O.
NaOH 1 gr + 250 cc aquades sama dengan NaOH 0,01 N-,sedangkan NaOH digunakan untuk melarutkan hormone 1 AA didalam freezer selama 1 minggudan dapat dipakai 2,4 P didalam freezer selama 2 minggu, dengan pH rata-rata 5,8 jika kurang + NaOH dan jika lebih + KL

c.       Pembuatan Agar
1)      Untuk media Ms1 dan Ms2 bahan ditimbang digunakan untuk 10 liter, sedangkan hormone diletakan pada tempat sendiri yaitu pada elenmeyer.
2)      Stok A dan B dikocok dan diambil 50 ml, dan dimasukan kedalam gelas piala.
3)      Stok A dan B dimasukan, campurkan air kelapa dan aquades diputar pada timbangan magnetic dengan kecepatan 5 rpm / sekitar 5 menit.
4)      Aquades dan sukrosa yang bermerek gulaku karena gulaku tidak meninggalkan endapan sedangkan gula lokal meninggalkan endapan, setelah itu dimasukan pada larutan no 4.
5)      Sebelum dilarutkan menggunakan aquades 50 cc, hormon 50 cc dimasukan terlebih dahulu untuk 10 liter,semua bahan diputar dengan kecepatan 7 s/d 8 rpm dengan waktu 7 menit.
6)      Semua cairan 750 cc dimasukan hingga sebanyak 8 gr.
7)      Aquades dicampur dan dimasukan kedalam larutan sampai 1 liter, kemudian ditutup dengan alumunium foil diikat, kemudian masukan dalam autoklaf, tutup rapat-rapat, tekanan yang diperlukan adalah 250 skal dengan waktu 45 menit + 15 menit agar matang betul.
8)      Pada waktu menurunkan harus hati-hati agar suhu didalam dan diluar sama, kemudian dikocok agar larutan agar rata. Untuk Ms1 1 liter larutan akan menjadi sekitar 70 tabung, sedangkan untuk Ms2 sekitar 30 tabung, untuk Ms1 rata-rata 113 cc.
9)      Setelah ditaruh ditabung, kemudian dinasukan lagi ke autoklaf kembali selam 1 jam, setelah itu ditata dan dimasukan kedalam rak. Untuk Ms1 diletakan dengan berdiri dan Ms2 diletakan miring agar daerah pertumbuhan luas.               


ACARA II
BUDIDAYA KELENGKENG SECARA VEGETTIF

A.   Perkembangbiakan Tanaman
Seperti layaknya mahluk hidup lainnya, tanaman juga dapat berkembang biak. Perkembangbiakan tanaman secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu perkembangbiakan secara alami dan juga buatan.
Perkembangbiakan alami adalah perkembangbiakan tanaman oleh tanaman itu sendiri secara alami atau dibantu oleh alam. Sedangkan perkembangbiakan secara buatan adalah perkembangbiakan tanaman yang mendapat campur tangan manusia.
Tanaman berkembangbiak secara alami melalui berbagai macam cara. Tanaman berkembangbiak secara alami dengan 2 cara yaitu generatif dan vegetatif. Generatif adalah bahwa tanaman tersebut berkembang biak secar kawin, yaitu bertemunya sel jantan yang terdapat pada benang sari dan sel betina yang terdapat pada putik. Bertemunya 2 sel ini nantinya akan menghasilkan buah yang berbiji 2 yaitu dikotil. Tanaman yang dikembangbiakkan melalui cara ini biasanya memiliki sifat genetis yang berbeda dari tanaman induk dan biasanya mengalami kemunduran.
Perkembangbiakan secara vegetative dapat terbentuk dari sel jaringan nucellus, serta terbentuknya tanaman dari bagian bagian khusus yaitu umbi, rhizome, runner dan anakan. Perkembangbiakan dengan terbentuknya umbi juga terbagi menjadi beberapa cara yaitu umbi lapis seperti terbentuknya bawang dan bunga tulip, umbi sisik seperti terbentuknya bunga gladiol, umbi batang seperti terbentuknya kentang dan umbi akar seperti terbentuknya ubi jalar.
Perkembangbiakan secara vegetative alami dengan rizhoma terlihat pada terbentuknya jahe, sedangkan akar rimpang atau runner atau batang menjalar pada permukaan tanah adalah seperti terbentuknya strawberry. Untuk perkembangbiakan dengan anakan contohnya nanas, pisang, salak, dan lidah buaya. Anakan yang telah tumbuh harus segera dipisah dari induknya dengan hati-hati supaya tidak merusak tanaman induk dan akar anakan tersebut.
Perkembangbiakan dengan campur tangan manusia adalah rundukan, cangkok, stek, okulasi, sambung pucuk, penyusuan dan kultur jaringan. Perkembangbiakan dengan rundukan adalah cara perkembangbiakan dengan cara membengkokkan cabang dan dibenamkan ke dalam tanah dengan melukai bagian cabang yang akan dibenamkan untuk mempercepeat tumbuhnya akar. Perkembangbiakan seperti ini adalah perkembangbiakan dari tanaman melati, jambu monyet dan ketimun.
Perkembangbiakan buatan yang banyak dikenal oleh masyarakat lainnya adalah cangkok. Tanaman berkayu hampir semuanya dapat dicangkok dan pengerjaan cangkok sebenarnya sangat mudah, hanya saja perlu memperhatikan beberapa hal saja yaitu waktu mencangkok, pemilihan batang dan pemeliharaan cangkokan. Pilihlah batang yang tidak terlalu tua, kuat, subur dan tidak mengandung penyakit. Lebih bagus lagi bila banyak buahnya. Cangkok baik dilakukan pada saat musim penghujan. Selain cangkok, stek jugatermasuk perkembangbiakan buatan yang mudah untuk dilakukan.
Anda dapat memisahkan atau memotong beberapa bagian tanaman untuk menghasilkan bibit tanaman yang banyak dalam waktu singkat. Beberapa macam stek adalah stek akar untuk mengembangkan jambu biji, cemara, sukun, stek batang untuk kentang, ubi jalar, stek cabang untuk mangga, rambutan, jeruk, kopi, dan teh serta stek daun untuk begonia, sanseviera dan cocor bebek. Untuk anda yang menginginkan hasil perkembangbiakan yang hasilnya bagus dapat memilih okulasi untuk mengembangbiakkan tumbuhan.
Okulasi dapat dilakukan dengan menempelkan mata tunas diambil dari tanaman induk yang unggul dan ditempel ke tumbuhan yang berakar kuat. Sayangnya okulasi membutuhkan waktu lama untuk berhasil, kira-kira 12-24 bulan. Pilihan lainnya adalah sambung pucuk yaitu cara yang menempelkan batang induk untuk disambung dengan batang bawah yang ditanam dari biji. Untuk tanaman buah atau tanaman yang sulit dikembangbiakkan dengan cara lain, penyusuan merupakan cara yang paling cocok. Penyusuan dilakukan dengan cara menyambung 2 buah batang yang sama besar yang telah disayat miring dan diikat sampai kira-kira 3 minggu setelah itu ikatannya bisa dilepas.
Sampai saat ini perkembangbiakan tanaman berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi. Para peneliti di seluruh dunia menaruh perhatian khusus terhadap penelitian perkembangbiakan tanaman untuk menghasilkan tanaman baru supaya mendapatkan hasil tanaman yang terbaik. Penelitian di bidang pangan berupaya untuk menghasilkan tanaman pangan dengan kualitas nomor satu untuk mendapatkan bibit unggul.
Bibit tanaman yang terbaik dapat menjadi komoditas ekspor yang berujung dengan bertambahnya kas negara dari devisa yang dihasilkan. Kultur jaringan merupakan hasil dari perkembangan teknologi pertanian yang dapat menghasilkan bibit unggul serta varietas baru. Kultur jaringan juga dapat dilakukan untuk pelestarian jenis tanaman tertentu yang mulai langka. Kultur jaringan memerlukan pendidikan khusus yang dilatarbelakangi dengan pendidikan kimia dan biologi. Untuk melakukan kultur jaringan diperlukan media dengan berbagai bahan campuran seperti garam mineral, asam amino, gula vitamin dan hormone tumbuhan yang dilakukan dalam keadaan suci hama.

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor genetis merupakan faktor yang terdapat dalam tanaman seperti benis, varietas, hormone serta lainnya. Sedangkan faktor lingkungan adalah faktor seperti keadaan tanah, iklim, cuaca, suhu, air dan udara. Seperti mahluk hidup lainnya, tanaman juga dapat beradaptasi dengan lingkungan serta perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan fisiologis, atau morfologis.
Tanaman sebenarnya memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap perubahan iklim, hama penyakit, absorbsi tanah serta pembatasan respirasi yang ditunjukkan dengan perubahan struktur tubuh tanaman tersebut. Adaptasi tanaman dapat berlangsung dengan baik bila tanaman dipindahkan dari tempat lain ke tempat yang kondisinya hampir serupa. Walaupun telah ada rekayasa pengetahuan dan teknologi namun supaya proses pertumbuhan tanaman dapat berlangsung dengan baik maka hendaknya jangan memindahkan tanaman ke tempat yang kondisinya benar-benar berbeda.

B.   Grafting Pada Tanaman Kelengkeng
Grafting atau yang lebih dikenal dengan sambung pucuk adalah merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Grafting sendiri biasanya dilakukan dengan menyambung entres tanaman (batang atas) dari indukan atau varietas yang unggul, sedang batang bawahnya dipilih dari biji yang mempunyai sifat tahan penyakit dan adaptif terhadap lingkungan.
Salah satu tanaman yang bisa dikembang biakan dengan grafting ini adalah kelengkeng. Batang bawah yang digunakan untuk lengkeng berasal dari biji, sedang entres atau batang atasnya dipilih jenis lengkeng yang produktif dan cepat berbuah seperti jenis lengkeng dataran rendah Diamond River, Pingpong, Itoh dan lainnya.
Yang perlu dijadikan catatan, grafting lengkeng memerlukan ketrampilan dan latihan berulang-ulang untuk mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi, oleh karena lengkeng memiliki kulit batang yang sangat tipis dibanding tanaman lainnya seperti kopi, jambu air ataupun lainnya.
Tapi jangan khawatir, berkat latihan, latihan dan terus latihan serta berbagai informasi dari berbagai sumber, berikut saya berikan kunci dalam grafting lengkeng :
·         Pilih batang bawah yang cukup berkayu dan dalam kondisi vegetatif yang bagus, ditandai dengan keluarnya tunas muda. Hal ini dapat diperoleh dengan jalan melakukan pemupukan 2 minggu sebelum batang bawah di sambung
·         Untuk entres pilih juga yang dalam masa vegetatif bagus, ditandai juga dengan adanya tunas muda. Dan ingat jangan pilih entres yang terlalu muda, masih hijau ataupun kemerahan. Pilih yang muda menuju proses tua, buang ujung yang masih terlalu muda. Sebagai tips tambahan, 2 minggu sebelum pengambilan entres, pangkas daunnya agar merangsang pertumbuhan tunas baru.
·         Kulit batang bawah dan entres harus ketemu, jika mungkin batang atas dan bawah harus seimbang
·         Gunakan pisau yang tajam dan bila perlu steril
·         Plastik pengikat usahakan gunakan plastik es yang bersih, demikian juga untuk plastik penutupnya
·         Usahakan waktu grafting pagi atau sore hari dan dilakukan ditempat yang teduh (dibawah naungan), jangan waktu kondisi terik.
Berikut tahapan untuk sambung pucuk lengkeng
1.      Siapkan alat seperti pisau grafting, gunting tanaman, plastik pengikat dan sungkup
2.      Pilih batang bawah yang siap di sambung demikian juga batang atas / entres, usahakan keduanya memiliki ukuran yang seimbang.
3.      Ujung batang bawah dipotong pada ketinggian 10-20 cm dari permukaan tanah
4.      Belah batang bawah dengan pisau sedalam kurang lebih 3-4 cm membentuk huruf V
5.      Potong cabang enters sepanjang 4-7 cm (2-3 mata tunas), sayat bagian pangkal dikedua sisinya sehingga membentuk baji sepanjang 2-3 cm. Usahakan sayatan ini mulus atau datar
6.      Sisipkan batang atas ke dalam celah batang bawah hingga benar-benar menyatu. Disinilah letak kunci keberhasilan utama grafting. Dengan penggunaan pisau yang tajam dalam membelah batang bawah dan menyayat entres, diharapkan pada penyisipan ini kedua bagian dapat menyatu dengan sempurna. Sebab salah sedikit dapat dipastikan grafting akan gagal. Sebagai tips, konsentrasikan penyatuan kulit kedua bagian (batang atas dan entres) hanya pada satu sisi saja, abaikan sisi yang lain bila sudah kita dapatkan satu sisi menyatu dengan sempurna. Sebab bila kita menghendaki semua sisi menyatu sempurna akan susah dilakukan karena ukuran entres dan batang bawah tidak mungkin persis sama. Paling tidak inilah kesimpulan saya selama melakukan grafting lengkeng.
7.      Hasil sambungan ditali menggunakan plastik mulai dari sambungan bawah sampai kesambungan atas dan berakhir ke bawah lagi lalu diikat erat. Pengikatan / pembungkusan plastik bisa juga dilakukan sampai ke entres, dengan maksud agar entres terhindar dari proses penguapan yang berlebih
8.      Sungkup hasil sambungan dengan plastik es dan tempatkan ditempat teduh atau dibawah shading net.
9.      Dalam jangka waktu 3-4 minggu sambungan yang berhasil akan keluar tunas muda, saat inilah plastik sungkup boleh dibuka, tapi jangan tempatkan tanaman dibawah sinar matahari langsung. Tempatkan ditempat yang ternaungi dulu selama kurang lebih 2 minggu.
Dengan berpedoman pada hal yang telah diuraikan diatas, yang dahulu pada awalnya tingakat keberhasilan saya dalam grafting lengkeng 0 % kini menjadi lebih dari 60 %.
























ACARA III
FUNGSI UNSUR HARA MAKRO DAN GEJALA DEFISIENSI

A.    Fungsi Unsur Hara Makro
Banyak para hobiis dan pencinta tanaman hias, bertanya tentang komposisi kandungan pupuk dan prosentase kandungan N, P dan K yang tepat untuk tanaman yang bibit, remaja atau dewasa/indukan. Berikut ini adalah fungsi-fungsi masing-masing unsur tersebut :
Nitrogen ( N )
1.      Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
2.      Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri
3.      Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman
4.      Merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau ) seperti daun
5.      Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.
Fosfor ( P )
1.      Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman
2.      Merangsang pembungaan dan pembuahan
3.      Merangsang pertumbuhan akar
4.      Merangsang pembentukan biji
5.      Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel
6.      Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan ( kurang sehat
Kalium ( K )
Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air. Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah,  daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.
Unsur Hara makro maupun mikro walaupun berbeda dalam jumlah kebutuhanya,namun dalam fungsi pada tanaman,masing-masing unsur sama pentingnya dan tidak bisa digantikan satu sama lain.kalau diilustrasikan ibarat roda mobil dengan setir /kemudi.dalam junlah kebutuhan ,roda dibutuhkan lebih banyak daripada kemudi,namun dari segi kepentinganya,roda tidak dapat mengalahakan kemudi.dalam hal ini unsur hara mempunyai fungsi dan peran khusus sendiri-sendiri terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman,sehingga ketika terjadi kekurangan salah satu dari unsur hara tersebut maka akan mengakibatkan tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Unsur Hara yang diberikan pada tanaman sebaiknya sudah dalam bentuk ion seperti: NH,HPO,K,Mg,SO, dan lain-lain agar langsung dapat diserap tanaman

B.     Gejala Defisiensi
a.      Defisiensi Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur mobil dalam tanaman, oleh karena itu gejala kekurangannya akan dimulai pada daun-daun yang lebih tua. Gejala berupa menguningnya daun, kadang-kadang disertai dengan berubahnya warna daun menjadi kemerahan akibat terbentuknya anthocyanin. Pertumbuhan tanaman akan terhambat, dan bentuk daun tidak normal
b.      Defisiensi Fosfor
Tumbuhan membutuhkan fosfor pada semua tahap dalam perkembangannya. Kebutuhan fosfor paling besar adalah pada saat pembentukan biji dan perkembangan awal. Jika ketersediaan fosfor terbatas, fosfor akan ditranslokasikan dari jaringan tua ke jaringan muda pada tumbuhan, seperti daun, akar, dan titik-titik tumbuh lain. Tumbuhan yang kekurangan fosfor memiliki akar yang lemah dan memiliki daun yang berukuran kecil, gelap, dan berwarna abu-hijau. Daun tua yang berada di dasar tangkai berwarna kuning terang. Daun yang berada tepat diatas daun tua tersebut berwarna hijau tua. Urat daun berwarna cokelat pada daun dewasa.


c.       Defisiensi Kalium
Defisiensi kalium tidak menunjukkan gejala yang jelas, awalnya hanya pengurangan laju pertumbuhan, setelah lanjut diikuti oleh klorosis dan nekrosis. Umumnya mulai nampak pada daun tua, karena K+ yang mobil ditransport dari daun tua ke jaringan yang lebih muda. Turunnya turgor apalagi pada kondisi stres air menyebabkan tanaman lembek. K+ juga dapat meningkatkan resistensi tanaman terhadap beberapa penyakit.
























ACARA IV
PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN HORTIKULTURA

A.    Aplikasi Kompos Jerami untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Kacang Buncis

Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran polong yang memiliki banyak manfaat. Sebagai bahan sayuran, polong buncis dapat dikonsumsi dalam keadaan muda atau dikonsumsi bijinya. Polong buncis yang dipetik pada saat masih muda memiliki rasa agak manis sehingga sangat cocok untuk bahan sayuran.
Buncis memiliki potensi ekonomi yang sangat baik, sebab peluang pasarnya cukup luas yaitu untuk sasaran pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Ekspor buncis dapat berupa polong segar, polong yang dibekukan maupun bijinya (kacang jogo). Buncis mempunyai peranan yang sangat besar terhadap pendapatan petani, peningkatan gizi masyarakat, pendapatan negara melalui ekspor, pengembangan agribisnis, dan perluasan kesempatan kerja (Setianingsih dan Khaerodin, 2003).
Kebutuhan masyarakat akan buncis terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk. Hasil survei pertanian yang dilakukan pada tahun 1990 dengan jumlah penduduk 179.332.000 jiwa, kebutuhan akan buncis mencapai 261.810 ton, sedangkan produksi buncis hanya mencapai 149.863 ton dengan luas areal panen adalah 54.273 hektar (Setianingsih dan Khaerodin, 2003). Sementara itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2006), khusus untuk wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota dengan jumlah penduduk 330.536 jiwa, kebutuhan buncis mencapai 2.221.201 ton, sedangkan produksi buncis 1.312,60 ton. Dari data tersebut terlihat bahwa produksi buncis di dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan penduduk. Untuk memenuhi permintaan penduduk perlu dilakukan usaha peningkatan produksi buncis baik dari kualitas maupun kuantitas yakni dengan cara perbaikan teknik budidaya, pemilihan teknologi yang tepat, penggunaan benih yang baik, pemeliharaan serta perlindungan hama dan penyakit. Menurut Rukmana (2002), tanaman buncis yang baik akan menghasilkan polong muda bekisar antara 16 – 25 ton/hektar sementara menurut Cahyono (2007), hasil panen polong buncis muda dapat mencapai 30 ton/hektar.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi buncis adalah dengan menggunakan teknologi yang tepat. Salah satu teknologi yang dapat diterapkan adalah kompos jerami, dimana diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap produksi buncis.
Jerami padi merupakan bagian vegetatif dari tanaman padi (batang, daun, tangkai malai). Pada waktu tanaman padi dipanen, jerami adalah bagian yang tidak dipungut atau diambil. Perbandingan antara bobot gabah yang dipanen dengan jerami pada saat panen padi umumnya 2 : 3. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah jerami yang dihasilkan lebih besar daripada gabah. Khusus di wilayah Kabupaten Limapuluh Kota yang pada umumnya masyarakatnya bergerak dalam bidang pertanian khususnya budidaya tanaman padi, pada saat panen padi menghasilkan jerami padi dalam jumlah yang sangat banyak. Hal ini merupakan yang sangat besar dan diperlukan suatu usaha untuk mengelola tersebut agar dapat berguna. Oleh karena itu, penggunaan jerami padi sebagai bahan baku kompos dapat mengurangi jumlah jerami yang tidak terpakai agar lebih bermanfaat bagi tanaman.
Kompos merupakan hasil penguraian dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat oleh populasi berbagai macam mikroorganisme dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Wikipedia.org). Kompos yang dibuat dari bahan jerami sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman. Menurut Mahyuddin, kandungan unsur hara dalam kompos adalah terdiri dari N (0,5-2,0) %, P2O5 (0,44 – 0,88) %, dan K2O (0,4 – 1,5) %. Hal ini menunjukkan bahwa kompos dapat mengefisiensikan penggunaan pupuk kimiawi. Karena pada tanaman kacang-kacangan, kebutuhan akan unsur N dalam jumlah yang cukup akan memacu pertumbuhan vegetatif tanaman seperti tinggi tanaman, besar batang, pembentukan cabang dan daun, pertumbuhan pucuk dan dan mengganti sel-sel yang telah rusak. Selain itu, zat nitrogen juga bermanfaat bagi pembentukan klorofil yang penting untuk proses fotosintesis sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Kompos juga berperan dalam meningkatkan produktivitas tanah karena dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Sarief, 1983). Peranan kompos dalam memperbaiki sifat fisik tanah terutama dalam pembentukan struktur tanah sehingga terbentuk agregat–agregat tanah dengan stabilitas yang mantap, ruang pori, aerasi dan draenase yang baik sehingga akan menjaga tata air dan udara tanah yang seimbang. Hal ini akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman karena akar dapat dengan mudah menembus lapisan tanah sehingga mampu memperoleh unsur hara lebih baik.
Kompos dapat memperbaiki sifat kimia tanah melalui perombakan bahan organik segar oleh mikroorganisme tanah sehingga senyawa atau zat organik dalam jaringan tanaman atau hewan diubah menjadi zat anorganik yang akan memperkaya ketersediaan hara dalam tanah. Di dalam memperbaiki sifat biologi tanah, kompos dapat menambah populasi mikroorganisme tanah sehingga kegiatan mikroorganisme dalam tanah akan meningkat karena bahan organik yang terdapat didalam kompos digunakan sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya.
Proses pembuatan kompos jerami padi dilakukan dengan bantuan mikroorganisme, yaitu jamur Trichoderma harzianum. Trichoderma harzianum merupakan mikroorganisme yang memiliki enzim selulosa yang sangat efektif dalam menguraikan bahan organik yang beselulosa tinggi seperti jerami padi. Selain sebagai dekomposer Trichoderma harzianum juga berperan sebagai pengendali hayati terhadap beberapa jenis jamur penyebab penyakit antara lain: Rhizoctonia solani, Fusarium sp., Lentinus lepidus, Phytium sp., Botrytis cinerea, Gloeosporium gloeosporoides, Rigidoporus lignosus dan Sclerotium rolfsii yang menyerang tanaman jagung, kedele, kentang, tomat dan kacang buncis, kubis, cucumber, kapas, kacang tanah, pohon buah-buahan, semak dan tanaman hias (Wahyudi, 2002).
Penambahan kompos jerami padi berpengaruh langsung terhadap tanaman buncis dengan menyuplai nutrien bagi tanaman. Penambahan bahan organik kedalam tanah akan menambahkan unsur hara baik makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga pemupukan dengan pupuk anorganik yang biasa dilakukan oleh para petani dapat dikurangi kuantitasnya karena tanaman sudah mendapatkan unsur-unsur hara dari bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah tersebut. Efisiensi nutrisi tanaman meningkat apabila permukaan tanah dilindungi dengan bahan organik.

B.   Tujuan Pemberian Kompos Jerami Pada Tanaman Buncis

Adapun tujuan dari pelaksanaan proyek usaha mandiri (PUM) yang berjudul “Aplikasi Kompos Jerami untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L.)” adalah sebagai berikut :
1.   Dapat merencanakan suatu kegiatan Proyek Usaha Mandiri tanaman buncis mulai dari perencanaan usaha sampai pelaksanaan.
2.   Dapat mengembangkan usaha tani dengan penerapan teknologi kompos jerami.
3. Dapat mengatasi permasalahan–permasalahan yang muncul selama kegiatan berlangsung dan dapat mengevaluasi hasil dari proyek yang dilaksanakan.
4.   Melatih diri untuk dapat mengelola sebuah usaha, khususnya di bidang pertanian.


















DAFTAR PUSTAKA


Indrianto, A. 1992. “Medium untuk Perkecambahan Biji Anggrek.” Dalam: Pelatihan Budidaya Anggrek. Fakultas Biolgi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Isserep Sumardi. 1989. Kultur Jaringan Tumnbuhan. Pusat Antar-Universitas (PAU). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sudjarwadi, 1979. Pengantar Teknik Irigasi. Fakultas Teknik.
Universitas Gadjah Mada, Yogya



Disusun untuk melengkapi tugas
Mata Kuliah Nutrisi Tanaman
Semester IV

Created by Dj








Disusun Oleh :
TONI SETIAWAN

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
Jalan Sriwijaya No. 3 Pekalongan
2012
KATA PENGANTAR


Assalamu alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah s.w.t yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada penyususn sehingga dapat menyelesaikan Makalah Responsi Praktikum Mata Kuliah Nutrisi Tanaman dengan baik.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Nutrisi Tanaman.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan praktikum ini, yaitu:
1.      Ibu. Ir. Pujiati Syarief. Mp
2.      Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Pertanian UNIKAL.
Atas bantuan yang diberikan, penyususn hanya dapat berharap semoga Allah s.w.t. memberikan balasan yang terbaik.
Walaupun demikian ,penyususn merasa bahwa makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekuranganya.Oleh karena itu ,penyususn mengarapkan kritik dari para pembaca atau siapapun yang berkenan.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb 



Pekalongan,   Juni  2010

                                                                                              Penyusun




DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................   ii
DAFTAR  ISI..................................................................................................... iii

ACARA I       MEDIA KULTUR JARINGAN
A.    Pendahuluan .........................................................................  1
B.     Komposisi Media Kultur Jaringan ........................................  2
C.     Pemilihan Media ...................................................................  4
D.    Kultur Jaringan dengan Media Ms 1 dan Ms 2..................... 9
ACARA II     BUDIDAYA KELENGKENG SECARA VEGETATIF
A.    Perkembangbiakan Tanaman ................................................  13
B.     Grafting Pada Tanaman Kelengkeng ....................................  16
ACARA III    FUNGSI UNSUR HARA MAKRO DAN GEJALA DEFISIENSI
A.    Fungsi Unsur Hara Makro.....................................................   19
B.     Gejala Defisiensi....................................................................   20
ACARA IV    PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN HORTIKULTURA
A.    Aplikasi Kompos Jerami untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Kacang         ..... 22
B.     Tujuan Pemberian Kompos Jerami Pada Tanaman Buncis....   25

DAFTAR PUSTAKA

ACARA I
MEDIA KULTUR JARINGAN

A.    Pendahuluan
Kultur jaringan merupakan sarana di dalam meningkatkan dan menggali potensi daerah yang berkaitan dengan biodiversity, dalam hal ini tumbuh-tumbuhan.  Dengan kultur jaringan dapat dihasilkan produk tanaman yang berkualitas, dalam jumlah besar, kontinu dan seragam.  Disamping itu kultur jaringan dapat digunakan didalam pemuliaan tanaman, baik dalam rangka menghasilkan bibit yang unggul untuk keperluan pertanian dan perkebunan maupun untuk menghasilkan metabolit sekunder (kandungan bioaktif yang berkhasiat obat)  untuk keperluan industri obat asli alam.
Kultur Jaringan akan sangat bermanfaat sekali bagi Pemda di dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dengan cara membantu meyediakan kebutuhan suplai bibit unggul untuk keperluan pertanian seperti sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias (bunga potong; anggrek, krisan) dan tanaman obat, maupun untuk keperluan perkebunan seperti pisang abaca, karet, sawi, cengkeh dll  demikian pula untuk keperluan kehutanan seperti  jati, pinus, Acacia mangium, gmelina, dll.
Kultur jaringan adalah sesuatu yang tidak sulit dan sangat mungkin di lakukan di daerah-daerah.  Kultur jaringan dapat dilakukan oleh siapapun  karena kultur jaringan menyangkut aspek keterampilan   Dan kultur jaringan dapat dilakukan dengan investasi yang relatif murah dibandingkan dengan hasil yang dapat dilakukan.  Dengan menggunakan metode-metode kultur jaringan yang sederhana yang mungkin untuk dilakukan dapat memberikan dampak yang sangat besar bagi peningkatan dibidang pertanian, perkebunan dan kehutanan.Kultur Jaringan Tanaman kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari seperti sekelompok atau yang ditumbuhkan dengan kondisi, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali




B.     Komposisi Media Kultur Jaringan
a.      Hara anorganik
Ada 12 hara mineral yang penting untuk pertumbuhan tanaman dan beberapa hara yang dilaporkan mempengaruhi pertumbuhan in vitro. Untuk pertumbuhan normal dalam kultur jaringan, unsur – unsur penting ini harus dimasukkan dalam media kultur. Perbandingan 5 media pada Tabel 12.1 memperlihatkan bahwa unsur esensial ini dimasukkan pada masing – masing media tapi konsentrasinya berbeda karena diberikan dalam bentuk yang berbeda.
b.      Hara organik
Tanaman yang tumbuh dalam kondisi normal bersifat autotrof dan dapat mensintesa semua kebutuhan bahan organiknya. Meskipun tanaman in vitro dapat mensintesa senyawa ini, diperkirakan mereka tidak menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan yang sehat dan satu atau lebih vitamin mesti ditambahkan ke media. Thiamin merupakan vitamin yang penting, selain itu asam nikotin, piridoksin dan inositol biasanya ditambahkan.Selain bahan organik tersebut, bahan kompleks seringkali ditambahkan, termasuk ekstrak ragi, casein hydrolysate, air kelapa, jus jeruk, jaringan pisang, dan lain – lain. Penambahan bahan kompleks ini menghasilkan media yang tak terdefinisi. Dengan penelitian yang cukup, semestinya bahan kompleks ini dapat diganti dengan zat tertentu, mungkin tambahan suatu vitamin atau asam amino.
c.       Sumber karbon
Tanaman dalam kultur jaringan tumbuh secara heterotrof dan karena mereka tidak cukup mensintesa kebutuhan karbonnya, maka sukrosa harus ditambahkan ke dalam media. Sumber karbon ini menyediakan energy bagi pertumbuhan tanaman dan juga sebagai bahan pembangun untuk memproduksi molekul yang lebih besar yang diperlukan untuk tumbuh.Biasanya sukrosa pada konsentrasi 1 – 5% digunakan sebagai sumber karbon tapi sumber karbon lain seperti glukosa, maltosa, galaktosa dan laktosa juga digunakan. Ketika sukrosa diautoklaf, terjadi hidrolisis untuk menghasilkan glukosa dan fruktosa yang dapat digunakan lebih efisien oleh tanaman dalam kultur.

d.      Agar
Umumnya jaringan dikulturkan pada media padat yang dibuat seperti gel dengan menggunakan agar atau pengganti agar sperti Gelrite atau Phytagel. Konsentrasi agar yang digunakan berkisar antara 0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar menjadi sangat keras, sedikit sekali air yang tersedia, sehingga difusi hara ke tanaman sangat buruk. Agar dengan kualitas tinggi seperti Difco BiTek mahal harganya tapi lebih murni, tidak mengandung bahan lain yang mungkin mengganggu pertumbuhan. Pengganti lain seperti gelatin kadang – kadang digunakan pada lab komersial.Gel sintetis diketahui dapat menyebabkan hyperhidration (vitrifikasi) yang merupakan problem fisiologis yang terjadi pada kultur. Untuk mengatasi masalah ini, produk baru bernaman Agargel telah diproduksi ole Sigma. Produk ini merupakan campuran agar dan gel sintetis dan menawarkan kelebihan kedua produk sekaligus mengurangi problem vitrifikasi. Produk ini dapat dibuat di lab dengan mencampurkan 1 g Gelrite (Phytagel) dengan 4 g agar sebagai agen pengental untuk 1 L media.
e.       pH
pH media biasanya diatur pada kisaran 5.6 – 5.8 tapi tanaman yang berbeda mungkin memerlukan pH yang berbeda untuk pertumbuhan optimum. Jika pH lebih tinggi dari 6.0, media mungkin menjadi terlalu keras dan jika pH kurang dari 5.2, agar tidak dapat memadat.
f.       Zat Pengatur Tumbuh
Pada media umumnya ditambahkan zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh akan dibahas tersendiri pada minggu 13.
g.      Air
Air distilata biasanya digunakan dalam kultur jaringan, dan banyak lab menggunakan aquabides (air destilata ganda). Beberapa lab, dengan alasan ekonomi, menggunakan air hujan, tapi ini menyebabkan sulit mengontrol kandungan bahan organik dan non-organik pada media.



C.    Pemilihan Media
Jika tidak ada informasi awal, biasanya mulai dengan media MS (Murashige dan Skoog 1962). Media ini mengandung konsentrasi garam dan nitrat yang lebih tinggi dibandingkan media lain, dan telah sukses digunakan pada berbagai tanaman dikotil. Untuk inisiasi kalus, 2.4-D ditambahkan ke media dengan konsentrasi 1 – 5 mgL-1. Untuk multiplikasi tunas, sitokinin seperti BAP ditambahkan dan juga diberi auksin, seperti NAA pada konsentrasi yang rendah. Untuk inisiasi akar, IBA pada konsentrasi 1 – 2 mgL-1 ditambahkan. Faktor yang paling sulit ditentukan dalam kultur jaringan adalah zat pengatur tumbuh dan biasanya perlu melakukan penelitian kecil untuk menentukan konsentrasi terbaik yang akan digunakan. Ada 2 pendekatan: Pendekatan pertaman adalah dengan menggunakan media dasar MS dan meneliti kisaran dua zat pengatur tumbuh yang berbeda. Lihat table 12.1.
Tabel 12.1 Pendekatan eksperimental untuk memilih konsentrasi yang paling tepat dari BAP dan NAA sebagai tambahan pada media MS berisi 2% sukrosa dan 0.8% agar, Dimodifikasi dari Bhojwani dan Razdan (1983).

BAP (mg/L)
NAA (mg/L)
0
0.5
2.5
5.0
0
1
2
3
4
0.5
5
6
7
8
2.5
9
10
11
12
5.0
13
14
15
16
Pendekatan kedua adalah dengan menggunakan metode yang lebih luas menurut deFossard (1976) diaman 4 kategori, mineral, auksin, organik dan sitokinin diuji masing – masing pada 3 konsentrasi. Percobaan yang besar ini memerlukan 81 perlakuan yang berbeda dan sangat menghabiskan waktu tapi mungkin diperlukan untuk beberapa tanaman yang sangat sulit dikulturkan.


a.      Persiapan Media
Media yang paling banyak digunakan adalah Murashige dan Skoog (1962). Cara yang paling mudah untuk menyiapkan media MS adalah dengan membeli prepacked media yang banyak dijual secara komersial.
Berikut adalah hal – hal penting yang mendasar dalam pembuatan media :
1.      Sebelum memulai, siapkan lembar media dan tentukan media apa dan berapa banyak yang akan anda buat. Tulis informasi ini pada lembar kerja dan periksa setiap langkah sambil anda bekerja. Tanda tangani dan tulis tanggal pada lembar kerja dan letakkan pada notebook. Anda dapat menuliskan komentar tentang apa saja yang tidak biasa atau penting yang terjadi pada saat anda membuat media.
2.      Cuci alat gelas dengan air destilata sebelum mulai menyiapkan media.
3.      Ukur kira – kira 90% dari volume akhir air destilata, misalnya 900 ml untuk volume akhir 1 liter, lalu masukkan ke dalam beaker.
4.      Jika anda akan memanaskan larutan, pastikan anda menggunakan alat tahan panas.
5.      Sambil mengaduk air, perlahan masukkan bubuk MS dan aduk hingga benar – benar larut. Cuci bagian dalam paket MS dengan air destilata untuk mengambil sisa – sisa bubuk dan masukkan ke larutan media.
6.      Masukkan bahan tahan panas lainnya – stok GM,myo-inositol, sucrose, BA, aduk rata.
7.      Atur pH media menggunakan NaOH, HCl, or KOH.
8.      Buat volume akhir media dengan menggunakan labu takar
9.      Jika menggunakan agar, masukkan ke dalam campuran media sebelum diautoklaf.
10.  Media harus selalu diautoklaf dalam wadah dengan ukuran 1 1/2 x atau 2x lebih besar dari volume media agar media tidak tumpah.
11.  Tuangkan media sesuai kebuthan sebelum diautoklaf atau sesudah diautoklaf, tergantung kebutuhan.
12.  Tutup wadah pada saat diautoklaf, tapi jangan terlalu erat, agar ada pertukaran udara.
13.  Media disterilisasi dengan mengautoklaf pada 1 kg/cm2 (15 psi), 121º C selama kurang lebih 30 menit. Volume yang lebih besar (200 ml atau lebih) mungkin memerlukan waktu yang lebih lama. Gunakan exhaust yang lambat.
14.  Biarkan media mendingin hingga 55º C sebelum menambahkan bahan – bahan yang tidak tahan panas (acetosyringone, claforan, kanamycin).
15.  Media dituangkan ke petri dish biasanya dengan volume 25 ml per petri. Ini akan menghasilkan sekitar 40 petri per liter media.
16.  Dinginkan media di dalam laminar. Jangan pindahkan petri yang telah diisi media sampai petri tersebut dingin.
17.  Simpan media yang sudah dingin di refrigerator.
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap persenyawaan. Media dasar yang sering digunakan dalam kultur jaringan Anthurium sendiri adalah media MS dan modifikasinya ( Pierik et al.,1974; Pierik dan Steegmans, 1976;Kunisaki, 1980; Kuenhle et al., 1992; Chen et al; Hamidah et al., 1997; Teng, 1997;2 ; Rachmawati, 2005), media Nitsch dan modifikasinya (Geir, 1986, 1987, 1988).
Pada umumnya komposisi utama media tanam kultur jaringan, terdiri dari hormon (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro, unsur mikro. Hasil yang lebih baik akan dapat kita peroleh bila, kedalam media tersebut, ditambahkan vitamin, asam amino, dan hormon, bahan pemadat media (agar), glukosa dalam bentuk gula maupun sukrosa, air destilata (akuades), dan bahan organik tambahan.


b.      Zat Pengatur Tumbuh
Adalah persenyawaan organik selain dari nutrient yang dalam jumlah yang sedikit (1mM) dapat merangsang, menghambat, atau mengubah pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Moore, 1979 dalam Gunawan, 1992). Zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam kultur jaringan diperlukan untuk mengendalikan dan mengatur pertumbuhan kultur tanaman. Zat ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan, dan organ. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan dan tahap pengkulturan. Secara umum, zat pengatur tumbuh yang digunakan dalam kultur jaringan ada tiga kelompok besar, yaitu auksin, sitokinin, dan giberelin.
Auksin
Digunakan secara luas dalam kultur jaringan untuk merangsang pertumbuhan kalus, akar, suspensi sel dan organ (Gunawan, 1992) Contoh hormon kelompok auksin adalah 2,4 Dikloro Fenoksiasetat (2,4-D), Indol Acetid Acid (IAA), Naftalen Acetid Acid (NAA), atau Indol Buterik Asetat (IBA). Golongan sitokinin berperan untuk menstimulus pembelahan sel dan merangsang pertumbuhan tunas pucuk. Menurut Gunawan (1992), golongan ini sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Sitokinin yang biasa digunakan dalam kultur jaringan adalah kinetin, ziatin, benzilaminopurine (BAP). Dan giberelin untuk diferensiasi atau perbanyakan fungsi sel, terutama pembentukan kalus. Hormon kelompok giberelin adalah GA3, GA2, dan GA1.
Penggunaan hormon tersebut harus tepat dalam perhitungan dosis pemakaian, karena jika terlalu banyak maupun terlalu sedikit dari dosis yang diperlukan justru akan menghambat bahkan berdampak negatif terhadap tanaman kultur. Karena interaksi antar hormon dalam suatu media sangat berpengaruh dalam diferensiasi sel.
Kebutuhan nutrisi mineral untuk tanaman yang dikulturkan secara in-vitro pada dasarnya sama dengan kebutuhan hara tanaman yang ditumbuhakan di tanah. Unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman di lapangan merupakan kebutuhan pokok yang harus tersedia dalam media kultur jaringan. Antara lain adalah unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur-unsur hara tersebut diberikan dalam bentuk garam-garam mineral. Komposisi media dan perkembangannya didasarkan pada pendekatan masing-masing peneliti.
Unsur hara makro adalah hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak. Hara makro tersebut meliputi, Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Sulfur (S), Magnesium (Mg), dan Besi (Fe). Kegunaan unsur hara makro tersebut dalam kultur jaringan menurut Qosim, 2006 dalam Sukarasa, 2007 adalah sebagai berikut:
a.       Nitrogen (N) diberikan dalam bentuk NH4NO3, NH2PO4, NH2SO4.
Berfungsi untuk membentuk protein, lemak, dan berbagai senyawa organik lain, morfogenesis (pertumbuhan akar dan tunas), pertumbuhan dan pembentukan embrio, pembentukan embrio zigotik dan pertumbuhan vegetatif.
b.      Fosfor (P), diberikan dalam bentuk KH2PO4 Berfungsi untuk metabolisme energi, sebagai stabilitor membran sel, pengaturan metabolisme tanaman, pengaturan produksi pati/amilum, pembentukan karbohidrat, sangat penting dalam transfer energi, protein, dan sintesis asam amino serta konstribusi terhadap struktur dan asam nukleat.
c.       Kalium (K), diberikan dalam bentuk CaCl2.2H2O Berfungsi untuk pemanjangan sel tanaman, memperkuat tubuh tanaman, memperlancar metabolisme dan penyerapan makanan, ion kalsium ditransfer secara cepat menyebrangi membran sel dan mengatur pH dan tekanan osmotik di antara sel.
d.      Kalsium (Ca), diberikan dalam bentuk CaCl2.2H2O Berfungsi untuk merangsang bulu-bulu akar, penggandaan atau perbanyakan sel dan akar, pembentukan tabung polen, dinding dan membran sel lebih kuat, tahan terhadap serangan patogen, mengeraskan batang, memproduksi cadangan makanan.
e.       Sulfur (S) Unsur S merupakan unsur yang penting untuk pembentukan beberapa jenis protein, seperti asam amino dan vitamin B1. Unsur S juga berperan penting dalam pembentukan bitil-bintil akar.
f.       Magnesium (Mg), diberikan dalam bentuk MgSO4.7H2O. Berfungsi untuk meningkatkan kandungan fosfat, pembentukan protein.
g.      Besi (Fe), diberikan dalam bentuk Fe2(SO4)3;FeSO4.7H2O Berfungsi sebagai penyangga (chelatin agent) yang sangat penting untuk menyangga kestabilan pH media selama digunakan untuk menumbuhkan jaringan tanaman.Pada tanaman, Fe berfungsi untuk pernapasan dan pembentukan hijau daun.
D.    Kultur Jaringan dengan Media Ms 1 dan Ms 2

a.      Khemikalia Ms 1 dan Ms 2 untuk 10 liter
 
STOK
Ms1
Ms2
Aquades
A   NH4NO3
16,5 gr
16,5 gr
500 cc
B   KNO3
19    gr
19    gr
500 cc
C   CaCL2 2H2O
4,4 gr
4,4   gr
500 cc




D  1 H3BO3
0,062 gr
0,062 gr
100 cc
     2 KH3PO4
1,7     gr
1,7    gr
100 cc
     3 COCL2 6H20
0,013 gr
0,013 gr
100 cc
     4 NaMO4 H2O
0,025 gr
0,025 gr
100 cc
     5 KL
0,083 gr
0,083 gr
100 cc




E  1 MaSO4.6H2O
3,7     gr
3,7     gr
100 cc
     2 Zn SO4.7H2O
0,086 gr
0,086 gr
100 cc
     3 CuSO4.5H2O
0,013 gr
0,013 gr
100 cc
     4 MnSO4.7H2O
0,233 gr
0,233 gr
100 cc




F  1 Na2 EDTA
0,0372 gr
0,0372 gr
100 cc
    2 FeSO4.7H2O
0,0278 gr
0,0278 gr
100 cc




G  1 INOSITOL
0,01 gr
0,01 gr
100 cc
     2 THIAMIN
0,04 gr
0,04 gr
100 cc
     3 PYRIDOXIN
0,04 gr
0,04 gr
100 cc
     4 BIOTIN
0,02 gr
0,02 gr
100 cc




H  1  2,4 D
0,03 gr
-
50 cc
     2  1   AA
-
0,02 gr
50 cc




* AGAR-AGAR
80
80
-
* SUKROSA
300
300
-
* AIR KELAPA
1000 Liter
1000 Liter
-


b.      Proses Pembuatan Agar































Ms adalah media modifikasi dari murashige dan skoog.
Sebelum pembuatan media agar siapkan peralatan dan bahan, dibersihkan terlebih menggunakan alcohol 100 % dahulu diantaranya adalah:
1.      Gelas piala
2.      Autoklaf
3.      Tabung reaksi
4.      Aquades
5.      Air kelapa
6.      Timbangan magnetik
7.      Alkohol

Ø  Untuk pembuatan media yang berjumlah 10 liter dibutuhkan waktu 3 hari.
Ø  Kadar alcohol yang dipakai mencapai 95 %.
Ø  Penanaman Ms 1 dibutuhkan waktu seminggu untuk penanaman eksplan.
Ø  Untuk penanaman Ms2 dibutuhkan waktu 3 hari dan siap ditanam.
Ø  Ms1 untuk kalus, sedangkan planlet menggunakan Ms2 atu untuk memindahkan dari Ms1.
Ø  Eksplan tumbuh selama 1 ½ bulan, sedangkan Ms2 membutuhkan 3 bulan dengan cahaya yang penuh.

Kelemahanya untuk masing-masing agar yang digunakan adalah :
Ø  Ms2 lebih cepat terkontaminasi bakteri dari luar karena pengambilan kalus waktunya sangat lama karena harus dipilih.

Ciri-Ciri Kalus yang baik adalah sebagai berikut :
Ø  Seperti bunga kol berwarna kuning putih dan melepaskan sendiri dari eksplan, tanpa diambil dengan jarum ose.


Air kelapa yang dipakai adalah menggunakan kelapa yang masih muda dan berwarna hijau, daun pada planlet berwarna hijau merupakan kurangnya FESO4 7H2O.
NaOH 1 gr + 250 cc aquades sama dengan NaOH 0,01 N-,sedangkan NaOH digunakan untuk melarutkan hormone 1 AA didalam freezer selama 1 minggudan dapat dipakai 2,4 P didalam freezer selama 2 minggu, dengan pH rata-rata 5,8 jika kurang + NaOH dan jika lebih + KL

c.       Pembuatan Agar
1)      Untuk media Ms1 dan Ms2 bahan ditimbang digunakan untuk 10 liter, sedangkan hormone diletakan pada tempat sendiri yaitu pada elenmeyer.
2)      Stok A dan B dikocok dan diambil 50 ml, dan dimasukan kedalam gelas piala.
3)      Stok A dan B dimasukan, campurkan air kelapa dan aquades diputar pada timbangan magnetic dengan kecepatan 5 rpm / sekitar 5 menit.
4)      Aquades dan sukrosa yang bermerek gulaku karena gulaku tidak meninggalkan endapan sedangkan gula lokal meninggalkan endapan, setelah itu dimasukan pada larutan no 4.
5)      Sebelum dilarutkan menggunakan aquades 50 cc, hormon 50 cc dimasukan terlebih dahulu untuk 10 liter,semua bahan diputar dengan kecepatan 7 s/d 8 rpm dengan waktu 7 menit.
6)      Semua cairan 750 cc dimasukan hingga sebanyak 8 gr.
7)      Aquades dicampur dan dimasukan kedalam larutan sampai 1 liter, kemudian ditutup dengan alumunium foil diikat, kemudian masukan dalam autoklaf, tutup rapat-rapat, tekanan yang diperlukan adalah 250 skal dengan waktu 45 menit + 15 menit agar matang betul.
8)      Pada waktu menurunkan harus hati-hati agar suhu didalam dan diluar sama, kemudian dikocok agar larutan agar rata. Untuk Ms1 1 liter larutan akan menjadi sekitar 70 tabung, sedangkan untuk Ms2 sekitar 30 tabung, untuk Ms1 rata-rata 113 cc.
9)      Setelah ditaruh ditabung, kemudian dinasukan lagi ke autoklaf kembali selam 1 jam, setelah itu ditata dan dimasukan kedalam rak. Untuk Ms1 diletakan dengan berdiri dan Ms2 diletakan miring agar daerah pertumbuhan luas.               


ACARA II
BUDIDAYA KELENGKENG SECARA VEGETTIF

A.   Perkembangbiakan Tanaman
Seperti layaknya mahluk hidup lainnya, tanaman juga dapat berkembang biak. Perkembangbiakan tanaman secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu perkembangbiakan secara alami dan juga buatan.
Perkembangbiakan alami adalah perkembangbiakan tanaman oleh tanaman itu sendiri secara alami atau dibantu oleh alam. Sedangkan perkembangbiakan secara buatan adalah perkembangbiakan tanaman yang mendapat campur tangan manusia.
Tanaman berkembangbiak secara alami melalui berbagai macam cara. Tanaman berkembangbiak secara alami dengan 2 cara yaitu generatif dan vegetatif. Generatif adalah bahwa tanaman tersebut berkembang biak secar kawin, yaitu bertemunya sel jantan yang terdapat pada benang sari dan sel betina yang terdapat pada putik. Bertemunya 2 sel ini nantinya akan menghasilkan buah yang berbiji 2 yaitu dikotil. Tanaman yang dikembangbiakkan melalui cara ini biasanya memiliki sifat genetis yang berbeda dari tanaman induk dan biasanya mengalami kemunduran.
Perkembangbiakan secara vegetative dapat terbentuk dari sel jaringan nucellus, serta terbentuknya tanaman dari bagian bagian khusus yaitu umbi, rhizome, runner dan anakan. Perkembangbiakan dengan terbentuknya umbi juga terbagi menjadi beberapa cara yaitu umbi lapis seperti terbentuknya bawang dan bunga tulip, umbi sisik seperti terbentuknya bunga gladiol, umbi batang seperti terbentuknya kentang dan umbi akar seperti terbentuknya ubi jalar.
Perkembangbiakan secara vegetative alami dengan rizhoma terlihat pada terbentuknya jahe, sedangkan akar rimpang atau runner atau batang menjalar pada permukaan tanah adalah seperti terbentuknya strawberry. Untuk perkembangbiakan dengan anakan contohnya nanas, pisang, salak, dan lidah buaya. Anakan yang telah tumbuh harus segera dipisah dari induknya dengan hati-hati supaya tidak merusak tanaman induk dan akar anakan tersebut.
Perkembangbiakan dengan campur tangan manusia adalah rundukan, cangkok, stek, okulasi, sambung pucuk, penyusuan dan kultur jaringan. Perkembangbiakan dengan rundukan adalah cara perkembangbiakan dengan cara membengkokkan cabang dan dibenamkan ke dalam tanah dengan melukai bagian cabang yang akan dibenamkan untuk mempercepeat tumbuhnya akar. Perkembangbiakan seperti ini adalah perkembangbiakan dari tanaman melati, jambu monyet dan ketimun.
Perkembangbiakan buatan yang banyak dikenal oleh masyarakat lainnya adalah cangkok. Tanaman berkayu hampir semuanya dapat dicangkok dan pengerjaan cangkok sebenarnya sangat mudah, hanya saja perlu memperhatikan beberapa hal saja yaitu waktu mencangkok, pemilihan batang dan pemeliharaan cangkokan. Pilihlah batang yang tidak terlalu tua, kuat, subur dan tidak mengandung penyakit. Lebih bagus lagi bila banyak buahnya. Cangkok baik dilakukan pada saat musim penghujan. Selain cangkok, stek jugatermasuk perkembangbiakan buatan yang mudah untuk dilakukan.
Anda dapat memisahkan atau memotong beberapa bagian tanaman untuk menghasilkan bibit tanaman yang banyak dalam waktu singkat. Beberapa macam stek adalah stek akar untuk mengembangkan jambu biji, cemara, sukun, stek batang untuk kentang, ubi jalar, stek cabang untuk mangga, rambutan, jeruk, kopi, dan teh serta stek daun untuk begonia, sanseviera dan cocor bebek. Untuk anda yang menginginkan hasil perkembangbiakan yang hasilnya bagus dapat memilih okulasi untuk mengembangbiakkan tumbuhan.
Okulasi dapat dilakukan dengan menempelkan mata tunas diambil dari tanaman induk yang unggul dan ditempel ke tumbuhan yang berakar kuat. Sayangnya okulasi membutuhkan waktu lama untuk berhasil, kira-kira 12-24 bulan. Pilihan lainnya adalah sambung pucuk yaitu cara yang menempelkan batang induk untuk disambung dengan batang bawah yang ditanam dari biji. Untuk tanaman buah atau tanaman yang sulit dikembangbiakkan dengan cara lain, penyusuan merupakan cara yang paling cocok. Penyusuan dilakukan dengan cara menyambung 2 buah batang yang sama besar yang telah disayat miring dan diikat sampai kira-kira 3 minggu setelah itu ikatannya bisa dilepas.
Sampai saat ini perkembangbiakan tanaman berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi. Para peneliti di seluruh dunia menaruh perhatian khusus terhadap penelitian perkembangbiakan tanaman untuk menghasilkan tanaman baru supaya mendapatkan hasil tanaman yang terbaik. Penelitian di bidang pangan berupaya untuk menghasilkan tanaman pangan dengan kualitas nomor satu untuk mendapatkan bibit unggul.
Bibit tanaman yang terbaik dapat menjadi komoditas ekspor yang berujung dengan bertambahnya kas negara dari devisa yang dihasilkan. Kultur jaringan merupakan hasil dari perkembangan teknologi pertanian yang dapat menghasilkan bibit unggul serta varietas baru. Kultur jaringan juga dapat dilakukan untuk pelestarian jenis tanaman tertentu yang mulai langka. Kultur jaringan memerlukan pendidikan khusus yang dilatarbelakangi dengan pendidikan kimia dan biologi. Untuk melakukan kultur jaringan diperlukan media dengan berbagai bahan campuran seperti garam mineral, asam amino, gula vitamin dan hormone tumbuhan yang dilakukan dalam keadaan suci hama.

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor genetis merupakan faktor yang terdapat dalam tanaman seperti benis, varietas, hormone serta lainnya. Sedangkan faktor lingkungan adalah faktor seperti keadaan tanah, iklim, cuaca, suhu, air dan udara. Seperti mahluk hidup lainnya, tanaman juga dapat beradaptasi dengan lingkungan serta perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan fisiologis, atau morfologis.
Tanaman sebenarnya memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap perubahan iklim, hama penyakit, absorbsi tanah serta pembatasan respirasi yang ditunjukkan dengan perubahan struktur tubuh tanaman tersebut. Adaptasi tanaman dapat berlangsung dengan baik bila tanaman dipindahkan dari tempat lain ke tempat yang kondisinya hampir serupa. Walaupun telah ada rekayasa pengetahuan dan teknologi namun supaya proses pertumbuhan tanaman dapat berlangsung dengan baik maka hendaknya jangan memindahkan tanaman ke tempat yang kondisinya benar-benar berbeda.

B.   Grafting Pada Tanaman Kelengkeng
Grafting atau yang lebih dikenal dengan sambung pucuk adalah merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Grafting sendiri biasanya dilakukan dengan menyambung entres tanaman (batang atas) dari indukan atau varietas yang unggul, sedang batang bawahnya dipilih dari biji yang mempunyai sifat tahan penyakit dan adaptif terhadap lingkungan.
Salah satu tanaman yang bisa dikembang biakan dengan grafting ini adalah kelengkeng. Batang bawah yang digunakan untuk lengkeng berasal dari biji, sedang entres atau batang atasnya dipilih jenis lengkeng yang produktif dan cepat berbuah seperti jenis lengkeng dataran rendah Diamond River, Pingpong, Itoh dan lainnya.
Yang perlu dijadikan catatan, grafting lengkeng memerlukan ketrampilan dan latihan berulang-ulang untuk mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi, oleh karena lengkeng memiliki kulit batang yang sangat tipis dibanding tanaman lainnya seperti kopi, jambu air ataupun lainnya.
Tapi jangan khawatir, berkat latihan, latihan dan terus latihan serta berbagai informasi dari berbagai sumber, berikut saya berikan kunci dalam grafting lengkeng :
·         Pilih batang bawah yang cukup berkayu dan dalam kondisi vegetatif yang bagus, ditandai dengan keluarnya tunas muda. Hal ini dapat diperoleh dengan jalan melakukan pemupukan 2 minggu sebelum batang bawah di sambung
·         Untuk entres pilih juga yang dalam masa vegetatif bagus, ditandai juga dengan adanya tunas muda. Dan ingat jangan pilih entres yang terlalu muda, masih hijau ataupun kemerahan. Pilih yang muda menuju proses tua, buang ujung yang masih terlalu muda. Sebagai tips tambahan, 2 minggu sebelum pengambilan entres, pangkas daunnya agar merangsang pertumbuhan tunas baru.
·         Kulit batang bawah dan entres harus ketemu, jika mungkin batang atas dan bawah harus seimbang
·         Gunakan pisau yang tajam dan bila perlu steril
·         Plastik pengikat usahakan gunakan plastik es yang bersih, demikian juga untuk plastik penutupnya
·         Usahakan waktu grafting pagi atau sore hari dan dilakukan ditempat yang teduh (dibawah naungan), jangan waktu kondisi terik.
Berikut tahapan untuk sambung pucuk lengkeng
1.      Siapkan alat seperti pisau grafting, gunting tanaman, plastik pengikat dan sungkup
2.      Pilih batang bawah yang siap di sambung demikian juga batang atas / entres, usahakan keduanya memiliki ukuran yang seimbang.
3.      Ujung batang bawah dipotong pada ketinggian 10-20 cm dari permukaan tanah
4.      Belah batang bawah dengan pisau sedalam kurang lebih 3-4 cm membentuk huruf V
5.      Potong cabang enters sepanjang 4-7 cm (2-3 mata tunas), sayat bagian pangkal dikedua sisinya sehingga membentuk baji sepanjang 2-3 cm. Usahakan sayatan ini mulus atau datar
6.      Sisipkan batang atas ke dalam celah batang bawah hingga benar-benar menyatu. Disinilah letak kunci keberhasilan utama grafting. Dengan penggunaan pisau yang tajam dalam membelah batang bawah dan menyayat entres, diharapkan pada penyisipan ini kedua bagian dapat menyatu dengan sempurna. Sebab salah sedikit dapat dipastikan grafting akan gagal. Sebagai tips, konsentrasikan penyatuan kulit kedua bagian (batang atas dan entres) hanya pada satu sisi saja, abaikan sisi yang lain bila sudah kita dapatkan satu sisi menyatu dengan sempurna. Sebab bila kita menghendaki semua sisi menyatu sempurna akan susah dilakukan karena ukuran entres dan batang bawah tidak mungkin persis sama. Paling tidak inilah kesimpulan saya selama melakukan grafting lengkeng.
7.      Hasil sambungan ditali menggunakan plastik mulai dari sambungan bawah sampai kesambungan atas dan berakhir ke bawah lagi lalu diikat erat. Pengikatan / pembungkusan plastik bisa juga dilakukan sampai ke entres, dengan maksud agar entres terhindar dari proses penguapan yang berlebih
8.      Sungkup hasil sambungan dengan plastik es dan tempatkan ditempat teduh atau dibawah shading net.
9.      Dalam jangka waktu 3-4 minggu sambungan yang berhasil akan keluar tunas muda, saat inilah plastik sungkup boleh dibuka, tapi jangan tempatkan tanaman dibawah sinar matahari langsung. Tempatkan ditempat yang ternaungi dulu selama kurang lebih 2 minggu.
Dengan berpedoman pada hal yang telah diuraikan diatas, yang dahulu pada awalnya tingakat keberhasilan saya dalam grafting lengkeng 0 % kini menjadi lebih dari 60 %.
























ACARA III
FUNGSI UNSUR HARA MAKRO DAN GEJALA DEFISIENSI

A.    Fungsi Unsur Hara Makro
Banyak para hobiis dan pencinta tanaman hias, bertanya tentang komposisi kandungan pupuk dan prosentase kandungan N, P dan K yang tepat untuk tanaman yang bibit, remaja atau dewasa/indukan. Berikut ini adalah fungsi-fungsi masing-masing unsur tersebut :
Nitrogen ( N )
1.      Merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
2.      Merupakan bagian dari sel ( organ ) tanaman itu sendiri
3.      Berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman
4.      Merangsang pertumbuhan vegetatif ( warna hijau ) seperti daun
5.      Tanaman yang kekurangan unsur N gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.
Fosfor ( P )
1.      Berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman
2.      Merangsang pembungaan dan pembuahan
3.      Merangsang pertumbuhan akar
4.      Merangsang pembentukan biji
5.      Merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel
6.      Tanaman yang kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna keunguan atau kemerahan ( kurang sehat
Kalium ( K )
Berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air. Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah,  daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada pucuk daun.
Unsur Hara makro maupun mikro walaupun berbeda dalam jumlah kebutuhanya,namun dalam fungsi pada tanaman,masing-masing unsur sama pentingnya dan tidak bisa digantikan satu sama lain.kalau diilustrasikan ibarat roda mobil dengan setir /kemudi.dalam junlah kebutuhan ,roda dibutuhkan lebih banyak daripada kemudi,namun dari segi kepentinganya,roda tidak dapat mengalahakan kemudi.dalam hal ini unsur hara mempunyai fungsi dan peran khusus sendiri-sendiri terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman,sehingga ketika terjadi kekurangan salah satu dari unsur hara tersebut maka akan mengakibatkan tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Unsur Hara yang diberikan pada tanaman sebaiknya sudah dalam bentuk ion seperti: NH,HPO,K,Mg,SO, dan lain-lain agar langsung dapat diserap tanaman

B.     Gejala Defisiensi
a.      Defisiensi Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur mobil dalam tanaman, oleh karena itu gejala kekurangannya akan dimulai pada daun-daun yang lebih tua. Gejala berupa menguningnya daun, kadang-kadang disertai dengan berubahnya warna daun menjadi kemerahan akibat terbentuknya anthocyanin. Pertumbuhan tanaman akan terhambat, dan bentuk daun tidak normal
b.      Defisiensi Fosfor
Tumbuhan membutuhkan fosfor pada semua tahap dalam perkembangannya. Kebutuhan fosfor paling besar adalah pada saat pembentukan biji dan perkembangan awal. Jika ketersediaan fosfor terbatas, fosfor akan ditranslokasikan dari jaringan tua ke jaringan muda pada tumbuhan, seperti daun, akar, dan titik-titik tumbuh lain. Tumbuhan yang kekurangan fosfor memiliki akar yang lemah dan memiliki daun yang berukuran kecil, gelap, dan berwarna abu-hijau. Daun tua yang berada di dasar tangkai berwarna kuning terang. Daun yang berada tepat diatas daun tua tersebut berwarna hijau tua. Urat daun berwarna cokelat pada daun dewasa.


c.       Defisiensi Kalium
Defisiensi kalium tidak menunjukkan gejala yang jelas, awalnya hanya pengurangan laju pertumbuhan, setelah lanjut diikuti oleh klorosis dan nekrosis. Umumnya mulai nampak pada daun tua, karena K+ yang mobil ditransport dari daun tua ke jaringan yang lebih muda. Turunnya turgor apalagi pada kondisi stres air menyebabkan tanaman lembek. K+ juga dapat meningkatkan resistensi tanaman terhadap beberapa penyakit.
























ACARA IV
PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN HORTIKULTURA

A.    Aplikasi Kompos Jerami untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Kacang Buncis

Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran polong yang memiliki banyak manfaat. Sebagai bahan sayuran, polong buncis dapat dikonsumsi dalam keadaan muda atau dikonsumsi bijinya. Polong buncis yang dipetik pada saat masih muda memiliki rasa agak manis sehingga sangat cocok untuk bahan sayuran.
Buncis memiliki potensi ekonomi yang sangat baik, sebab peluang pasarnya cukup luas yaitu untuk sasaran pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Ekspor buncis dapat berupa polong segar, polong yang dibekukan maupun bijinya (kacang jogo). Buncis mempunyai peranan yang sangat besar terhadap pendapatan petani, peningkatan gizi masyarakat, pendapatan negara melalui ekspor, pengembangan agribisnis, dan perluasan kesempatan kerja (Setianingsih dan Khaerodin, 2003).
Kebutuhan masyarakat akan buncis terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk. Hasil survei pertanian yang dilakukan pada tahun 1990 dengan jumlah penduduk 179.332.000 jiwa, kebutuhan akan buncis mencapai 261.810 ton, sedangkan produksi buncis hanya mencapai 149.863 ton dengan luas areal panen adalah 54.273 hektar (Setianingsih dan Khaerodin, 2003). Sementara itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2006), khusus untuk wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota dengan jumlah penduduk 330.536 jiwa, kebutuhan buncis mencapai 2.221.201 ton, sedangkan produksi buncis 1.312,60 ton. Dari data tersebut terlihat bahwa produksi buncis di dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan penduduk. Untuk memenuhi permintaan penduduk perlu dilakukan usaha peningkatan produksi buncis baik dari kualitas maupun kuantitas yakni dengan cara perbaikan teknik budidaya, pemilihan teknologi yang tepat, penggunaan benih yang baik, pemeliharaan serta perlindungan hama dan penyakit. Menurut Rukmana (2002), tanaman buncis yang baik akan menghasilkan polong muda bekisar antara 16 – 25 ton/hektar sementara menurut Cahyono (2007), hasil panen polong buncis muda dapat mencapai 30 ton/hektar.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi buncis adalah dengan menggunakan teknologi yang tepat. Salah satu teknologi yang dapat diterapkan adalah kompos jerami, dimana diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap produksi buncis.
Jerami padi merupakan bagian vegetatif dari tanaman padi (batang, daun, tangkai malai). Pada waktu tanaman padi dipanen, jerami adalah bagian yang tidak dipungut atau diambil. Perbandingan antara bobot gabah yang dipanen dengan jerami pada saat panen padi umumnya 2 : 3. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah jerami yang dihasilkan lebih besar daripada gabah. Khusus di wilayah Kabupaten Limapuluh Kota yang pada umumnya masyarakatnya bergerak dalam bidang pertanian khususnya budidaya tanaman padi, pada saat panen padi menghasilkan jerami padi dalam jumlah yang sangat banyak. Hal ini merupakan yang sangat besar dan diperlukan suatu usaha untuk mengelola tersebut agar dapat berguna. Oleh karena itu, penggunaan jerami padi sebagai bahan baku kompos dapat mengurangi jumlah jerami yang tidak terpakai agar lebih bermanfaat bagi tanaman.
Kompos merupakan hasil penguraian dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat oleh populasi berbagai macam mikroorganisme dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Wikipedia.org). Kompos yang dibuat dari bahan jerami sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman. Menurut Mahyuddin, kandungan unsur hara dalam kompos adalah terdiri dari N (0,5-2,0) %, P2O5 (0,44 – 0,88) %, dan K2O (0,4 – 1,5) %. Hal ini menunjukkan bahwa kompos dapat mengefisiensikan penggunaan pupuk kimiawi. Karena pada tanaman kacang-kacangan, kebutuhan akan unsur N dalam jumlah yang cukup akan memacu pertumbuhan vegetatif tanaman seperti tinggi tanaman, besar batang, pembentukan cabang dan daun, pertumbuhan pucuk dan dan mengganti sel-sel yang telah rusak. Selain itu, zat nitrogen juga bermanfaat bagi pembentukan klorofil yang penting untuk proses fotosintesis sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Kompos juga berperan dalam meningkatkan produktivitas tanah karena dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Sarief, 1983). Peranan kompos dalam memperbaiki sifat fisik tanah terutama dalam pembentukan struktur tanah sehingga terbentuk agregat–agregat tanah dengan stabilitas yang mantap, ruang pori, aerasi dan draenase yang baik sehingga akan menjaga tata air dan udara tanah yang seimbang. Hal ini akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman karena akar dapat dengan mudah menembus lapisan tanah sehingga mampu memperoleh unsur hara lebih baik.
Kompos dapat memperbaiki sifat kimia tanah melalui perombakan bahan organik segar oleh mikroorganisme tanah sehingga senyawa atau zat organik dalam jaringan tanaman atau hewan diubah menjadi zat anorganik yang akan memperkaya ketersediaan hara dalam tanah. Di dalam memperbaiki sifat biologi tanah, kompos dapat menambah populasi mikroorganisme tanah sehingga kegiatan mikroorganisme dalam tanah akan meningkat karena bahan organik yang terdapat didalam kompos digunakan sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya.
Proses pembuatan kompos jerami padi dilakukan dengan bantuan mikroorganisme, yaitu jamur Trichoderma harzianum. Trichoderma harzianum merupakan mikroorganisme yang memiliki enzim selulosa yang sangat efektif dalam menguraikan bahan organik yang beselulosa tinggi seperti jerami padi. Selain sebagai dekomposer Trichoderma harzianum juga berperan sebagai pengendali hayati terhadap beberapa jenis jamur penyebab penyakit antara lain: Rhizoctonia solani, Fusarium sp., Lentinus lepidus, Phytium sp., Botrytis cinerea, Gloeosporium gloeosporoides, Rigidoporus lignosus dan Sclerotium rolfsii yang menyerang tanaman jagung, kedele, kentang, tomat dan kacang buncis, kubis, cucumber, kapas, kacang tanah, pohon buah-buahan, semak dan tanaman hias (Wahyudi, 2002).
Penambahan kompos jerami padi berpengaruh langsung terhadap tanaman buncis dengan menyuplai nutrien bagi tanaman. Penambahan bahan organik kedalam tanah akan menambahkan unsur hara baik makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga pemupukan dengan pupuk anorganik yang biasa dilakukan oleh para petani dapat dikurangi kuantitasnya karena tanaman sudah mendapatkan unsur-unsur hara dari bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah tersebut. Efisiensi nutrisi tanaman meningkat apabila permukaan tanah dilindungi dengan bahan organik.

B.   Tujuan Pemberian Kompos Jerami Pada Tanaman Buncis

Adapun tujuan dari pelaksanaan proyek usaha mandiri (PUM) yang berjudul “Aplikasi Kompos Jerami untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L.)” adalah sebagai berikut :
1.   Dapat merencanakan suatu kegiatan Proyek Usaha Mandiri tanaman buncis mulai dari perencanaan usaha sampai pelaksanaan.
2.   Dapat mengembangkan usaha tani dengan penerapan teknologi kompos jerami.
3. Dapat mengatasi permasalahan–permasalahan yang muncul selama kegiatan berlangsung dan dapat mengevaluasi hasil dari proyek yang dilaksanakan.
4.   Melatih diri untuk dapat mengelola sebuah usaha, khususnya di bidang pertanian.


















DAFTAR PUSTAKA


Indrianto, A. 1992. “Medium untuk Perkecambahan Biji Anggrek.” Dalam: Pelatihan Budidaya Anggrek. Fakultas Biolgi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Isserep Sumardi. 1989. Kultur Jaringan Tumnbuhan. Pusat Antar-Universitas (PAU). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sudjarwadi, 1979. Pengantar Teknik Irigasi. Fakultas Teknik.
Universitas Gadjah Mada, Yogya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar