LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TANAMAN
Disusun untuk melengkapi tugas
Mata Kuliah Nutrisi Tanaman
Semester IV
Disusun Oleh :
TONI SETIAWAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
Jalan Sriwijaya No. 3 Pekalongan
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah s.w.t yang telah
memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada penyususn sehingga dapat menyelesaikan
Makalah Responsi Praktikum Mata Kuliah Nutrisi Tanaman dengan baik.
Makalah ini disusun untuk
melengkapi tugas Mata Kuliah Nutrisi Tanaman.
Penyusun mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan praktikum
ini, yaitu:
1. Ibu. Ir. Pujiati Syarief. Mp
2. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Pertanian
UNIKAL.
Atas bantuan yang diberikan,
penyususn hanya dapat berharap semoga Allah s.w.t. memberikan balasan yang
terbaik.
Walaupun demikian ,penyususn merasa bahwa makalah
ini masih banyak kekeliruan dan kekuranganya.Oleh karena itu ,penyususn
mengarapkan kritik dari para pembaca atau siapapun yang berkenan.
Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Pekalongan, Juni
2010
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
iii
ACARA
I MEDIA KULTUR JARINGAN
A.
Pendahuluan ......................................................................... 1
B. Komposisi Media Kultur Jaringan ........................................ 2
C. Pemilihan Media ................................................................... 4
D. Kultur Jaringan dengan Media Ms 1 dan Ms 2..................... 9
ACARA II BUDIDAYA KELENGKENG
SECARA VEGETATIF
A.
Perkembangbiakan Tanaman ................................................ 13
B. Grafting Pada Tanaman Kelengkeng .................................... 16
ACARA III FUNGSI UNSUR HARA MAKRO DAN GEJALA
DEFISIENSI
A. Fungsi Unsur Hara Makro..................................................... 19
B. Gejala Defisiensi.................................................................... 20
ACARA IV PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN
HORTIKULTURA
A. Aplikasi Kompos Jerami untuk Meningkatkan
Produksi Tanaman Kacang ..... 22
B. Tujuan Pemberian Kompos Jerami Pada
Tanaman Buncis.... 25
DAFTAR PUSTAKA
ACARA I
MEDIA KULTUR JARINGAN
A. Pendahuluan
Kultur jaringan merupakan sarana di dalam meningkatkan
dan menggali potensi daerah yang berkaitan dengan biodiversity, dalam hal ini
tumbuh-tumbuhan. Dengan kultur jaringan dapat dihasilkan produk tanaman
yang berkualitas, dalam jumlah besar, kontinu dan seragam. Disamping itu
kultur jaringan dapat digunakan didalam pemuliaan tanaman, baik dalam rangka
menghasilkan bibit yang unggul untuk keperluan pertanian dan perkebunan maupun
untuk menghasilkan metabolit sekunder (kandungan bioaktif yang berkhasiat
obat) untuk keperluan industri obat asli alam.
Kultur Jaringan akan sangat bermanfaat sekali bagi Pemda
di dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dengan cara membantu meyediakan
kebutuhan suplai bibit unggul untuk keperluan pertanian seperti sayur-mayur,
buah-buahan, tanaman hias (bunga potong; anggrek, krisan) dan tanaman obat,
maupun untuk keperluan perkebunan seperti pisang abaca, karet, sawi, cengkeh
dll demikian pula untuk keperluan kehutanan seperti jati, pinus, Acacia
mangium, gmelina, dll.
Kultur jaringan adalah sesuatu yang tidak sulit dan
sangat mungkin di lakukan di daerah-daerah. Kultur jaringan dapat
dilakukan oleh siapapun karena kultur jaringan menyangkut aspek
keterampilan Dan kultur jaringan dapat dilakukan dengan investasi
yang relatif murah dibandingkan dengan hasil yang dapat dilakukan. Dengan
menggunakan metode-metode kultur jaringan yang sederhana yang mungkin untuk
dilakukan dapat memberikan dampak yang sangat besar bagi peningkatan dibidang
pertanian, perkebunan dan kehutanan.Kultur Jaringan Tanaman kultur jaringan adalah suatu metode
untuk mengisolasi bagian dari seperti sekelompok atau yang ditumbuhkan dengan
kondisi, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh
menjadi tanaman lengkap kembali
B. Komposisi Media Kultur Jaringan
a.
Hara anorganik
Ada
12 hara mineral yang penting untuk pertumbuhan tanaman dan beberapa hara yang
dilaporkan mempengaruhi pertumbuhan in vitro. Untuk pertumbuhan normal dalam
kultur jaringan, unsur – unsur penting ini harus dimasukkan dalam media kultur.
Perbandingan 5 media pada Tabel 12.1 memperlihatkan bahwa unsur esensial ini
dimasukkan pada masing – masing media tapi konsentrasinya berbeda karena
diberikan dalam bentuk yang berbeda.
b. Hara organik
Tanaman
yang tumbuh dalam kondisi normal bersifat autotrof dan dapat mensintesa semua
kebutuhan bahan organiknya. Meskipun tanaman in vitro dapat mensintesa senyawa
ini, diperkirakan mereka tidak menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup
untuk pertumbuhan yang sehat dan satu atau lebih vitamin mesti ditambahkan ke media.
Thiamin merupakan vitamin yang penting, selain itu asam nikotin, piridoksin dan
inositol biasanya ditambahkan.Selain bahan organik tersebut, bahan kompleks
seringkali ditambahkan, termasuk ekstrak ragi, casein hydrolysate, air kelapa,
jus jeruk, jaringan pisang, dan lain – lain. Penambahan bahan kompleks ini
menghasilkan media yang tak terdefinisi. Dengan penelitian yang cukup,
semestinya bahan kompleks ini dapat diganti dengan zat tertentu, mungkin
tambahan suatu vitamin atau asam amino.
c. Sumber karbon
Tanaman
dalam kultur jaringan tumbuh secara heterotrof dan karena mereka tidak cukup
mensintesa kebutuhan karbonnya, maka sukrosa harus ditambahkan ke dalam media.
Sumber karbon ini menyediakan energy bagi pertumbuhan tanaman dan juga sebagai
bahan pembangun untuk memproduksi molekul yang lebih besar yang diperlukan
untuk tumbuh.Biasanya sukrosa pada konsentrasi 1 – 5% digunakan sebagai sumber
karbon tapi sumber karbon lain seperti glukosa, maltosa, galaktosa dan laktosa
juga digunakan. Ketika sukrosa diautoklaf, terjadi hidrolisis untuk
menghasilkan glukosa dan fruktosa yang dapat digunakan lebih efisien oleh
tanaman dalam kultur.
d. Agar
Umumnya
jaringan dikulturkan pada media padat yang dibuat seperti gel dengan
menggunakan agar atau pengganti agar sperti Gelrite atau Phytagel. Konsentrasi
agar yang digunakan berkisar antara 0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar
menjadi sangat keras, sedikit sekali air yang tersedia, sehingga difusi hara ke
tanaman sangat buruk. Agar dengan kualitas tinggi seperti Difco BiTek mahal
harganya tapi lebih murni, tidak mengandung bahan lain yang mungkin mengganggu
pertumbuhan. Pengganti lain seperti gelatin kadang – kadang digunakan pada lab
komersial.Gel sintetis diketahui dapat menyebabkan hyperhidration (vitrifikasi)
yang merupakan problem fisiologis yang terjadi pada kultur. Untuk mengatasi
masalah ini, produk baru bernaman Agargel telah diproduksi ole Sigma. Produk
ini merupakan campuran agar dan gel sintetis dan menawarkan kelebihan kedua
produk sekaligus mengurangi problem vitrifikasi. Produk ini dapat dibuat di lab
dengan mencampurkan 1 g Gelrite (Phytagel) dengan 4 g agar sebagai agen
pengental untuk 1 L media.
e. pH
pH media biasanya diatur pada kisaran 5.6 – 5.8 tapi tanaman yang
berbeda mungkin memerlukan pH yang berbeda untuk pertumbuhan optimum. Jika pH
lebih tinggi dari 6.0, media mungkin menjadi terlalu keras dan jika pH kurang
dari 5.2, agar tidak dapat memadat.
f. Zat Pengatur Tumbuh
Pada media umumnya ditambahkan zat pengatur tumbuh. Zat pengatur
tumbuh akan dibahas tersendiri pada minggu 13.
g. Air
Air distilata biasanya digunakan dalam kultur jaringan, dan banyak
lab menggunakan aquabides (air destilata ganda). Beberapa lab, dengan alasan
ekonomi, menggunakan air hujan, tapi ini menyebabkan sulit mengontrol kandungan
bahan organik dan non-organik pada media.
C. Pemilihan Media
Jika tidak ada informasi awal, biasanya
mulai dengan media MS (Murashige dan Skoog 1962). Media ini mengandung
konsentrasi garam dan nitrat yang lebih tinggi dibandingkan media lain, dan
telah sukses digunakan pada berbagai tanaman dikotil. Untuk inisiasi kalus,
2.4-D ditambahkan ke media dengan konsentrasi 1 – 5 mgL-1. Untuk multiplikasi
tunas, sitokinin seperti BAP ditambahkan dan juga diberi auksin, seperti NAA
pada konsentrasi yang rendah. Untuk inisiasi akar, IBA pada konsentrasi 1 – 2
mgL-1 ditambahkan. Faktor yang paling sulit ditentukan dalam kultur jaringan
adalah zat pengatur tumbuh dan biasanya perlu melakukan penelitian kecil untuk
menentukan konsentrasi terbaik yang akan digunakan. Ada 2 pendekatan: Pendekatan pertaman adalah
dengan menggunakan media dasar MS dan meneliti kisaran dua zat pengatur tumbuh
yang berbeda. Lihat table 12.1.
Tabel 12.1 Pendekatan eksperimental
untuk memilih konsentrasi yang paling tepat dari BAP dan NAA sebagai tambahan
pada media MS berisi 2% sukrosa dan 0.8% agar, Dimodifikasi dari Bhojwani dan
Razdan (1983).
|
BAP (mg/L)
|
|||
NAA (mg/L)
|
0
|
0.5
|
2.5
|
5.0
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
0.5
|
5
|
6
|
7
|
8
|
2.5
|
9
|
10
|
11
|
12
|
5.0
|
13
|
14
|
15
|
16
|
Pendekatan kedua adalah dengan menggunakan metode yang lebih
luas menurut deFossard (1976) diaman 4 kategori, mineral, auksin, organik dan
sitokinin diuji masing – masing pada 3 konsentrasi. Percobaan yang besar ini
memerlukan 81 perlakuan yang berbeda dan sangat menghabiskan waktu tapi mungkin
diperlukan untuk beberapa tanaman yang sangat sulit dikulturkan.
a. Persiapan Media
Media yang paling banyak digunakan adalah Murashige dan Skoog
(1962). Cara yang paling mudah untuk menyiapkan media MS adalah dengan membeli
prepacked media yang banyak dijual secara komersial.
Berikut adalah hal – hal penting yang mendasar dalam pembuatan media
:
1.
Sebelum memulai, siapkan lembar
media dan tentukan media apa dan berapa banyak yang akan anda buat. Tulis
informasi ini pada lembar kerja dan periksa setiap langkah sambil anda bekerja.
Tanda tangani dan tulis tanggal pada lembar kerja dan letakkan pada notebook.
Anda dapat menuliskan komentar tentang apa saja yang tidak biasa atau penting
yang terjadi pada saat anda membuat media.
2.
Cuci alat gelas dengan air
destilata sebelum mulai menyiapkan media.
3.
Ukur kira – kira 90% dari
volume akhir air destilata, misalnya 900 ml untuk volume akhir 1 liter, lalu
masukkan ke dalam beaker.
4.
Jika anda akan memanaskan
larutan, pastikan anda menggunakan alat tahan panas.
5.
Sambil mengaduk air, perlahan
masukkan bubuk MS dan aduk hingga benar – benar larut. Cuci bagian dalam paket
MS dengan air destilata untuk mengambil sisa – sisa bubuk dan masukkan ke
larutan media.
6.
Masukkan bahan tahan panas
lainnya – stok GM,myo-inositol, sucrose, BA, aduk rata.
7.
Atur pH media menggunakan NaOH,
HCl, or KOH.
8.
Buat volume akhir media dengan
menggunakan labu takar
9.
Jika menggunakan agar, masukkan
ke dalam campuran media sebelum diautoklaf.
10.
Media harus selalu diautoklaf
dalam wadah dengan ukuran 1 1/2 x atau 2x lebih besar dari volume media agar
media tidak tumpah.
11.
Tuangkan media sesuai kebuthan
sebelum diautoklaf atau sesudah diautoklaf, tergantung kebutuhan.
12.
Tutup wadah pada saat
diautoklaf, tapi jangan terlalu erat, agar ada pertukaran udara.
13.
Media disterilisasi dengan mengautoklaf
pada 1 kg/cm2 (15 psi), 121º C selama kurang lebih 30 menit. Volume yang lebih
besar (200 ml atau lebih) mungkin memerlukan waktu yang lebih lama. Gunakan
exhaust yang lambat.
14.
Biarkan media mendingin hingga
55º C sebelum menambahkan bahan – bahan yang tidak tahan panas (acetosyringone,
claforan, kanamycin).
15.
Media dituangkan ke petri dish
biasanya dengan volume 25 ml per petri. Ini akan menghasilkan sekitar 40 petri
per liter media.
16.
Dinginkan media di dalam
laminar. Jangan pindahkan petri yang telah diisi media sampai petri tersebut
dingin.
17.
Simpan media yang sudah dingin
di refrigerator.
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode
kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh
pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu,
macam-macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup
banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama
penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia
yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap
persenyawaan. Media dasar yang sering digunakan dalam kultur jaringan Anthurium
sendiri adalah media MS dan modifikasinya ( Pierik et al.,1974; Pierik dan
Steegmans, 1976;Kunisaki, 1980; Kuenhle et al., 1992; Chen et al; Hamidah et
al., 1997; Teng, 1997;2 ; Rachmawati, 2005), media Nitsch dan modifikasinya
(Geir, 1986, 1987, 1988).
Pada umumnya komposisi utama media tanam kultur jaringan, terdiri
dari hormon (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di
dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro, unsur mikro. Hasil yang
lebih baik akan dapat kita peroleh bila, kedalam media tersebut, ditambahkan
vitamin, asam amino, dan hormon, bahan pemadat media (agar), glukosa dalam
bentuk gula maupun sukrosa, air destilata (akuades), dan bahan organik tambahan.
b. Zat Pengatur Tumbuh
Adalah persenyawaan organik selain dari nutrient yang dalam jumlah
yang sedikit (1mM) dapat merangsang, menghambat, atau mengubah pola pertumbuhan
dan perkembangan tanaman (Moore, 1979 dalam Gunawan, 1992). Zat pengatur tumbuh
(ZPT) dalam kultur jaringan diperlukan untuk mengendalikan dan mengatur
pertumbuhan kultur tanaman. Zat ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis
dalam kultur sel, jaringan, dan organ. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung
pada tujuan dan tahap pengkulturan. Secara umum, zat pengatur tumbuh yang
digunakan dalam kultur jaringan ada tiga kelompok besar, yaitu auksin,
sitokinin, dan giberelin.
Auksin
Digunakan secara luas dalam kultur
jaringan untuk merangsang pertumbuhan kalus, akar, suspensi sel dan organ
(Gunawan, 1992) Contoh hormon kelompok auksin adalah 2,4 Dikloro Fenoksiasetat
(2,4-D), Indol Acetid Acid (IAA), Naftalen Acetid Acid (NAA), atau Indol
Buterik Asetat (IBA). Golongan sitokinin berperan untuk menstimulus pembelahan
sel dan merangsang pertumbuhan tunas pucuk. Menurut Gunawan (1992), golongan
ini sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Sitokinin
yang biasa digunakan dalam kultur jaringan adalah kinetin, ziatin,
benzilaminopurine (BAP). Dan giberelin untuk diferensiasi atau perbanyakan
fungsi sel, terutama pembentukan kalus. Hormon kelompok giberelin adalah GA3,
GA2, dan GA1.
Penggunaan hormon tersebut harus
tepat dalam perhitungan dosis pemakaian, karena jika terlalu banyak maupun
terlalu sedikit dari dosis yang diperlukan justru akan menghambat bahkan
berdampak negatif terhadap tanaman kultur. Karena interaksi antar hormon dalam
suatu media sangat berpengaruh dalam diferensiasi sel.
Kebutuhan nutrisi mineral untuk
tanaman yang dikulturkan secara in-vitro pada dasarnya sama dengan kebutuhan
hara tanaman yang ditumbuhakan di tanah. Unsur-unsur hara yang dibutuhkan
tanaman di lapangan merupakan kebutuhan pokok yang harus tersedia dalam media
kultur jaringan. Antara lain adalah unsur hara makro dan unsur hara mikro.
Unsur-unsur hara tersebut diberikan dalam bentuk garam-garam mineral. Komposisi
media dan perkembangannya didasarkan pada pendekatan masing-masing peneliti.
Unsur hara makro adalah hara yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak. Hara makro tersebut meliputi,
Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Sulfur (S), Magnesium (Mg),
dan Besi (Fe). Kegunaan unsur hara makro tersebut dalam kultur jaringan menurut
Qosim, 2006 dalam Sukarasa, 2007 adalah sebagai berikut:
a.
Nitrogen (N) diberikan dalam
bentuk NH4NO3, NH2PO4, NH2SO4.
Berfungsi untuk membentuk protein, lemak, dan berbagai senyawa organik lain, morfogenesis (pertumbuhan akar dan tunas), pertumbuhan dan pembentukan embrio, pembentukan embrio zigotik dan pertumbuhan vegetatif.
Berfungsi untuk membentuk protein, lemak, dan berbagai senyawa organik lain, morfogenesis (pertumbuhan akar dan tunas), pertumbuhan dan pembentukan embrio, pembentukan embrio zigotik dan pertumbuhan vegetatif.
b.
Fosfor (P), diberikan dalam
bentuk KH2PO4 Berfungsi untuk metabolisme energi, sebagai stabilitor membran
sel, pengaturan metabolisme tanaman, pengaturan produksi pati/amilum,
pembentukan karbohidrat, sangat penting dalam transfer energi, protein, dan
sintesis asam amino serta konstribusi terhadap struktur dan asam nukleat.
c.
Kalium (K), diberikan dalam
bentuk CaCl2.2H2O Berfungsi untuk pemanjangan sel tanaman, memperkuat tubuh
tanaman, memperlancar metabolisme dan penyerapan makanan, ion kalsium
ditransfer secara cepat menyebrangi membran sel dan mengatur pH dan tekanan
osmotik di antara sel.
d.
Kalsium (Ca), diberikan dalam
bentuk CaCl2.2H2O Berfungsi untuk merangsang bulu-bulu akar, penggandaan atau
perbanyakan sel dan akar, pembentukan tabung polen, dinding dan membran sel
lebih kuat, tahan terhadap serangan patogen, mengeraskan batang, memproduksi
cadangan makanan.
e.
Sulfur (S) Unsur S merupakan
unsur yang penting untuk pembentukan beberapa jenis protein, seperti asam amino
dan vitamin B1. Unsur S juga berperan penting dalam pembentukan bitil-bintil
akar.
f.
Magnesium (Mg), diberikan dalam
bentuk MgSO4.7H2O. Berfungsi untuk meningkatkan kandungan fosfat, pembentukan
protein.
g.
Besi (Fe), diberikan dalam
bentuk Fe2(SO4)3;FeSO4.7H2O Berfungsi sebagai penyangga (chelatin agent) yang
sangat penting untuk menyangga kestabilan pH media selama digunakan untuk
menumbuhkan jaringan tanaman.Pada tanaman, Fe berfungsi untuk pernapasan dan
pembentukan hijau daun.
D. Kultur Jaringan dengan
Media Ms 1 dan Ms 2
a. Khemikalia Ms 1 dan Ms 2
untuk 10 liter
STOK
|
Ms1
|
Ms2
|
Aquades
|
A
NH4NO3
|
16,5
gr
|
16,5
gr
|
500
cc
|
B KNO3
|
19 gr
|
19 gr
|
500 cc
|
C CaCL2 2H2O
|
4,4 gr
|
4,4 gr
|
500 cc
|
|
|
|
|
D 1 H3BO3
|
0,062 gr
|
0,062 gr
|
100 cc
|
2 KH3PO4
|
1,7 gr
|
1,7 gr
|
100 cc
|
3 COCL2 6H20
|
0,013 gr
|
0,013 gr
|
100 cc
|
4 NaMO4 H2O
|
0,025 gr
|
0,025 gr
|
100 cc
|
5 KL
|
0,083 gr
|
0,083 gr
|
100 cc
|
|
|
|
|
E 1 MaSO4.6H2O
|
3,7 gr
|
3,7 gr
|
100 cc
|
2 Zn SO4.7H2O
|
0,086 gr
|
0,086 gr
|
100 cc
|
3 CuSO4.5H2O
|
0,013 gr
|
0,013 gr
|
100 cc
|
4 MnSO4.7H2O
|
0,233 gr
|
0,233 gr
|
100 cc
|
|
|
|
|
F 1 Na2 EDTA
|
0,0372 gr
|
0,0372 gr
|
100 cc
|
2 FeSO4.7H2O
|
0,0278 gr
|
0,0278 gr
|
100 cc
|
|
|
|
|
G 1 INOSITOL
|
0,01 gr
|
0,01 gr
|
100 cc
|
2 THIAMIN
|
0,04 gr
|
0,04 gr
|
100 cc
|
3 PYRIDOXIN
|
0,04 gr
|
0,04 gr
|
100 cc
|
4 BIOTIN
|
0,02 gr
|
0,02 gr
|
100 cc
|
|
|
|
|
H 1
2,4 D
|
0,03 gr
|
-
|
50 cc
|
2
1 AA
|
-
|
0,02 gr
|
50 cc
|
|
|
|
|
* AGAR-AGAR
|
80
|
80
|
-
|
* SUKROSA
|
300
|
300
|
-
|
* AIR KELAPA
|
1000 Liter
|
1000 Liter
|
-
|
b. Proses Pembuatan Agar
Ms adalah media modifikasi dari murashige dan skoog.
Sebelum pembuatan media agar siapkan
peralatan dan bahan, dibersihkan terlebih menggunakan alcohol 100 % dahulu
diantaranya adalah:
1.
Gelas piala
2.
Autoklaf
3.
Tabung reaksi
4.
Aquades
5.
Air kelapa
6.
Timbangan magnetik
7.
Alkohol
Ø Untuk pembuatan media yang berjumlah 10 liter dibutuhkan waktu 3
hari.
Ø Kadar alcohol yang dipakai mencapai 95 %.
Ø Penanaman Ms 1 dibutuhkan waktu seminggu untuk penanaman eksplan.
Ø Untuk penanaman Ms2 dibutuhkan waktu 3 hari dan siap ditanam.
Ø Ms1 untuk kalus, sedangkan planlet menggunakan Ms2 atu untuk
memindahkan dari Ms1.
Ø Eksplan tumbuh selama 1 ½ bulan, sedangkan Ms2 membutuhkan 3 bulan
dengan cahaya yang penuh.
Kelemahanya untuk masing-masing agar yang digunakan
adalah :
Ø Ms2 lebih cepat terkontaminasi bakteri dari luar karena pengambilan
kalus waktunya sangat lama karena harus dipilih.
Ciri-Ciri Kalus yang baik adalah sebagai berikut :
Ø Seperti bunga kol berwarna kuning putih dan melepaskan sendiri dari
eksplan, tanpa diambil dengan jarum ose.
Air kelapa yang dipakai adalah menggunakan
kelapa yang masih muda dan berwarna hijau, daun pada planlet berwarna hijau
merupakan kurangnya FESO4 7H2O.
NaOH 1 gr + 250 cc aquades sama
dengan NaOH 0,01 N-,sedangkan NaOH digunakan untuk melarutkan hormone 1 AA
didalam freezer selama 1 minggudan dapat dipakai 2,4 P didalam freezer selama 2
minggu, dengan pH rata-rata 5,8 jika kurang + NaOH dan jika lebih + KL
c.
Pembuatan Agar
1)
Untuk media Ms1 dan Ms2 bahan
ditimbang digunakan untuk 10 liter, sedangkan hormone diletakan pada tempat
sendiri yaitu pada elenmeyer.
2)
Stok A dan B dikocok dan
diambil 50 ml, dan dimasukan kedalam gelas piala.
3)
Stok A dan B dimasukan,
campurkan air kelapa dan aquades diputar pada timbangan magnetic dengan
kecepatan 5 rpm / sekitar 5 menit.
4)
Aquades dan sukrosa yang
bermerek gulaku karena gulaku tidak meninggalkan endapan sedangkan gula lokal
meninggalkan endapan, setelah itu dimasukan pada larutan no 4.
5)
Sebelum dilarutkan menggunakan
aquades 50 cc, hormon 50 cc dimasukan terlebih dahulu untuk 10 liter,semua
bahan diputar dengan kecepatan 7 s/d 8 rpm dengan waktu 7 menit.
6)
Semua cairan 750 cc dimasukan
hingga sebanyak 8 gr.
7)
Aquades dicampur dan dimasukan
kedalam larutan sampai 1 liter, kemudian ditutup dengan alumunium foil diikat,
kemudian masukan dalam autoklaf, tutup rapat-rapat, tekanan yang diperlukan
adalah 250 skal dengan waktu 45 menit + 15 menit agar matang betul.
8)
Pada waktu menurunkan harus
hati-hati agar suhu didalam dan diluar sama, kemudian dikocok agar larutan agar
rata. Untuk Ms1 1 liter larutan akan menjadi sekitar 70 tabung, sedangkan untuk
Ms2 sekitar 30 tabung, untuk Ms1 rata-rata 113 cc.
9)
Setelah ditaruh ditabung,
kemudian dinasukan lagi ke autoklaf kembali selam 1 jam, setelah itu ditata dan
dimasukan kedalam rak. Untuk Ms1 diletakan dengan berdiri dan Ms2 diletakan
miring agar daerah pertumbuhan luas.
ACARA II
BUDIDAYA KELENGKENG SECARA VEGETTIF
A. Perkembangbiakan Tanaman
Seperti layaknya mahluk hidup lainnya, tanaman juga dapat berkembang
biak. Perkembangbiakan tanaman secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu perkembangbiakan
secara alami dan juga buatan.
Perkembangbiakan
alami adalah perkembangbiakan tanaman oleh tanaman itu sendiri secara alami
atau dibantu oleh alam. Sedangkan perkembangbiakan secara buatan adalah
perkembangbiakan tanaman yang mendapat campur tangan manusia.
Tanaman berkembangbiak secara alami melalui berbagai macam cara.
Tanaman berkembangbiak secara alami dengan 2 cara yaitu generatif dan vegetatif.
Generatif adalah bahwa tanaman tersebut berkembang biak secar kawin, yaitu
bertemunya sel jantan yang terdapat pada benang sari dan sel betina yang
terdapat pada putik. Bertemunya 2 sel ini nantinya akan menghasilkan buah yang
berbiji 2 yaitu dikotil. Tanaman yang dikembangbiakkan melalui cara ini
biasanya memiliki sifat genetis yang berbeda dari tanaman induk dan biasanya
mengalami kemunduran.
Perkembangbiakan secara vegetative dapat terbentuk dari sel jaringan
nucellus, serta terbentuknya tanaman dari bagian bagian khusus yaitu umbi,
rhizome, runner dan anakan. Perkembangbiakan dengan terbentuknya umbi juga
terbagi menjadi beberapa cara yaitu umbi lapis seperti terbentuknya bawang dan
bunga tulip, umbi sisik seperti terbentuknya bunga gladiol, umbi batang seperti
terbentuknya kentang dan umbi akar seperti terbentuknya ubi jalar.
Perkembangbiakan secara vegetative alami dengan rizhoma terlihat
pada terbentuknya jahe, sedangkan akar rimpang atau runner atau batang menjalar
pada permukaan tanah adalah seperti terbentuknya strawberry. Untuk
perkembangbiakan dengan anakan contohnya nanas, pisang, salak, dan lidah buaya.
Anakan yang telah tumbuh harus segera dipisah dari induknya dengan hati-hati
supaya tidak merusak tanaman induk dan akar anakan tersebut.
Perkembangbiakan dengan campur tangan manusia adalah rundukan,
cangkok, stek, okulasi, sambung pucuk, penyusuan dan kultur jaringan.
Perkembangbiakan dengan rundukan adalah cara perkembangbiakan dengan cara
membengkokkan cabang dan dibenamkan ke dalam tanah dengan melukai bagian cabang
yang akan dibenamkan untuk mempercepeat tumbuhnya akar. Perkembangbiakan
seperti ini adalah perkembangbiakan dari tanaman melati, jambu monyet dan
ketimun.
Perkembangbiakan buatan yang banyak dikenal oleh masyarakat lainnya
adalah cangkok.
Tanaman berkayu hampir semuanya dapat dicangkok dan pengerjaan cangkok
sebenarnya sangat mudah, hanya saja perlu memperhatikan beberapa hal saja yaitu
waktu mencangkok, pemilihan batang dan pemeliharaan cangkokan. Pilihlah batang
yang tidak terlalu tua, kuat, subur dan tidak mengandung penyakit. Lebih bagus
lagi bila banyak buahnya. Cangkok baik dilakukan pada saat musim penghujan.
Selain cangkok, stek jugatermasuk perkembangbiakan buatan yang mudah untuk
dilakukan.
Anda dapat memisahkan atau memotong beberapa bagian tanaman untuk
menghasilkan bibit tanaman yang banyak dalam waktu singkat. Beberapa macam stek adalah
stek akar untuk mengembangkan jambu biji, cemara, sukun, stek batang untuk
kentang, ubi jalar, stek cabang untuk mangga, rambutan, jeruk, kopi, dan teh
serta stek daun untuk begonia, sanseviera dan cocor bebek. Untuk anda yang
menginginkan hasil perkembangbiakan yang hasilnya bagus dapat memilih okulasi
untuk mengembangbiakkan tumbuhan.
Okulasi dapat dilakukan dengan menempelkan mata tunas diambil dari tanaman
induk yang unggul dan ditempel ke tumbuhan yang berakar kuat. Sayangnya okulasi
membutuhkan waktu lama untuk berhasil, kira-kira 12-24 bulan. Pilihan lainnya
adalah sambung pucuk yaitu cara yang menempelkan batang induk untuk disambung
dengan batang bawah yang ditanam dari biji. Untuk tanaman buah atau tanaman
yang sulit dikembangbiakkan dengan cara lain, penyusuan merupakan cara yang
paling cocok. Penyusuan dilakukan dengan cara menyambung 2 buah batang yang
sama besar yang telah disayat miring dan diikat sampai kira-kira 3 minggu
setelah itu ikatannya bisa dilepas.
Sampai saat ini perkembangbiakan tanaman berkembang seiring dengan
berkembangnya teknologi. Para peneliti di
seluruh dunia menaruh perhatian khusus terhadap penelitian perkembangbiakan
tanaman untuk menghasilkan tanaman baru supaya mendapatkan hasil tanaman yang
terbaik. Penelitian di bidang pangan berupaya untuk menghasilkan tanaman pangan
dengan kualitas nomor satu untuk mendapatkan bibit unggul.
Bibit tanaman yang terbaik dapat menjadi komoditas ekspor yang
berujung dengan bertambahnya kas negara dari devisa yang dihasilkan. Kultur
jaringan merupakan hasil dari perkembangan teknologi pertanian yang dapat
menghasilkan bibit unggul serta varietas baru. Kultur jaringan juga dapat
dilakukan untuk pelestarian jenis tanaman tertentu yang mulai langka. Kultur
jaringan memerlukan pendidikan khusus yang dilatarbelakangi dengan pendidikan
kimia dan biologi. Untuk melakukan kultur jaringan diperlukan media dengan
berbagai bahan campuran seperti garam mineral, asam amino, gula vitamin dan
hormone tumbuhan yang dilakukan dalam keadaan suci hama.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor
lingkungan. Faktor genetis merupakan faktor yang terdapat dalam tanaman seperti
benis, varietas, hormone serta lainnya. Sedangkan faktor lingkungan adalah
faktor seperti keadaan
tanah, iklim, cuaca, suhu, air dan udara. Seperti mahluk hidup
lainnya, tanaman juga dapat beradaptasi dengan lingkungan serta
perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan fisiologis, atau morfologis.
Tanaman sebenarnya memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap
perubahan iklim, hama
penyakit, absorbsi tanah serta pembatasan respirasi yang ditunjukkan dengan
perubahan struktur tubuh tanaman tersebut. Adaptasi tanaman dapat berlangsung
dengan baik bila tanaman dipindahkan dari tempat lain ke tempat yang kondisinya
hampir serupa. Walaupun telah ada rekayasa pengetahuan dan teknologi namun
supaya proses pertumbuhan tanaman dapat berlangsung dengan baik maka hendaknya
jangan memindahkan tanaman ke tempat yang kondisinya benar-benar berbeda.
B. Grafting Pada Tanaman
Kelengkeng
Grafting atau yang lebih dikenal
dengan sambung pucuk adalah merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman
secara vegetatif. Grafting sendiri biasanya dilakukan dengan menyambung entres
tanaman (batang atas) dari indukan atau varietas yang unggul, sedang batang
bawahnya dipilih dari biji yang mempunyai sifat tahan penyakit dan adaptif
terhadap lingkungan.
Salah satu tanaman yang bisa
dikembang biakan dengan grafting ini adalah kelengkeng. Batang bawah yang
digunakan untuk lengkeng berasal dari biji, sedang entres atau batang atasnya
dipilih jenis lengkeng yang produktif dan cepat berbuah seperti jenis lengkeng
dataran rendah Diamond
River, Pingpong, Itoh dan
lainnya.
Yang perlu dijadikan catatan,
grafting lengkeng memerlukan ketrampilan dan latihan berulang-ulang untuk
mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi, oleh karena lengkeng memiliki kulit
batang yang sangat tipis dibanding tanaman lainnya seperti kopi, jambu air
ataupun lainnya.
Tapi jangan khawatir, berkat latihan,
latihan dan terus latihan serta berbagai informasi dari berbagai sumber,
berikut saya berikan kunci dalam grafting lengkeng :
·
Pilih batang bawah yang cukup
berkayu dan dalam kondisi vegetatif yang bagus, ditandai dengan keluarnya tunas
muda. Hal ini dapat diperoleh dengan jalan melakukan pemupukan 2 minggu sebelum
batang bawah di sambung
·
Untuk entres pilih juga yang
dalam masa vegetatif bagus, ditandai juga dengan adanya tunas muda. Dan ingat
jangan pilih entres yang terlalu muda, masih hijau ataupun kemerahan. Pilih
yang muda menuju proses tua, buang ujung yang masih terlalu muda. Sebagai tips
tambahan, 2 minggu sebelum pengambilan entres, pangkas daunnya agar merangsang
pertumbuhan tunas baru.
·
Kulit batang bawah dan entres
harus ketemu, jika mungkin batang atas dan bawah harus seimbang
·
Gunakan pisau yang tajam dan
bila perlu steril
·
Plastik pengikat usahakan
gunakan plastik es yang bersih, demikian juga untuk plastik penutupnya
·
Usahakan waktu grafting pagi
atau sore hari dan dilakukan ditempat yang teduh (dibawah naungan), jangan
waktu kondisi terik.
Berikut
tahapan untuk sambung pucuk lengkeng
1.
Siapkan alat seperti pisau
grafting, gunting tanaman, plastik pengikat dan sungkup
2.
Pilih batang bawah yang siap di
sambung demikian juga batang atas / entres, usahakan keduanya memiliki ukuran
yang seimbang.
3.
Ujung batang bawah dipotong
pada ketinggian 10-20 cm dari permukaan tanah
4.
Belah batang bawah dengan pisau
sedalam kurang lebih 3-4 cm membentuk huruf V
5.
Potong cabang enters sepanjang
4-7 cm (2-3 mata tunas), sayat bagian pangkal dikedua sisinya sehingga
membentuk baji sepanjang 2-3 cm. Usahakan sayatan ini mulus atau datar
6.
Sisipkan batang atas ke dalam
celah batang bawah hingga benar-benar menyatu. Disinilah letak kunci
keberhasilan utama grafting. Dengan penggunaan pisau yang tajam dalam membelah
batang bawah dan menyayat entres, diharapkan pada penyisipan ini kedua bagian
dapat menyatu dengan sempurna. Sebab salah sedikit dapat dipastikan grafting
akan gagal. Sebagai tips, konsentrasikan penyatuan kulit kedua bagian (batang
atas dan entres) hanya pada satu sisi saja, abaikan sisi yang lain bila sudah
kita dapatkan satu sisi menyatu dengan sempurna. Sebab bila kita menghendaki
semua sisi menyatu sempurna akan susah dilakukan karena ukuran entres dan batang
bawah tidak mungkin persis sama. Paling tidak inilah kesimpulan saya selama
melakukan grafting lengkeng.
7.
Hasil sambungan ditali
menggunakan plastik mulai dari sambungan bawah sampai kesambungan atas dan
berakhir ke bawah lagi lalu diikat erat. Pengikatan / pembungkusan plastik bisa
juga dilakukan sampai ke entres, dengan maksud agar entres terhindar dari
proses penguapan yang berlebih
8.
Sungkup hasil sambungan dengan
plastik es dan tempatkan ditempat teduh atau dibawah shading net.
9.
Dalam jangka waktu 3-4 minggu
sambungan yang berhasil akan keluar tunas muda, saat inilah plastik sungkup
boleh dibuka, tapi jangan tempatkan tanaman dibawah sinar matahari langsung.
Tempatkan ditempat yang ternaungi dulu selama kurang lebih 2 minggu.
Dengan berpedoman pada hal yang telah
diuraikan diatas, yang dahulu pada awalnya tingakat keberhasilan saya dalam
grafting lengkeng 0 % kini menjadi lebih dari 60 %.
ACARA III
FUNGSI UNSUR HARA MAKRO DAN GEJALA DEFISIENSI
A. Fungsi Unsur Hara Makro
Banyak para hobiis
dan pencinta tanaman hias, bertanya tentang komposisi kandungan pupuk dan
prosentase kandungan N, P dan K yang tepat untuk tanaman yang bibit, remaja
atau dewasa/indukan. Berikut ini adalah fungsi-fungsi masing-masing unsur
tersebut :
Nitrogen ( N )
1.
Merangsang pertumbuhan tanaman
secara keseluruhan
2.
Merupakan bagian dari sel (
organ ) tanaman itu sendiri
3.
Berfungsi untuk sintesa asam
amino dan protein dalam tanaman
4.
Merangsang pertumbuhan
vegetatif ( warna hijau ) seperti daun
5.
Tanaman yang kekurangan unsur N
gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit,
pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.
Fosfor ( P )
1.
Berfungsi untuk pengangkutan
energi hasil metabolisme dalam tanaman
2.
Merangsang pembungaan dan
pembuahan
3.
Merangsang pertumbuhan akar
4.
Merangsang pembentukan biji
5.
Merangsang pembelahan sel
tanaman dan memperbesar jaringan sel
6.
Tanaman yang kekurangan unsur P
gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna
keunguan atau kemerahan ( kurang sehat
Kalium ( K )
Berfungsi dalam
proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk
air. Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
Tanaman yang
kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau
segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada
pucuk daun.
Unsur Hara makro
maupun mikro walaupun berbeda dalam jumlah kebutuhanya,namun dalam fungsi pada
tanaman,masing-masing unsur sama pentingnya dan tidak bisa digantikan satu sama
lain.kalau diilustrasikan ibarat roda mobil dengan setir /kemudi.dalam junlah
kebutuhan ,roda dibutuhkan lebih banyak daripada kemudi,namun dari segi
kepentinganya,roda tidak dapat mengalahakan kemudi.dalam hal ini unsur hara
mempunyai fungsi dan peran khusus sendiri-sendiri terhadap proses pertumbuhan
dan perkembangan tanaman,sehingga ketika terjadi kekurangan salah satu dari
unsur hara tersebut maka akan mengakibatkan tidak optimalnya pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Unsur Hara yang
diberikan pada tanaman sebaiknya sudah dalam bentuk ion seperti:
NH,HPO,K,Mg,SO, dan lain-lain agar langsung dapat diserap tanaman
B. Gejala Defisiensi
a.
Defisiensi Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur mobil dalam tanaman, oleh
karena itu gejala kekurangannya akan dimulai pada daun-daun yang lebih tua.
Gejala berupa menguningnya daun, kadang-kadang disertai dengan berubahnya warna
daun menjadi kemerahan akibat terbentuknya anthocyanin. Pertumbuhan tanaman
akan terhambat, dan bentuk daun tidak normal
b.
Defisiensi Fosfor
Tumbuhan membutuhkan fosfor pada semua tahap dalam
perkembangannya. Kebutuhan fosfor paling besar adalah pada saat pembentukan
biji dan perkembangan awal. Jika ketersediaan fosfor terbatas, fosfor akan
ditranslokasikan dari jaringan tua ke jaringan muda pada tumbuhan, seperti
daun, akar, dan titik-titik tumbuh lain. Tumbuhan yang kekurangan fosfor
memiliki akar yang lemah dan memiliki daun yang berukuran kecil, gelap, dan
berwarna abu-hijau. Daun tua yang berada di dasar tangkai berwarna kuning
terang. Daun yang berada tepat diatas daun tua tersebut berwarna hijau tua.
Urat daun berwarna cokelat pada daun dewasa.
c.
Defisiensi Kalium
Defisiensi kalium tidak menunjukkan gejala yang jelas,
awalnya hanya pengurangan laju pertumbuhan, setelah lanjut diikuti oleh
klorosis dan nekrosis. Umumnya mulai nampak pada daun tua, karena K+ yang mobil
ditransport dari daun tua ke jaringan yang lebih muda. Turunnya turgor apalagi
pada kondisi stres air menyebabkan tanaman lembek. K+ juga dapat meningkatkan
resistensi tanaman terhadap beberapa penyakit.
ACARA IV
PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN
HORTIKULTURA
A. Aplikasi Kompos Jerami untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Kacang Buncis
Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu jenis
tanaman sayuran polong yang memiliki banyak manfaat. Sebagai bahan sayuran,
polong buncis dapat dikonsumsi dalam keadaan muda atau dikonsumsi bijinya.
Polong buncis yang dipetik pada saat masih muda memiliki rasa agak manis
sehingga sangat cocok untuk bahan sayuran.
Buncis memiliki potensi ekonomi yang sangat baik, sebab peluang
pasarnya cukup luas yaitu untuk sasaran pasar dalam negeri maupun pasar luar
negeri. Ekspor buncis dapat berupa polong segar, polong yang dibekukan maupun
bijinya (kacang jogo). Buncis mempunyai peranan yang sangat besar terhadap
pendapatan petani, peningkatan gizi masyarakat, pendapatan negara melalui
ekspor, pengembangan agribisnis, dan perluasan kesempatan kerja (Setianingsih
dan Khaerodin, 2003).
Kebutuhan masyarakat akan buncis terus meningkat dari tahun ke tahun
seiring dengan pertumbuhan penduduk. Hasil survei pertanian yang dilakukan pada
tahun 1990 dengan jumlah penduduk 179.332.000 jiwa, kebutuhan akan buncis
mencapai 261.810 ton, sedangkan produksi buncis hanya mencapai 149.863 ton
dengan luas areal panen adalah 54.273 hektar (Setianingsih dan Khaerodin,
2003). Sementara itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2006), khusus
untuk wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota dengan jumlah penduduk 330.536 jiwa,
kebutuhan buncis mencapai 2.221.201 ton, sedangkan produksi buncis 1.312,60
ton. Dari data tersebut terlihat bahwa produksi buncis di dalam negeri belum
dapat memenuhi kebutuhan penduduk. Untuk memenuhi permintaan penduduk perlu dilakukan
usaha peningkatan produksi buncis baik dari kualitas maupun kuantitas yakni
dengan cara perbaikan teknik budidaya, pemilihan teknologi yang tepat,
penggunaan benih yang baik, pemeliharaan serta perlindungan hama dan penyakit. Menurut Rukmana (2002), tanaman
buncis yang baik akan menghasilkan polong muda bekisar antara 16 – 25
ton/hektar sementara menurut Cahyono (2007), hasil panen polong buncis muda
dapat mencapai 30 ton/hektar.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi buncis adalah dengan
menggunakan teknologi yang tepat. Salah satu teknologi yang dapat diterapkan
adalah kompos jerami, dimana diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap
produksi buncis.
Jerami padi merupakan bagian vegetatif dari tanaman padi (batang,
daun, tangkai malai). Pada waktu tanaman padi dipanen, jerami adalah bagian
yang tidak dipungut atau diambil. Perbandingan antara bobot gabah yang dipanen
dengan jerami pada saat panen padi umumnya 2 : 3. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah jerami yang dihasilkan lebih besar daripada gabah. Khusus di wilayah
Kabupaten Limapuluh Kota yang pada umumnya masyarakatnya bergerak dalam bidang
pertanian khususnya budidaya tanaman padi, pada saat panen padi menghasilkan
jerami padi dalam jumlah yang sangat banyak. Hal ini merupakan yang sangat besar
dan diperlukan suatu usaha untuk mengelola tersebut agar dapat berguna. Oleh
karena itu, penggunaan jerami padi sebagai bahan baku kompos dapat mengurangi jumlah jerami
yang tidak terpakai agar lebih bermanfaat bagi tanaman.
Kompos merupakan hasil penguraian dari campuran bahan-bahan organik
yang dapat dipercepat oleh populasi berbagai macam mikroorganisme dalam kondisi
lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Wikipedia.org).
Kompos yang dibuat dari bahan jerami sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan
unsur hara bagi tanaman. Menurut Mahyuddin, kandungan unsur hara dalam kompos
adalah terdiri dari N (0,5-2,0) %, P2O5 (0,44 – 0,88) %, dan K2O (0,4 – 1,5) %.
Hal ini menunjukkan bahwa kompos dapat mengefisiensikan penggunaan pupuk kimiawi.
Karena pada tanaman kacang-kacangan, kebutuhan akan unsur N dalam jumlah yang
cukup akan memacu pertumbuhan vegetatif tanaman seperti tinggi tanaman, besar
batang, pembentukan cabang dan daun, pertumbuhan pucuk dan dan mengganti
sel-sel yang telah rusak. Selain itu, zat nitrogen juga bermanfaat bagi
pembentukan klorofil yang penting untuk proses fotosintesis sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Kompos juga berperan dalam meningkatkan produktivitas tanah karena
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Sarief, 1983). Peranan
kompos dalam memperbaiki sifat fisik tanah terutama dalam pembentukan struktur
tanah sehingga terbentuk agregat–agregat tanah dengan stabilitas yang mantap,
ruang pori,
aerasi dan draenase yang baik sehingga akan menjaga tata air dan udara tanah
yang seimbang. Hal ini akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan akar tanaman karena akar dapat dengan mudah menembus lapisan tanah
sehingga mampu memperoleh unsur hara lebih baik.
Kompos dapat memperbaiki sifat kimia tanah melalui perombakan bahan
organik segar oleh mikroorganisme tanah sehingga senyawa atau zat organik dalam
jaringan tanaman atau hewan diubah menjadi zat anorganik yang akan memperkaya
ketersediaan hara dalam tanah. Di dalam memperbaiki sifat biologi tanah, kompos
dapat menambah populasi mikroorganisme tanah sehingga kegiatan mikroorganisme
dalam tanah akan meningkat karena bahan organik yang terdapat didalam kompos
digunakan sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya.
Proses pembuatan kompos jerami padi dilakukan dengan bantuan
mikroorganisme, yaitu jamur Trichoderma harzianum. Trichoderma harzianum
merupakan mikroorganisme yang memiliki enzim selulosa yang sangat efektif dalam
menguraikan bahan organik yang beselulosa tinggi seperti jerami padi. Selain
sebagai dekomposer Trichoderma harzianum juga berperan sebagai pengendali
hayati terhadap beberapa jenis jamur penyebab penyakit antara lain: Rhizoctonia
solani, Fusarium sp., Lentinus lepidus, Phytium sp., Botrytis cinerea,
Gloeosporium gloeosporoides, Rigidoporus lignosus dan Sclerotium rolfsii yang
menyerang tanaman jagung, kedele, kentang, tomat dan kacang buncis, kubis,
cucumber, kapas, kacang tanah, pohon buah-buahan, semak dan tanaman hias
(Wahyudi, 2002).
Penambahan kompos jerami padi berpengaruh langsung terhadap tanaman
buncis dengan menyuplai nutrien bagi tanaman. Penambahan bahan organik kedalam
tanah akan menambahkan unsur hara baik makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh
tanaman, sehingga pemupukan dengan pupuk anorganik yang biasa dilakukan oleh
para petani dapat dikurangi kuantitasnya karena tanaman sudah mendapatkan
unsur-unsur hara dari bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah tersebut.
Efisiensi nutrisi tanaman meningkat apabila permukaan tanah dilindungi dengan
bahan organik.
B. Tujuan Pemberian Kompos Jerami Pada Tanaman Buncis
Adapun tujuan dari pelaksanaan proyek usaha mandiri (PUM) yang
berjudul “Aplikasi Kompos Jerami untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Kacang
Buncis (Phaseolus vulgaris L.)” adalah sebagai berikut :
1. Dapat merencanakan suatu
kegiatan Proyek Usaha Mandiri tanaman buncis mulai dari perencanaan usaha
sampai pelaksanaan.
2. Dapat mengembangkan usaha
tani dengan penerapan teknologi kompos jerami.
3. Dapat mengatasi permasalahan–permasalahan yang muncul selama
kegiatan berlangsung dan dapat mengevaluasi hasil dari proyek yang
dilaksanakan.
4. Melatih diri untuk dapat
mengelola sebuah usaha, khususnya di bidang pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Indrianto, A. 1992. “Medium untuk
Perkecambahan Biji Anggrek.” Dalam: Pelatihan
Budidaya Anggrek. Fakultas Biolgi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Isserep Sumardi. 1989. Kultur
Jaringan Tumnbuhan. Pusat Antar-Universitas (PAU). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sudjarwadi, 1979. Pengantar Teknik Irigasi. Fakultas
Teknik.
Universitas Gadjah Mada, Yogya
Disusun untuk melengkapi tugas
Mata Kuliah Nutrisi Tanaman
Semester IV
Disusun Oleh :
TONI SETIAWAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
Jalan Sriwijaya No. 3 Pekalongan
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah s.w.t yang telah
memberikan rahmat dan hidayah Nya kepada penyususn sehingga dapat menyelesaikan
Makalah Responsi Praktikum Mata Kuliah Nutrisi Tanaman dengan baik.
Makalah ini disusun untuk
melengkapi tugas Mata Kuliah Nutrisi Tanaman.
Penyusun mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan praktikum
ini, yaitu:
1. Ibu. Ir. Pujiati Syarief. Mp
2. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Pertanian
UNIKAL.
Atas bantuan yang diberikan,
penyususn hanya dapat berharap semoga Allah s.w.t. memberikan balasan yang
terbaik.
Walaupun demikian ,penyususn merasa bahwa makalah
ini masih banyak kekeliruan dan kekuranganya.Oleh karena itu ,penyususn
mengarapkan kritik dari para pembaca atau siapapun yang berkenan.
Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Pekalongan, Juni
2010
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
iii
ACARA
I MEDIA KULTUR JARINGAN
A.
Pendahuluan ......................................................................... 1
B. Komposisi Media Kultur Jaringan ........................................ 2
C. Pemilihan Media ................................................................... 4
D. Kultur Jaringan dengan Media Ms 1 dan Ms 2..................... 9
ACARA II BUDIDAYA KELENGKENG
SECARA VEGETATIF
A.
Perkembangbiakan Tanaman ................................................ 13
B. Grafting Pada Tanaman Kelengkeng .................................... 16
ACARA III FUNGSI UNSUR HARA MAKRO DAN GEJALA
DEFISIENSI
A. Fungsi Unsur Hara Makro..................................................... 19
B. Gejala Defisiensi.................................................................... 20
ACARA IV PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN
HORTIKULTURA
A. Aplikasi Kompos Jerami untuk Meningkatkan
Produksi Tanaman Kacang ..... 22
B. Tujuan Pemberian Kompos Jerami Pada
Tanaman Buncis.... 25
DAFTAR PUSTAKA
ACARA I
MEDIA KULTUR JARINGAN
A. Pendahuluan
Kultur jaringan merupakan sarana di dalam meningkatkan
dan menggali potensi daerah yang berkaitan dengan biodiversity, dalam hal ini
tumbuh-tumbuhan. Dengan kultur jaringan dapat dihasilkan produk tanaman
yang berkualitas, dalam jumlah besar, kontinu dan seragam. Disamping itu
kultur jaringan dapat digunakan didalam pemuliaan tanaman, baik dalam rangka
menghasilkan bibit yang unggul untuk keperluan pertanian dan perkebunan maupun
untuk menghasilkan metabolit sekunder (kandungan bioaktif yang berkhasiat
obat) untuk keperluan industri obat asli alam.
Kultur Jaringan akan sangat bermanfaat sekali bagi Pemda
di dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dengan cara membantu meyediakan
kebutuhan suplai bibit unggul untuk keperluan pertanian seperti sayur-mayur,
buah-buahan, tanaman hias (bunga potong; anggrek, krisan) dan tanaman obat,
maupun untuk keperluan perkebunan seperti pisang abaca, karet, sawi, cengkeh
dll demikian pula untuk keperluan kehutanan seperti jati, pinus, Acacia
mangium, gmelina, dll.
Kultur jaringan adalah sesuatu yang tidak sulit dan
sangat mungkin di lakukan di daerah-daerah. Kultur jaringan dapat
dilakukan oleh siapapun karena kultur jaringan menyangkut aspek
keterampilan Dan kultur jaringan dapat dilakukan dengan investasi
yang relatif murah dibandingkan dengan hasil yang dapat dilakukan. Dengan
menggunakan metode-metode kultur jaringan yang sederhana yang mungkin untuk
dilakukan dapat memberikan dampak yang sangat besar bagi peningkatan dibidang
pertanian, perkebunan dan kehutanan.Kultur Jaringan Tanaman kultur jaringan adalah suatu metode
untuk mengisolasi bagian dari seperti sekelompok atau yang ditumbuhkan dengan
kondisi, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh
menjadi tanaman lengkap kembali
B. Komposisi Media Kultur Jaringan
a.
Hara anorganik
Ada
12 hara mineral yang penting untuk pertumbuhan tanaman dan beberapa hara yang
dilaporkan mempengaruhi pertumbuhan in vitro. Untuk pertumbuhan normal dalam
kultur jaringan, unsur – unsur penting ini harus dimasukkan dalam media kultur.
Perbandingan 5 media pada Tabel 12.1 memperlihatkan bahwa unsur esensial ini
dimasukkan pada masing – masing media tapi konsentrasinya berbeda karena
diberikan dalam bentuk yang berbeda.
b. Hara organik
Tanaman
yang tumbuh dalam kondisi normal bersifat autotrof dan dapat mensintesa semua
kebutuhan bahan organiknya. Meskipun tanaman in vitro dapat mensintesa senyawa
ini, diperkirakan mereka tidak menghasilkan vitamin dalam jumlah yang cukup
untuk pertumbuhan yang sehat dan satu atau lebih vitamin mesti ditambahkan ke media.
Thiamin merupakan vitamin yang penting, selain itu asam nikotin, piridoksin dan
inositol biasanya ditambahkan.Selain bahan organik tersebut, bahan kompleks
seringkali ditambahkan, termasuk ekstrak ragi, casein hydrolysate, air kelapa,
jus jeruk, jaringan pisang, dan lain – lain. Penambahan bahan kompleks ini
menghasilkan media yang tak terdefinisi. Dengan penelitian yang cukup,
semestinya bahan kompleks ini dapat diganti dengan zat tertentu, mungkin
tambahan suatu vitamin atau asam amino.
c. Sumber karbon
Tanaman
dalam kultur jaringan tumbuh secara heterotrof dan karena mereka tidak cukup
mensintesa kebutuhan karbonnya, maka sukrosa harus ditambahkan ke dalam media.
Sumber karbon ini menyediakan energy bagi pertumbuhan tanaman dan juga sebagai
bahan pembangun untuk memproduksi molekul yang lebih besar yang diperlukan
untuk tumbuh.Biasanya sukrosa pada konsentrasi 1 – 5% digunakan sebagai sumber
karbon tapi sumber karbon lain seperti glukosa, maltosa, galaktosa dan laktosa
juga digunakan. Ketika sukrosa diautoklaf, terjadi hidrolisis untuk
menghasilkan glukosa dan fruktosa yang dapat digunakan lebih efisien oleh
tanaman dalam kultur.
d. Agar
Umumnya
jaringan dikulturkan pada media padat yang dibuat seperti gel dengan
menggunakan agar atau pengganti agar sperti Gelrite atau Phytagel. Konsentrasi
agar yang digunakan berkisar antara 0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar
menjadi sangat keras, sedikit sekali air yang tersedia, sehingga difusi hara ke
tanaman sangat buruk. Agar dengan kualitas tinggi seperti Difco BiTek mahal
harganya tapi lebih murni, tidak mengandung bahan lain yang mungkin mengganggu
pertumbuhan. Pengganti lain seperti gelatin kadang – kadang digunakan pada lab
komersial.Gel sintetis diketahui dapat menyebabkan hyperhidration (vitrifikasi)
yang merupakan problem fisiologis yang terjadi pada kultur. Untuk mengatasi
masalah ini, produk baru bernaman Agargel telah diproduksi ole Sigma. Produk
ini merupakan campuran agar dan gel sintetis dan menawarkan kelebihan kedua
produk sekaligus mengurangi problem vitrifikasi. Produk ini dapat dibuat di lab
dengan mencampurkan 1 g Gelrite (Phytagel) dengan 4 g agar sebagai agen
pengental untuk 1 L media.
e. pH
pH media biasanya diatur pada kisaran 5.6 – 5.8 tapi tanaman yang
berbeda mungkin memerlukan pH yang berbeda untuk pertumbuhan optimum. Jika pH
lebih tinggi dari 6.0, media mungkin menjadi terlalu keras dan jika pH kurang
dari 5.2, agar tidak dapat memadat.
f. Zat Pengatur Tumbuh
Pada media umumnya ditambahkan zat pengatur tumbuh. Zat pengatur
tumbuh akan dibahas tersendiri pada minggu 13.
g. Air
Air distilata biasanya digunakan dalam kultur jaringan, dan banyak
lab menggunakan aquabides (air destilata ganda). Beberapa lab, dengan alasan
ekonomi, menggunakan air hujan, tapi ini menyebabkan sulit mengontrol kandungan
bahan organik dan non-organik pada media.
C. Pemilihan Media
Jika tidak ada informasi awal, biasanya
mulai dengan media MS (Murashige dan Skoog 1962). Media ini mengandung
konsentrasi garam dan nitrat yang lebih tinggi dibandingkan media lain, dan
telah sukses digunakan pada berbagai tanaman dikotil. Untuk inisiasi kalus,
2.4-D ditambahkan ke media dengan konsentrasi 1 – 5 mgL-1. Untuk multiplikasi
tunas, sitokinin seperti BAP ditambahkan dan juga diberi auksin, seperti NAA
pada konsentrasi yang rendah. Untuk inisiasi akar, IBA pada konsentrasi 1 – 2
mgL-1 ditambahkan. Faktor yang paling sulit ditentukan dalam kultur jaringan
adalah zat pengatur tumbuh dan biasanya perlu melakukan penelitian kecil untuk
menentukan konsentrasi terbaik yang akan digunakan. Ada 2 pendekatan: Pendekatan pertaman adalah
dengan menggunakan media dasar MS dan meneliti kisaran dua zat pengatur tumbuh
yang berbeda. Lihat table 12.1.
Tabel 12.1 Pendekatan eksperimental
untuk memilih konsentrasi yang paling tepat dari BAP dan NAA sebagai tambahan
pada media MS berisi 2% sukrosa dan 0.8% agar, Dimodifikasi dari Bhojwani dan
Razdan (1983).
|
BAP (mg/L)
|
|||
NAA (mg/L)
|
0
|
0.5
|
2.5
|
5.0
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
0.5
|
5
|
6
|
7
|
8
|
2.5
|
9
|
10
|
11
|
12
|
5.0
|
13
|
14
|
15
|
16
|
Pendekatan kedua adalah dengan menggunakan metode yang lebih
luas menurut deFossard (1976) diaman 4 kategori, mineral, auksin, organik dan
sitokinin diuji masing – masing pada 3 konsentrasi. Percobaan yang besar ini
memerlukan 81 perlakuan yang berbeda dan sangat menghabiskan waktu tapi mungkin
diperlukan untuk beberapa tanaman yang sangat sulit dikulturkan.
a. Persiapan Media
Media yang paling banyak digunakan adalah Murashige dan Skoog
(1962). Cara yang paling mudah untuk menyiapkan media MS adalah dengan membeli
prepacked media yang banyak dijual secara komersial.
Berikut adalah hal – hal penting yang mendasar dalam pembuatan media
:
1.
Sebelum memulai, siapkan lembar
media dan tentukan media apa dan berapa banyak yang akan anda buat. Tulis
informasi ini pada lembar kerja dan periksa setiap langkah sambil anda bekerja.
Tanda tangani dan tulis tanggal pada lembar kerja dan letakkan pada notebook.
Anda dapat menuliskan komentar tentang apa saja yang tidak biasa atau penting
yang terjadi pada saat anda membuat media.
2.
Cuci alat gelas dengan air
destilata sebelum mulai menyiapkan media.
3.
Ukur kira – kira 90% dari
volume akhir air destilata, misalnya 900 ml untuk volume akhir 1 liter, lalu
masukkan ke dalam beaker.
4.
Jika anda akan memanaskan
larutan, pastikan anda menggunakan alat tahan panas.
5.
Sambil mengaduk air, perlahan
masukkan bubuk MS dan aduk hingga benar – benar larut. Cuci bagian dalam paket
MS dengan air destilata untuk mengambil sisa – sisa bubuk dan masukkan ke
larutan media.
6.
Masukkan bahan tahan panas
lainnya – stok GM,myo-inositol, sucrose, BA, aduk rata.
7.
Atur pH media menggunakan NaOH,
HCl, or KOH.
8.
Buat volume akhir media dengan
menggunakan labu takar
9.
Jika menggunakan agar, masukkan
ke dalam campuran media sebelum diautoklaf.
10.
Media harus selalu diautoklaf
dalam wadah dengan ukuran 1 1/2 x atau 2x lebih besar dari volume media agar
media tidak tumpah.
11.
Tuangkan media sesuai kebuthan
sebelum diautoklaf atau sesudah diautoklaf, tergantung kebutuhan.
12.
Tutup wadah pada saat
diautoklaf, tapi jangan terlalu erat, agar ada pertukaran udara.
13.
Media disterilisasi dengan mengautoklaf
pada 1 kg/cm2 (15 psi), 121º C selama kurang lebih 30 menit. Volume yang lebih
besar (200 ml atau lebih) mungkin memerlukan waktu yang lebih lama. Gunakan
exhaust yang lambat.
14.
Biarkan media mendingin hingga
55º C sebelum menambahkan bahan – bahan yang tidak tahan panas (acetosyringone,
claforan, kanamycin).
15.
Media dituangkan ke petri dish
biasanya dengan volume 25 ml per petri. Ini akan menghasilkan sekitar 40 petri
per liter media.
16.
Dinginkan media di dalam
laminar. Jangan pindahkan petri yang telah diisi media sampai petri tersebut
dingin.
17.
Simpan media yang sudah dingin
di refrigerator.
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode
kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh
pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan
perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu,
macam-macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup
banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama
penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia
yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap
persenyawaan. Media dasar yang sering digunakan dalam kultur jaringan Anthurium
sendiri adalah media MS dan modifikasinya ( Pierik et al.,1974; Pierik dan
Steegmans, 1976;Kunisaki, 1980; Kuenhle et al., 1992; Chen et al; Hamidah et
al., 1997; Teng, 1997;2 ; Rachmawati, 2005), media Nitsch dan modifikasinya
(Geir, 1986, 1987, 1988).
Pada umumnya komposisi utama media tanam kultur jaringan, terdiri
dari hormon (zat pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di
dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro, unsur mikro. Hasil yang
lebih baik akan dapat kita peroleh bila, kedalam media tersebut, ditambahkan
vitamin, asam amino, dan hormon, bahan pemadat media (agar), glukosa dalam
bentuk gula maupun sukrosa, air destilata (akuades), dan bahan organik tambahan.
b. Zat Pengatur Tumbuh
Adalah persenyawaan organik selain dari nutrient yang dalam jumlah
yang sedikit (1mM) dapat merangsang, menghambat, atau mengubah pola pertumbuhan
dan perkembangan tanaman (Moore, 1979 dalam Gunawan, 1992). Zat pengatur tumbuh
(ZPT) dalam kultur jaringan diperlukan untuk mengendalikan dan mengatur
pertumbuhan kultur tanaman. Zat ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis
dalam kultur sel, jaringan, dan organ. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung
pada tujuan dan tahap pengkulturan. Secara umum, zat pengatur tumbuh yang
digunakan dalam kultur jaringan ada tiga kelompok besar, yaitu auksin,
sitokinin, dan giberelin.
Auksin
Digunakan secara luas dalam kultur
jaringan untuk merangsang pertumbuhan kalus, akar, suspensi sel dan organ
(Gunawan, 1992) Contoh hormon kelompok auksin adalah 2,4 Dikloro Fenoksiasetat
(2,4-D), Indol Acetid Acid (IAA), Naftalen Acetid Acid (NAA), atau Indol
Buterik Asetat (IBA). Golongan sitokinin berperan untuk menstimulus pembelahan
sel dan merangsang pertumbuhan tunas pucuk. Menurut Gunawan (1992), golongan
ini sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel dan morfogenesis. Sitokinin
yang biasa digunakan dalam kultur jaringan adalah kinetin, ziatin,
benzilaminopurine (BAP). Dan giberelin untuk diferensiasi atau perbanyakan
fungsi sel, terutama pembentukan kalus. Hormon kelompok giberelin adalah GA3,
GA2, dan GA1.
Penggunaan hormon tersebut harus
tepat dalam perhitungan dosis pemakaian, karena jika terlalu banyak maupun
terlalu sedikit dari dosis yang diperlukan justru akan menghambat bahkan
berdampak negatif terhadap tanaman kultur. Karena interaksi antar hormon dalam
suatu media sangat berpengaruh dalam diferensiasi sel.
Kebutuhan nutrisi mineral untuk
tanaman yang dikulturkan secara in-vitro pada dasarnya sama dengan kebutuhan
hara tanaman yang ditumbuhakan di tanah. Unsur-unsur hara yang dibutuhkan
tanaman di lapangan merupakan kebutuhan pokok yang harus tersedia dalam media
kultur jaringan. Antara lain adalah unsur hara makro dan unsur hara mikro.
Unsur-unsur hara tersebut diberikan dalam bentuk garam-garam mineral. Komposisi
media dan perkembangannya didasarkan pada pendekatan masing-masing peneliti.
Unsur hara makro adalah hara yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak. Hara makro tersebut meliputi,
Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Sulfur (S), Magnesium (Mg),
dan Besi (Fe). Kegunaan unsur hara makro tersebut dalam kultur jaringan menurut
Qosim, 2006 dalam Sukarasa, 2007 adalah sebagai berikut:
a.
Nitrogen (N) diberikan dalam
bentuk NH4NO3, NH2PO4, NH2SO4.
Berfungsi untuk membentuk protein, lemak, dan berbagai senyawa organik lain, morfogenesis (pertumbuhan akar dan tunas), pertumbuhan dan pembentukan embrio, pembentukan embrio zigotik dan pertumbuhan vegetatif.
Berfungsi untuk membentuk protein, lemak, dan berbagai senyawa organik lain, morfogenesis (pertumbuhan akar dan tunas), pertumbuhan dan pembentukan embrio, pembentukan embrio zigotik dan pertumbuhan vegetatif.
b.
Fosfor (P), diberikan dalam
bentuk KH2PO4 Berfungsi untuk metabolisme energi, sebagai stabilitor membran
sel, pengaturan metabolisme tanaman, pengaturan produksi pati/amilum,
pembentukan karbohidrat, sangat penting dalam transfer energi, protein, dan
sintesis asam amino serta konstribusi terhadap struktur dan asam nukleat.
c.
Kalium (K), diberikan dalam
bentuk CaCl2.2H2O Berfungsi untuk pemanjangan sel tanaman, memperkuat tubuh
tanaman, memperlancar metabolisme dan penyerapan makanan, ion kalsium
ditransfer secara cepat menyebrangi membran sel dan mengatur pH dan tekanan
osmotik di antara sel.
d.
Kalsium (Ca), diberikan dalam
bentuk CaCl2.2H2O Berfungsi untuk merangsang bulu-bulu akar, penggandaan atau
perbanyakan sel dan akar, pembentukan tabung polen, dinding dan membran sel
lebih kuat, tahan terhadap serangan patogen, mengeraskan batang, memproduksi
cadangan makanan.
e.
Sulfur (S) Unsur S merupakan
unsur yang penting untuk pembentukan beberapa jenis protein, seperti asam amino
dan vitamin B1. Unsur S juga berperan penting dalam pembentukan bitil-bintil
akar.
f.
Magnesium (Mg), diberikan dalam
bentuk MgSO4.7H2O. Berfungsi untuk meningkatkan kandungan fosfat, pembentukan
protein.
g.
Besi (Fe), diberikan dalam
bentuk Fe2(SO4)3;FeSO4.7H2O Berfungsi sebagai penyangga (chelatin agent) yang
sangat penting untuk menyangga kestabilan pH media selama digunakan untuk
menumbuhkan jaringan tanaman.Pada tanaman, Fe berfungsi untuk pernapasan dan
pembentukan hijau daun.
D. Kultur Jaringan dengan
Media Ms 1 dan Ms 2
a. Khemikalia Ms 1 dan Ms 2
untuk 10 liter
STOK
|
Ms1
|
Ms2
|
Aquades
|
A
NH4NO3
|
16,5
gr
|
16,5
gr
|
500
cc
|
B KNO3
|
19 gr
|
19 gr
|
500 cc
|
C CaCL2 2H2O
|
4,4 gr
|
4,4 gr
|
500 cc
|
|
|
|
|
D 1 H3BO3
|
0,062 gr
|
0,062 gr
|
100 cc
|
2 KH3PO4
|
1,7 gr
|
1,7 gr
|
100 cc
|
3 COCL2 6H20
|
0,013 gr
|
0,013 gr
|
100 cc
|
4 NaMO4 H2O
|
0,025 gr
|
0,025 gr
|
100 cc
|
5 KL
|
0,083 gr
|
0,083 gr
|
100 cc
|
|
|
|
|
E 1 MaSO4.6H2O
|
3,7 gr
|
3,7 gr
|
100 cc
|
2 Zn SO4.7H2O
|
0,086 gr
|
0,086 gr
|
100 cc
|
3 CuSO4.5H2O
|
0,013 gr
|
0,013 gr
|
100 cc
|
4 MnSO4.7H2O
|
0,233 gr
|
0,233 gr
|
100 cc
|
|
|
|
|
F 1 Na2 EDTA
|
0,0372 gr
|
0,0372 gr
|
100 cc
|
2 FeSO4.7H2O
|
0,0278 gr
|
0,0278 gr
|
100 cc
|
|
|
|
|
G 1 INOSITOL
|
0,01 gr
|
0,01 gr
|
100 cc
|
2 THIAMIN
|
0,04 gr
|
0,04 gr
|
100 cc
|
3 PYRIDOXIN
|
0,04 gr
|
0,04 gr
|
100 cc
|
4 BIOTIN
|
0,02 gr
|
0,02 gr
|
100 cc
|
|
|
|
|
H 1
2,4 D
|
0,03 gr
|
-
|
50 cc
|
2
1 AA
|
-
|
0,02 gr
|
50 cc
|
|
|
|
|
* AGAR-AGAR
|
80
|
80
|
-
|
* SUKROSA
|
300
|
300
|
-
|
* AIR KELAPA
|
1000 Liter
|
1000 Liter
|
-
|
b. Proses Pembuatan Agar
Ms adalah media modifikasi dari murashige dan skoog.
Sebelum pembuatan media agar siapkan
peralatan dan bahan, dibersihkan terlebih menggunakan alcohol 100 % dahulu
diantaranya adalah:
1.
Gelas piala
2.
Autoklaf
3.
Tabung reaksi
4.
Aquades
5.
Air kelapa
6.
Timbangan magnetik
7.
Alkohol
Ø Untuk pembuatan media yang berjumlah 10 liter dibutuhkan waktu 3
hari.
Ø Kadar alcohol yang dipakai mencapai 95 %.
Ø Penanaman Ms 1 dibutuhkan waktu seminggu untuk penanaman eksplan.
Ø Untuk penanaman Ms2 dibutuhkan waktu 3 hari dan siap ditanam.
Ø Ms1 untuk kalus, sedangkan planlet menggunakan Ms2 atu untuk
memindahkan dari Ms1.
Ø Eksplan tumbuh selama 1 ½ bulan, sedangkan Ms2 membutuhkan 3 bulan
dengan cahaya yang penuh.
Kelemahanya untuk masing-masing agar yang digunakan
adalah :
Ø Ms2 lebih cepat terkontaminasi bakteri dari luar karena pengambilan
kalus waktunya sangat lama karena harus dipilih.
Ciri-Ciri Kalus yang baik adalah sebagai berikut :
Ø Seperti bunga kol berwarna kuning putih dan melepaskan sendiri dari
eksplan, tanpa diambil dengan jarum ose.
Air kelapa yang dipakai adalah menggunakan
kelapa yang masih muda dan berwarna hijau, daun pada planlet berwarna hijau
merupakan kurangnya FESO4 7H2O.
NaOH 1 gr + 250 cc aquades sama
dengan NaOH 0,01 N-,sedangkan NaOH digunakan untuk melarutkan hormone 1 AA
didalam freezer selama 1 minggudan dapat dipakai 2,4 P didalam freezer selama 2
minggu, dengan pH rata-rata 5,8 jika kurang + NaOH dan jika lebih + KL
c.
Pembuatan Agar
1)
Untuk media Ms1 dan Ms2 bahan
ditimbang digunakan untuk 10 liter, sedangkan hormone diletakan pada tempat
sendiri yaitu pada elenmeyer.
2)
Stok A dan B dikocok dan
diambil 50 ml, dan dimasukan kedalam gelas piala.
3)
Stok A dan B dimasukan,
campurkan air kelapa dan aquades diputar pada timbangan magnetic dengan
kecepatan 5 rpm / sekitar 5 menit.
4)
Aquades dan sukrosa yang
bermerek gulaku karena gulaku tidak meninggalkan endapan sedangkan gula lokal
meninggalkan endapan, setelah itu dimasukan pada larutan no 4.
5)
Sebelum dilarutkan menggunakan
aquades 50 cc, hormon 50 cc dimasukan terlebih dahulu untuk 10 liter,semua
bahan diputar dengan kecepatan 7 s/d 8 rpm dengan waktu 7 menit.
6)
Semua cairan 750 cc dimasukan
hingga sebanyak 8 gr.
7)
Aquades dicampur dan dimasukan
kedalam larutan sampai 1 liter, kemudian ditutup dengan alumunium foil diikat,
kemudian masukan dalam autoklaf, tutup rapat-rapat, tekanan yang diperlukan
adalah 250 skal dengan waktu 45 menit + 15 menit agar matang betul.
8)
Pada waktu menurunkan harus
hati-hati agar suhu didalam dan diluar sama, kemudian dikocok agar larutan agar
rata. Untuk Ms1 1 liter larutan akan menjadi sekitar 70 tabung, sedangkan untuk
Ms2 sekitar 30 tabung, untuk Ms1 rata-rata 113 cc.
9)
Setelah ditaruh ditabung,
kemudian dinasukan lagi ke autoklaf kembali selam 1 jam, setelah itu ditata dan
dimasukan kedalam rak. Untuk Ms1 diletakan dengan berdiri dan Ms2 diletakan
miring agar daerah pertumbuhan luas.
ACARA II
BUDIDAYA KELENGKENG SECARA VEGETTIF
A. Perkembangbiakan Tanaman
Seperti layaknya mahluk hidup lainnya, tanaman juga dapat berkembang
biak. Perkembangbiakan tanaman secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu perkembangbiakan
secara alami dan juga buatan.
Perkembangbiakan
alami adalah perkembangbiakan tanaman oleh tanaman itu sendiri secara alami
atau dibantu oleh alam. Sedangkan perkembangbiakan secara buatan adalah
perkembangbiakan tanaman yang mendapat campur tangan manusia.
Tanaman berkembangbiak secara alami melalui berbagai macam cara.
Tanaman berkembangbiak secara alami dengan 2 cara yaitu generatif dan vegetatif.
Generatif adalah bahwa tanaman tersebut berkembang biak secar kawin, yaitu
bertemunya sel jantan yang terdapat pada benang sari dan sel betina yang
terdapat pada putik. Bertemunya 2 sel ini nantinya akan menghasilkan buah yang
berbiji 2 yaitu dikotil. Tanaman yang dikembangbiakkan melalui cara ini
biasanya memiliki sifat genetis yang berbeda dari tanaman induk dan biasanya
mengalami kemunduran.
Perkembangbiakan secara vegetative dapat terbentuk dari sel jaringan
nucellus, serta terbentuknya tanaman dari bagian bagian khusus yaitu umbi,
rhizome, runner dan anakan. Perkembangbiakan dengan terbentuknya umbi juga
terbagi menjadi beberapa cara yaitu umbi lapis seperti terbentuknya bawang dan
bunga tulip, umbi sisik seperti terbentuknya bunga gladiol, umbi batang seperti
terbentuknya kentang dan umbi akar seperti terbentuknya ubi jalar.
Perkembangbiakan secara vegetative alami dengan rizhoma terlihat
pada terbentuknya jahe, sedangkan akar rimpang atau runner atau batang menjalar
pada permukaan tanah adalah seperti terbentuknya strawberry. Untuk
perkembangbiakan dengan anakan contohnya nanas, pisang, salak, dan lidah buaya.
Anakan yang telah tumbuh harus segera dipisah dari induknya dengan hati-hati
supaya tidak merusak tanaman induk dan akar anakan tersebut.
Perkembangbiakan dengan campur tangan manusia adalah rundukan,
cangkok, stek, okulasi, sambung pucuk, penyusuan dan kultur jaringan.
Perkembangbiakan dengan rundukan adalah cara perkembangbiakan dengan cara
membengkokkan cabang dan dibenamkan ke dalam tanah dengan melukai bagian cabang
yang akan dibenamkan untuk mempercepeat tumbuhnya akar. Perkembangbiakan
seperti ini adalah perkembangbiakan dari tanaman melati, jambu monyet dan
ketimun.
Perkembangbiakan buatan yang banyak dikenal oleh masyarakat lainnya
adalah cangkok.
Tanaman berkayu hampir semuanya dapat dicangkok dan pengerjaan cangkok
sebenarnya sangat mudah, hanya saja perlu memperhatikan beberapa hal saja yaitu
waktu mencangkok, pemilihan batang dan pemeliharaan cangkokan. Pilihlah batang
yang tidak terlalu tua, kuat, subur dan tidak mengandung penyakit. Lebih bagus
lagi bila banyak buahnya. Cangkok baik dilakukan pada saat musim penghujan.
Selain cangkok, stek jugatermasuk perkembangbiakan buatan yang mudah untuk
dilakukan.
Anda dapat memisahkan atau memotong beberapa bagian tanaman untuk
menghasilkan bibit tanaman yang banyak dalam waktu singkat. Beberapa macam stek adalah
stek akar untuk mengembangkan jambu biji, cemara, sukun, stek batang untuk
kentang, ubi jalar, stek cabang untuk mangga, rambutan, jeruk, kopi, dan teh
serta stek daun untuk begonia, sanseviera dan cocor bebek. Untuk anda yang
menginginkan hasil perkembangbiakan yang hasilnya bagus dapat memilih okulasi
untuk mengembangbiakkan tumbuhan.
Okulasi dapat dilakukan dengan menempelkan mata tunas diambil dari tanaman
induk yang unggul dan ditempel ke tumbuhan yang berakar kuat. Sayangnya okulasi
membutuhkan waktu lama untuk berhasil, kira-kira 12-24 bulan. Pilihan lainnya
adalah sambung pucuk yaitu cara yang menempelkan batang induk untuk disambung
dengan batang bawah yang ditanam dari biji. Untuk tanaman buah atau tanaman
yang sulit dikembangbiakkan dengan cara lain, penyusuan merupakan cara yang
paling cocok. Penyusuan dilakukan dengan cara menyambung 2 buah batang yang
sama besar yang telah disayat miring dan diikat sampai kira-kira 3 minggu
setelah itu ikatannya bisa dilepas.
Sampai saat ini perkembangbiakan tanaman berkembang seiring dengan
berkembangnya teknologi. Para peneliti di
seluruh dunia menaruh perhatian khusus terhadap penelitian perkembangbiakan
tanaman untuk menghasilkan tanaman baru supaya mendapatkan hasil tanaman yang
terbaik. Penelitian di bidang pangan berupaya untuk menghasilkan tanaman pangan
dengan kualitas nomor satu untuk mendapatkan bibit unggul.
Bibit tanaman yang terbaik dapat menjadi komoditas ekspor yang
berujung dengan bertambahnya kas negara dari devisa yang dihasilkan. Kultur
jaringan merupakan hasil dari perkembangan teknologi pertanian yang dapat
menghasilkan bibit unggul serta varietas baru. Kultur jaringan juga dapat
dilakukan untuk pelestarian jenis tanaman tertentu yang mulai langka. Kultur
jaringan memerlukan pendidikan khusus yang dilatarbelakangi dengan pendidikan
kimia dan biologi. Untuk melakukan kultur jaringan diperlukan media dengan
berbagai bahan campuran seperti garam mineral, asam amino, gula vitamin dan
hormone tumbuhan yang dilakukan dalam keadaan suci hama.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor
lingkungan. Faktor genetis merupakan faktor yang terdapat dalam tanaman seperti
benis, varietas, hormone serta lainnya. Sedangkan faktor lingkungan adalah
faktor seperti keadaan
tanah, iklim, cuaca, suhu, air dan udara. Seperti mahluk hidup
lainnya, tanaman juga dapat beradaptasi dengan lingkungan serta
perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan fisiologis, atau morfologis.
Tanaman sebenarnya memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap
perubahan iklim, hama
penyakit, absorbsi tanah serta pembatasan respirasi yang ditunjukkan dengan
perubahan struktur tubuh tanaman tersebut. Adaptasi tanaman dapat berlangsung
dengan baik bila tanaman dipindahkan dari tempat lain ke tempat yang kondisinya
hampir serupa. Walaupun telah ada rekayasa pengetahuan dan teknologi namun
supaya proses pertumbuhan tanaman dapat berlangsung dengan baik maka hendaknya
jangan memindahkan tanaman ke tempat yang kondisinya benar-benar berbeda.
B. Grafting Pada Tanaman
Kelengkeng
Grafting atau yang lebih dikenal
dengan sambung pucuk adalah merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman
secara vegetatif. Grafting sendiri biasanya dilakukan dengan menyambung entres
tanaman (batang atas) dari indukan atau varietas yang unggul, sedang batang
bawahnya dipilih dari biji yang mempunyai sifat tahan penyakit dan adaptif
terhadap lingkungan.
Salah satu tanaman yang bisa
dikembang biakan dengan grafting ini adalah kelengkeng. Batang bawah yang
digunakan untuk lengkeng berasal dari biji, sedang entres atau batang atasnya
dipilih jenis lengkeng yang produktif dan cepat berbuah seperti jenis lengkeng
dataran rendah Diamond
River, Pingpong, Itoh dan
lainnya.
Yang perlu dijadikan catatan,
grafting lengkeng memerlukan ketrampilan dan latihan berulang-ulang untuk
mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi, oleh karena lengkeng memiliki kulit
batang yang sangat tipis dibanding tanaman lainnya seperti kopi, jambu air
ataupun lainnya.
Tapi jangan khawatir, berkat latihan,
latihan dan terus latihan serta berbagai informasi dari berbagai sumber,
berikut saya berikan kunci dalam grafting lengkeng :
·
Pilih batang bawah yang cukup
berkayu dan dalam kondisi vegetatif yang bagus, ditandai dengan keluarnya tunas
muda. Hal ini dapat diperoleh dengan jalan melakukan pemupukan 2 minggu sebelum
batang bawah di sambung
·
Untuk entres pilih juga yang
dalam masa vegetatif bagus, ditandai juga dengan adanya tunas muda. Dan ingat
jangan pilih entres yang terlalu muda, masih hijau ataupun kemerahan. Pilih
yang muda menuju proses tua, buang ujung yang masih terlalu muda. Sebagai tips
tambahan, 2 minggu sebelum pengambilan entres, pangkas daunnya agar merangsang
pertumbuhan tunas baru.
·
Kulit batang bawah dan entres
harus ketemu, jika mungkin batang atas dan bawah harus seimbang
·
Gunakan pisau yang tajam dan
bila perlu steril
·
Plastik pengikat usahakan
gunakan plastik es yang bersih, demikian juga untuk plastik penutupnya
·
Usahakan waktu grafting pagi
atau sore hari dan dilakukan ditempat yang teduh (dibawah naungan), jangan
waktu kondisi terik.
Berikut
tahapan untuk sambung pucuk lengkeng
1.
Siapkan alat seperti pisau
grafting, gunting tanaman, plastik pengikat dan sungkup
2.
Pilih batang bawah yang siap di
sambung demikian juga batang atas / entres, usahakan keduanya memiliki ukuran
yang seimbang.
3.
Ujung batang bawah dipotong
pada ketinggian 10-20 cm dari permukaan tanah
4.
Belah batang bawah dengan pisau
sedalam kurang lebih 3-4 cm membentuk huruf V
5.
Potong cabang enters sepanjang
4-7 cm (2-3 mata tunas), sayat bagian pangkal dikedua sisinya sehingga
membentuk baji sepanjang 2-3 cm. Usahakan sayatan ini mulus atau datar
6.
Sisipkan batang atas ke dalam
celah batang bawah hingga benar-benar menyatu. Disinilah letak kunci
keberhasilan utama grafting. Dengan penggunaan pisau yang tajam dalam membelah
batang bawah dan menyayat entres, diharapkan pada penyisipan ini kedua bagian
dapat menyatu dengan sempurna. Sebab salah sedikit dapat dipastikan grafting
akan gagal. Sebagai tips, konsentrasikan penyatuan kulit kedua bagian (batang
atas dan entres) hanya pada satu sisi saja, abaikan sisi yang lain bila sudah
kita dapatkan satu sisi menyatu dengan sempurna. Sebab bila kita menghendaki
semua sisi menyatu sempurna akan susah dilakukan karena ukuran entres dan batang
bawah tidak mungkin persis sama. Paling tidak inilah kesimpulan saya selama
melakukan grafting lengkeng.
7.
Hasil sambungan ditali
menggunakan plastik mulai dari sambungan bawah sampai kesambungan atas dan
berakhir ke bawah lagi lalu diikat erat. Pengikatan / pembungkusan plastik bisa
juga dilakukan sampai ke entres, dengan maksud agar entres terhindar dari
proses penguapan yang berlebih
8.
Sungkup hasil sambungan dengan
plastik es dan tempatkan ditempat teduh atau dibawah shading net.
9.
Dalam jangka waktu 3-4 minggu
sambungan yang berhasil akan keluar tunas muda, saat inilah plastik sungkup
boleh dibuka, tapi jangan tempatkan tanaman dibawah sinar matahari langsung.
Tempatkan ditempat yang ternaungi dulu selama kurang lebih 2 minggu.
Dengan berpedoman pada hal yang telah
diuraikan diatas, yang dahulu pada awalnya tingakat keberhasilan saya dalam
grafting lengkeng 0 % kini menjadi lebih dari 60 %.
ACARA III
FUNGSI UNSUR HARA MAKRO DAN GEJALA DEFISIENSI
A. Fungsi Unsur Hara Makro
Banyak para hobiis
dan pencinta tanaman hias, bertanya tentang komposisi kandungan pupuk dan
prosentase kandungan N, P dan K yang tepat untuk tanaman yang bibit, remaja
atau dewasa/indukan. Berikut ini adalah fungsi-fungsi masing-masing unsur
tersebut :
Nitrogen ( N )
1.
Merangsang pertumbuhan tanaman
secara keseluruhan
2.
Merupakan bagian dari sel (
organ ) tanaman itu sendiri
3.
Berfungsi untuk sintesa asam
amino dan protein dalam tanaman
4.
Merangsang pertumbuhan
vegetatif ( warna hijau ) seperti daun
5.
Tanaman yang kekurangan unsur N
gejalanya : pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit,
pendek dan tegak, daun-daun tua cepat menguning dan mati.
Fosfor ( P )
1.
Berfungsi untuk pengangkutan
energi hasil metabolisme dalam tanaman
2.
Merangsang pembungaan dan
pembuahan
3.
Merangsang pertumbuhan akar
4.
Merangsang pembentukan biji
5.
Merangsang pembelahan sel
tanaman dan memperbesar jaringan sel
6.
Tanaman yang kekurangan unsur P
gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna
keunguan atau kemerahan ( kurang sehat
Kalium ( K )
Berfungsi dalam
proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk
air. Meningkatkan daya tahan/kekebalan tanaman terhadap penyakit
Tanaman yang
kekurangan unsur K gejalanya : batang dan daun menjadi lemas/rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak hijau
segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering, timbul bercak coklat pada
pucuk daun.
Unsur Hara makro
maupun mikro walaupun berbeda dalam jumlah kebutuhanya,namun dalam fungsi pada
tanaman,masing-masing unsur sama pentingnya dan tidak bisa digantikan satu sama
lain.kalau diilustrasikan ibarat roda mobil dengan setir /kemudi.dalam junlah
kebutuhan ,roda dibutuhkan lebih banyak daripada kemudi,namun dari segi
kepentinganya,roda tidak dapat mengalahakan kemudi.dalam hal ini unsur hara
mempunyai fungsi dan peran khusus sendiri-sendiri terhadap proses pertumbuhan
dan perkembangan tanaman,sehingga ketika terjadi kekurangan salah satu dari
unsur hara tersebut maka akan mengakibatkan tidak optimalnya pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Unsur Hara yang
diberikan pada tanaman sebaiknya sudah dalam bentuk ion seperti:
NH,HPO,K,Mg,SO, dan lain-lain agar langsung dapat diserap tanaman
B. Gejala Defisiensi
a.
Defisiensi Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur mobil dalam tanaman, oleh
karena itu gejala kekurangannya akan dimulai pada daun-daun yang lebih tua.
Gejala berupa menguningnya daun, kadang-kadang disertai dengan berubahnya warna
daun menjadi kemerahan akibat terbentuknya anthocyanin. Pertumbuhan tanaman
akan terhambat, dan bentuk daun tidak normal
b.
Defisiensi Fosfor
Tumbuhan membutuhkan fosfor pada semua tahap dalam
perkembangannya. Kebutuhan fosfor paling besar adalah pada saat pembentukan
biji dan perkembangan awal. Jika ketersediaan fosfor terbatas, fosfor akan
ditranslokasikan dari jaringan tua ke jaringan muda pada tumbuhan, seperti
daun, akar, dan titik-titik tumbuh lain. Tumbuhan yang kekurangan fosfor
memiliki akar yang lemah dan memiliki daun yang berukuran kecil, gelap, dan
berwarna abu-hijau. Daun tua yang berada di dasar tangkai berwarna kuning
terang. Daun yang berada tepat diatas daun tua tersebut berwarna hijau tua.
Urat daun berwarna cokelat pada daun dewasa.
c.
Defisiensi Kalium
Defisiensi kalium tidak menunjukkan gejala yang jelas,
awalnya hanya pengurangan laju pertumbuhan, setelah lanjut diikuti oleh
klorosis dan nekrosis. Umumnya mulai nampak pada daun tua, karena K+ yang mobil
ditransport dari daun tua ke jaringan yang lebih muda. Turunnya turgor apalagi
pada kondisi stres air menyebabkan tanaman lembek. K+ juga dapat meningkatkan
resistensi tanaman terhadap beberapa penyakit.
ACARA IV
PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN
HORTIKULTURA
A. Aplikasi Kompos Jerami untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Kacang Buncis
Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu jenis
tanaman sayuran polong yang memiliki banyak manfaat. Sebagai bahan sayuran,
polong buncis dapat dikonsumsi dalam keadaan muda atau dikonsumsi bijinya.
Polong buncis yang dipetik pada saat masih muda memiliki rasa agak manis
sehingga sangat cocok untuk bahan sayuran.
Buncis memiliki potensi ekonomi yang sangat baik, sebab peluang
pasarnya cukup luas yaitu untuk sasaran pasar dalam negeri maupun pasar luar
negeri. Ekspor buncis dapat berupa polong segar, polong yang dibekukan maupun
bijinya (kacang jogo). Buncis mempunyai peranan yang sangat besar terhadap
pendapatan petani, peningkatan gizi masyarakat, pendapatan negara melalui
ekspor, pengembangan agribisnis, dan perluasan kesempatan kerja (Setianingsih
dan Khaerodin, 2003).
Kebutuhan masyarakat akan buncis terus meningkat dari tahun ke tahun
seiring dengan pertumbuhan penduduk. Hasil survei pertanian yang dilakukan pada
tahun 1990 dengan jumlah penduduk 179.332.000 jiwa, kebutuhan akan buncis
mencapai 261.810 ton, sedangkan produksi buncis hanya mencapai 149.863 ton
dengan luas areal panen adalah 54.273 hektar (Setianingsih dan Khaerodin,
2003). Sementara itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2006), khusus
untuk wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota dengan jumlah penduduk 330.536 jiwa,
kebutuhan buncis mencapai 2.221.201 ton, sedangkan produksi buncis 1.312,60
ton. Dari data tersebut terlihat bahwa produksi buncis di dalam negeri belum
dapat memenuhi kebutuhan penduduk. Untuk memenuhi permintaan penduduk perlu dilakukan
usaha peningkatan produksi buncis baik dari kualitas maupun kuantitas yakni
dengan cara perbaikan teknik budidaya, pemilihan teknologi yang tepat,
penggunaan benih yang baik, pemeliharaan serta perlindungan hama dan penyakit. Menurut Rukmana (2002), tanaman
buncis yang baik akan menghasilkan polong muda bekisar antara 16 – 25
ton/hektar sementara menurut Cahyono (2007), hasil panen polong buncis muda
dapat mencapai 30 ton/hektar.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi buncis adalah dengan
menggunakan teknologi yang tepat. Salah satu teknologi yang dapat diterapkan
adalah kompos jerami, dimana diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap
produksi buncis.
Jerami padi merupakan bagian vegetatif dari tanaman padi (batang,
daun, tangkai malai). Pada waktu tanaman padi dipanen, jerami adalah bagian
yang tidak dipungut atau diambil. Perbandingan antara bobot gabah yang dipanen
dengan jerami pada saat panen padi umumnya 2 : 3. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah jerami yang dihasilkan lebih besar daripada gabah. Khusus di wilayah
Kabupaten Limapuluh Kota yang pada umumnya masyarakatnya bergerak dalam bidang
pertanian khususnya budidaya tanaman padi, pada saat panen padi menghasilkan
jerami padi dalam jumlah yang sangat banyak. Hal ini merupakan yang sangat besar
dan diperlukan suatu usaha untuk mengelola tersebut agar dapat berguna. Oleh
karena itu, penggunaan jerami padi sebagai bahan baku kompos dapat mengurangi jumlah jerami
yang tidak terpakai agar lebih bermanfaat bagi tanaman.
Kompos merupakan hasil penguraian dari campuran bahan-bahan organik
yang dapat dipercepat oleh populasi berbagai macam mikroorganisme dalam kondisi
lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Wikipedia.org).
Kompos yang dibuat dari bahan jerami sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan
unsur hara bagi tanaman. Menurut Mahyuddin, kandungan unsur hara dalam kompos
adalah terdiri dari N (0,5-2,0) %, P2O5 (0,44 – 0,88) %, dan K2O (0,4 – 1,5) %.
Hal ini menunjukkan bahwa kompos dapat mengefisiensikan penggunaan pupuk kimiawi.
Karena pada tanaman kacang-kacangan, kebutuhan akan unsur N dalam jumlah yang
cukup akan memacu pertumbuhan vegetatif tanaman seperti tinggi tanaman, besar
batang, pembentukan cabang dan daun, pertumbuhan pucuk dan dan mengganti
sel-sel yang telah rusak. Selain itu, zat nitrogen juga bermanfaat bagi
pembentukan klorofil yang penting untuk proses fotosintesis sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Kompos juga berperan dalam meningkatkan produktivitas tanah karena
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Sarief, 1983). Peranan
kompos dalam memperbaiki sifat fisik tanah terutama dalam pembentukan struktur
tanah sehingga terbentuk agregat–agregat tanah dengan stabilitas yang mantap,
ruang pori,
aerasi dan draenase yang baik sehingga akan menjaga tata air dan udara tanah
yang seimbang. Hal ini akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan akar tanaman karena akar dapat dengan mudah menembus lapisan tanah
sehingga mampu memperoleh unsur hara lebih baik.
Kompos dapat memperbaiki sifat kimia tanah melalui perombakan bahan
organik segar oleh mikroorganisme tanah sehingga senyawa atau zat organik dalam
jaringan tanaman atau hewan diubah menjadi zat anorganik yang akan memperkaya
ketersediaan hara dalam tanah. Di dalam memperbaiki sifat biologi tanah, kompos
dapat menambah populasi mikroorganisme tanah sehingga kegiatan mikroorganisme
dalam tanah akan meningkat karena bahan organik yang terdapat didalam kompos
digunakan sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya.
Proses pembuatan kompos jerami padi dilakukan dengan bantuan
mikroorganisme, yaitu jamur Trichoderma harzianum. Trichoderma harzianum
merupakan mikroorganisme yang memiliki enzim selulosa yang sangat efektif dalam
menguraikan bahan organik yang beselulosa tinggi seperti jerami padi. Selain
sebagai dekomposer Trichoderma harzianum juga berperan sebagai pengendali
hayati terhadap beberapa jenis jamur penyebab penyakit antara lain: Rhizoctonia
solani, Fusarium sp., Lentinus lepidus, Phytium sp., Botrytis cinerea,
Gloeosporium gloeosporoides, Rigidoporus lignosus dan Sclerotium rolfsii yang
menyerang tanaman jagung, kedele, kentang, tomat dan kacang buncis, kubis,
cucumber, kapas, kacang tanah, pohon buah-buahan, semak dan tanaman hias
(Wahyudi, 2002).
Penambahan kompos jerami padi berpengaruh langsung terhadap tanaman
buncis dengan menyuplai nutrien bagi tanaman. Penambahan bahan organik kedalam
tanah akan menambahkan unsur hara baik makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh
tanaman, sehingga pemupukan dengan pupuk anorganik yang biasa dilakukan oleh
para petani dapat dikurangi kuantitasnya karena tanaman sudah mendapatkan
unsur-unsur hara dari bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah tersebut.
Efisiensi nutrisi tanaman meningkat apabila permukaan tanah dilindungi dengan
bahan organik.
B. Tujuan Pemberian Kompos Jerami Pada Tanaman Buncis
Adapun tujuan dari pelaksanaan proyek usaha mandiri (PUM) yang
berjudul “Aplikasi Kompos Jerami untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Kacang
Buncis (Phaseolus vulgaris L.)” adalah sebagai berikut :
1. Dapat merencanakan suatu
kegiatan Proyek Usaha Mandiri tanaman buncis mulai dari perencanaan usaha
sampai pelaksanaan.
2. Dapat mengembangkan usaha
tani dengan penerapan teknologi kompos jerami.
3. Dapat mengatasi permasalahan–permasalahan yang muncul selama
kegiatan berlangsung dan dapat mengevaluasi hasil dari proyek yang
dilaksanakan.
4. Melatih diri untuk dapat
mengelola sebuah usaha, khususnya di bidang pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Indrianto, A. 1992. “Medium untuk
Perkecambahan Biji Anggrek.” Dalam: Pelatihan
Budidaya Anggrek. Fakultas Biolgi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Isserep Sumardi. 1989. Kultur
Jaringan Tumnbuhan. Pusat Antar-Universitas (PAU). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sudjarwadi, 1979. Pengantar Teknik Irigasi. Fakultas
Teknik.
Universitas Gadjah Mada, Yogya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar