PENDAHULUAN
Mikrobe terdapat di mana-mana di sekitar kita ada yang
menghuni tanah, air, dan atmosfer planet kita. Mikroorganisme di alam jarang
terdapat sebagai biakan murni. Berbagai spesimen tanah atau air dapat
mengandung bermacam-macam spesies cendawan protozoa, alga, bakteri dan virus.
Berbagai macam mikrobe dalam suatu ekosistem berasosiasi dan berinteraksi.
Dipandang dari segi ekosistem mikrobe alamiah, biakan murni merupakan suatu
keadaan artifisial (tidak asli). (Waluyo,Lud. 2005)
Mikrobe tanah dapat menguntungkan bila kehadiranya berperan
dalam siklus mineral, fiksasi nitrogen, perombakan residu petisida, proses
humifikasi, proses menyuburkan tanah, perombnakan limbah berbahaya,
biodegradasi, bioremidasi, mineralisasi, dekomposisi, dan Biohidrometalurgi.
Mikroba, khusunya bakteri dan fungi berperan pula dlam siklus mineral atau daur
mineral seperti S,C,P dan Fe. Kehadiran mikroba tersebut di dalam tanah,
khuusnya tanah pertanian dan pertambangan mempunyai n ilai ekonomi naik dalam
penyerbukan tanah, penyedian mineral yang dibutuhkan oleh tanaman maupun dalam
pengelolaan endapan mineral dan proses pencucian pemurniaan mineral
(waluyo,lud. 2010).
Proses deteriosasi (penguraian) dan korosi (pengkaratan)
benda-benda logam, ternyata juga karena aktivitas mikroba tanah. Berbagai jenis
benda dari kertas,tekstil, karet, plastik,alspal, logam, dan bahan-bahan lainya
ternyata tidak dapat terbebas dari mikroba untuk diuraikan dan dihancurkan
(Waluyo,Lud.2010).
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan
makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk
hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan
jasa. Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi
semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia,
komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan
lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang
menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa. Dalam
kaitanya ini, bioteknologi memiliki peranan nyata dalam kegiatan pengendalian
dan perbaiakan mutu lingkunngan melalui berbagai cara (Smith JE. 2004).
Di indonesia, sampai saat ini pemanfaatan mikroorganisme
untuk bidang pertamabangan logam masih belum optimal atau bisa dikatakan belum
dimulai, atau sekadar wacana. Smentara potensi atau kemampuan mikrroganisme
dalam memabantu menambang logam di alam sudah terbukti nyata.
Indonesia sebagai negara tropis yang kaya akan cadangan
berbagai mineral tamabang dalam jumlah banyak dan berlimpah dengan berbagai
mikrroganisme, mempunyai peluang yang cerah untuk melaksanakan Bioleaching.
Dari sisi mikroorganismenya, kondisi iklim yang tropis mendukung keberadaan
kelompok bakteri Peleapsan logam yang hidup baik pada kondisi mesofilik, yang
menghendaki suhu yang hangat.
Logam Besi
Besi (Fe) adalah logam berwarna putih keperakan, liat dan
dapat dibentuk. Kandungan Fe di bumi sekitar 6.22 %, di tanah sekitar 0.5 –
4.3%, di sungai sekitar 0.7 mg/l, di air tanah sekitar 0.1 – 10 mg/l, air laut
sekitar 1 – 3 ppb, pada air minum tidak lebih dari 200 ppb. Pada air permukaan
biasanya kandungan zat besi relatif rendah yakni jarang melebihi 1 mg/L
sedangkan konsentrasi besi pada air tanah bervariasi mulai dan 0,01 mg/l sampai
dengan + 25 mg/l. di dalam air umumnya dalam bentuk terlarut sebagai
senyawa garam ferri (Fe3+) atau garam ferro (Fe2+); tersuspensi sebagai butir
koloidal (diameter < 1 mm) atau lebih besar seperti, Fe(OH)3; dan tergabung
dengan zat organik atau zat padat yang anorganik (seperti tanah liat dan
partikel halus terdispersi). Senyawa ferro dalam air yang sering dijumpai
adalah FeO, FeSO4, FeSO4.7 H2O, FeCO3, Fe(OH)2, FeCl2 sedangkan senyawa
ferri yang sering dijumpai yaitu FePO4, Fe2O3, FeCl3, Fe(OH)3.( Anonym.2010)
Availilabilitas dan Asimimilasi Besi
Besi dalam bentuk ferri umumnya tidak larut oleh asam dan bahan organik yang kompleks,
hal ini adalah suatuh contoh dalam tanah yang dinamakan podzolisasi. Ion ferri
bergabung dengan asam-asam organik di tanah hutan menjadikan lebih dapat larut,
dan perkolasi melalui profil tanah. Ion ferri tidak dapat dibandingkan dengan
ion ferro disebabkan lebih sedikit larut. Kelarutan besi sangat sedikit dalam
tanah alkali. Slah satu akibatnya, pada tanaman yang ditanah pada tanah alkali
denagn konsentrasi CaCO3 tinggi akan menyebabkan kekurngan besi yang
dinamakan Klorosis (Waluyo,lud. 2009).
Dalam sistem biologis Fe terdiri dari sitokrom, enzim
ferridoksin, dan protein FeS. Konsentarsi Fe dalam air 0,1 ppm sampai 0,7 ppm.
Besi sering berada dalam lingkungan dari senyawa-senyawa organik Chelat. Fe
chelator nonspesifik meliputi asam sitrat, asam oksalat, asam dikarboksilat,
sam humic, dan tannin. Fe chelator spesifik terdiri heme, tranferin, ferritin
(senyawa besi tersimapn), dan siderofor (Waluyo,lud. 2009).
Bioleaching pada logam
Bioleaching merupakan suatu proses untuk
melepaskan (remove) atau mengekstraksi logam dari mineral atau
sedimen dengan bantuan organisme hidup atau untuk mengubah mineral sulfida
sukar larut menjadi bentuk yang larut dalam air dengan memanfaatkan
mikroorganisme (Brandl, 2001). Sementara Bosecker (1987) mengungkapkan bahwa
bioleaching merupakan suatu proses ekstraksi logam yang dilakukan
dengan bantuan bakteri yang mampu mengubah senyawa logam yang tidak dapat larut
menjadi senyawa logam sulfat yang dapat larut dalarn air melalui reaksi
biokirnia. Bioleaching logam berat dapat rnelalui oksidasi dan reduksi logam
oleh mikroba, pengendapan ion-ion logam pada permukaan sel rnikroba dengan
menggunakan enzim, serta menggunakan biomassa mikroba untuk menyerap ion logam
(Chen dan Wilson, 1997). Bakteri yang digunakan dalam proses tersebut antara
lain adalah bakteri Pseudomonas fluorescens, Escherichia coil, Thiobacillus
ferrooxidans dan Bacillus sp sebagai bakteri leaching yang mampu melarutkan
senyawa timbal sulfida sukar larut menjadi senyawa timbal sulfat yang dapat
larut melalui proses biokimia.
Gambar
proses bioleching
Proses Bioleaching merupakan teknologi altematif yang dapat
dikembangkan sebagai salah satu teknologi untuk memperoleh (recovery) logam di
masa mendatang. Salah satu penerapan proses ini adalah untuk melepaskan dan
mengekstraksi logam berat yang ada dalam sedimen, sehingga sedimen tersebut
bebas logam berat dan aman terhadap lingkungan. Disamping itu proses
bioleaching (bacterial leaching) dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan. Dimana proses tersebut menyisakan suatu unsur atau senyawa ke dalam
air dan masuk ke tanah sehingga akan mempengaruhi unsur hara dalam tanah.
Peranan Mikroba Dalam Siklus Besi
Siklus logam oleh mikroba
salah satu indikasi paling jelas menunjukan bahwa tanah tidak bersifat inert.
Tanpa adanya siklus logam, maka transformasi logam tidak mungkin terjadi.
Mikroba pentrasnformsi logam penting dalam pembentukan tanah dan produksi biji
logam. Mikroorganisme memiliki peranan penting dalam mengekstark logam-logam
menjadi bijih logam grade rendah, mengasamkan limbah, dan mencemari penyediaan
air. Logam Fe merupakan dari logam dlam tanah. Tramformasi Fe adalah dengan
oksidasi untuk memperoleh sumber energi an reuksi yang menggunkan logam
tersebut sebagai elektron aseptor. Besi juga mengubah bahan-bahan organik
(asimilasi/imobilisasi) dan bentuk organik kembali ke bentuk anorganik
(mineralisasi) .(Waluyo,lud. 2009).
Mikrobiologi Geologi dan Pertambangan
Di dalam bidang pertamabangan, mikroba berperan dalam usaha
mendapatkan mineral dari bijih. Kemungkinan besar perananya adalah dalam proses
ekstraksi logam dan dari biji logam, dengan alasan-alasan. (Waluyo,Lud.2005).
- Deposit-deposit mineral yang lain kaya sudah banyak yang berkutrnag. Bijih bermutu lebih rendah kini banyak diolah dan mengembangkan taknik-teknik yang dapt mengekstraksi logam dengan lebih sempurna lagi.
- Metode pengolahn biji logam secara tradisional, yakni dengan peleburran, merupakn penyebab utama polusi udara dewasa ini
Mikroba tertentu mampu untuk memperbaikai keadan diatas,
misalnya dengan menggunakan beberapa bakteri aerobik ototrofik yaitu
Thiobacillus ferrooxidans.
Penggunaan bakteri untuk mengatasi limbah logam berat
Limbah pabrik yang banyak mengandung logam berat dapat
dibersihkan oleh mikroorganisme yang dapat menggunkan logam berat sebagai
nutrien atau hanya menjerab (imobilisasi) logam berat. Mikrooganisme yang
dapat digunakan dianatranya adalah Thiobacillus ferroxidans dan Bacillus
subtilis. Thiobacillus ferrooxidans mendapatkan energi dari senyawa
anorganik seperti besi sulfida dan menggunkan energi untuk membentuk bahan
bahan yang berguba seperti asam fumarat dan besi sulfat (Budiyanto,MAK.2003).
Gambar
sumber-sumber limbah
Penerapan Bioteknologi di Bidang Pertambangan
Di bidang pertmbangan, berkembang bioteknologi untuk
memisahkan logam dari bijinya yaitu dengan pemanfaatan bakteri Thiobacillus
ferrooxidans. Bakteri ini merupakan bakteri kemolitotrof yang mampu
memisahkan logam dari bijinya. Energi yang digunakan Thiobacillus
ferrooxidans dalam memisahkan logam dari bijinya berasal dari hasil
oksidasi senyawa anorganik khususnya senyawa besi dan belerang. Asam sulfat
dari besi sulfat melarutkan logam dari bijinya .
Sejarah dan Definisi Thiobacillus ferrooxidans
Peranan bakteri dalam melepaskan
logam dari cebakan batuan bumi baru diketahui belum lama berselang. Laoran
pertama menyatakan bahwa baru pada tahu 1920-an diketahui ada bakteri tertentu
yang berperan dalam pelepasan Zn dan FeS dari batuan, meskipun saat itu belum
teridenfikasi (Weiss, 1973; Miller & Risatti, 1988). Peranan seseunghunya
bakteri didalam melepaskan logam baru diketahui pada tahun 1947, yaitu ketika
Arthur Colmer 7 M.E. hinkie dariWest Virginia University di Morgantown dapat
mengidentifikasi jenis bakteri tersebut. Bakteri tersebut kini disebut
Thiobacillus ferrooxidans, yang berperan utama melepaskan logam dari sulfide
cebakan (Lundgren & silver, 1980)
Di antara kelompok Thiobacilli, Thiobacillus ferrooxidans
telah muncul sebagai sebuah bakteri ekonomi yang signifikan di bidang pencucian
bijih sulfida sejak penemuannya pada 1950 oleh Colmer et al. Penemuan T.
ferrooxidans menyebabkan pengembangan cabang baru dari ilmu metalurgi
disebut “biohydrometallurgy” yang berurusan dengan semua aspek dari mikroba
dimediasi ekstraksi logam dari mineral atau limbah padat dan drainase tambang
asam dll (Pasir, W. & Bock, E. 1987).
Biohidrometalurgi adalah ilmu dan teknologi yang
mengkaji proses pengolahan dan perekayasaan mineral dan logam. Ruang lingkup
metalurgi meliputi: pengolahan mineral (mineral dressing), ekstraksi logam dari
konsentrat mineral (extractive metallurgy), proses produksi logam (mechanical metallurgy),
perekayasaan sifat fisik logam (physical metallurgy). Salah satu cabangnya
adalah Biohidrometalurgi, yakni pengolahan bijih logam menjadi logam murni
dengan cara penambahan mkhluk hidup seperti bakteri. Misalnya : Thiobacillus
ferrooxidan berperan memisahkan logam dari bijihnya atau kotoran sehingga
didapat logam berkualitas tinggi.
Taksonomi Bakteri Thiobacillus ferrooxidans
Thiobacillus ferrooxidans juga biasa disebut dengan
Acidithiobacillus ferrooxidans
Kingdom
: Eubacteria
Filum
: Proteobacteria
Kelas
: Gammaproteobacteria
Ordo
: Acidithiobacillales
Famili
: Acidithiobacillaceae
Genus
: Acidithiobacillus
Spesies
: Acidithiobacillus
ferroxidans
Karakteristik Bakteri Thiobacillus ferrooxidans
Acidithioacillus ferrooxidans tergolong organisme autotrofik,
acidophilic, mes ophile terjadi di tunggal atau kadang-kadang berpasangan atau
rantai, tergantung pada kondisi pertumbuhan. Strain yang sangat motil telah
digambarkan maupun non-motil . Bukti terbaru menunjukkan tingkat tinggi
heterogenitas genetik dalam isolat ferrooxidans Acidithiobacillus, yang
diklasifikasikan sebagai spesies tunggal. Strain motil memiliki flagel tunggal
& pili. Bakteri ini sporing non dan memiliki genom sekitar 2,8 × 10 6
pasang basa dan 55-65% dari konten GC. Acidthiobacillus ferrooxidans
tumbuh pada nilai pH 4,5-1,3 dalam medium basal dan garam berasal persyaratan
biosintesis dengan autotrophy menggunakan karbon dari atmosfer karbon dioksida.
Fiksasi nitrogen juga merupakan fungsi ekologis penting dilakukan oleh bakteri
dalam habitat acidophilic. Energi metabolik berasal aerobik oleh oksidasi
senyawa sulfur dikurangi anorganik atau ion besi. Pertumbuhan anaerobik
menggunakan hidrogen unsur atau senyawa sulfur anorganik dikurangi sebagai
donor elektron dan ion-ion besi sebagai akseptor elektron juga telah ditemukan
(Pasir, W. & Bock, E. 1987).
Thiobacillus ferrooxidans adalah, gram negatif aerobik
obligately autotrofik dan Proteobacteria. Bakteri ini motil, dan memiliki
flagela polar. T. Ferrooxidans adalah acidophile, hidup di lingkungan dengan
kisaran pH optimal 1,5 sampai 2,5. T. ferrooxidans juga
termofilik, lebih memilih suhu dari 45 sampai 50 derajat Celcius. Toleransi
suhu tinggi dari bakteri mungkin karena sebagian tingginya kandungan GC yang
dari 55 sampai 65 persen mol. (Rawlings, Douglas, and Tomonobu Kusano,1994)
Thiobacillus adalah organisme autotrofik
obligat, artinya mereka membutuhkan molekul anorganik sebagai donor elektron
dan karbon anorganik (seperti karbon dioksida) sebagai sumber. Mereka
mendapatkan nutrisi dengan mengoksidasi besi dan belerang dengan O2.
Thiobacillus tidak membentuk spora, mereka Gram-negatif Proteobacteria.
Siklus hidup mereka adalah khas bakteri, dengan reproduksi oleh fisi sel.
Dalam metaboliseme Thiobacillus ferrooxidans
tergolong bakteri kemoautotrof. Kemoautotrof adalah organisme yang dapat
memanfaatkan energi dari reaksi kimia untuk membuat makanan sendiri dari bahan
organik. Bakteri kemoautotrof menggunakan energi kimia dari oksidasi molekul
organik untuk menyusun makanannya. Molekul organik yang dapat digunakan oleh
bakteri Thiobacillus ferrooxidans adalah senyawa, belerang, dan besi
.Dalam prosesnya bakteri ini membutuhkan oksigen.
Golongan Thiobacillus genus, juga dikenal sebagai Acidithiobacillus,
tidak mengandung warna, bakteri berbentuk batang . Bakteri ini memiliki
kemampuan untuk memperoleh energi dari oksidasi senyawa sulfur . Oleh karena
itu persyaratan lingkungan termasuk adanya senyawa belerang anorganik. Bakteri
ini pernapasannya preferentially memanfaatkan oksigen sebagai akseptor
elektron terminal (rachel, Klapper.2008)
Thiobacillus adalah genus yang paling penting
dari chemolithotrophs yang memetabolisme belerang. Ini termasuk sel berbentuk
batang motil yang dapat diisolasi dari sungai, kanal, tanah sulfat diasamkan,
drainase limbah tambang dan daerah pertambangan lainnya. Thiobacilli ini
disesuaikan dengan variasi yang luas dari suhu dan pH dan dapat dengan mudah
diisolasi dan diperkaya. (Kelly, DP, dan Wood, AP . 2000)
Bakteri ini dapat melakukan hubungan simbiotik dengan
anggota dari genus acidipilum, sebuag bakteri yang mampu mereduksi besi.
Species lain dari bakteri ini ada juga yang mampu hidup dalam air dan sedimen.
Mekanisme Pemanfaatan T. ferrooxidans dalam pemisahan
logam besi
T. ferroxidans adalah bakteri pelepas logam yang paling
banyak diteliti, berbentuk batang kecil, menyukai temapat yang sangat asam
dengan pH optimum berkisar anatara 1,5-2,5 (chang & Myersonn, 1982).
Bakteri ini mampu mendapatkan energi dari oksida besi ferrp (Fe2+) dan menjadi
ferri Fe3+ dan dengan mengoksidasi bentuk tereduksi sulfur menjadi asam sulfat
(corbelt & Ingledew,1987). T. ferrooxidans adalah bakteri yang
paling aktif di tambang limbah akibat asam dan polusi logam. Situs drainase
tambang asam ekstrim juga mengekspos tingkat tinggi pirit, suatu unsur yang
mudah teroksidasi oleh T. ferrooxidans. Ini kapasitas oksidasi
pirit-telah dimanfaatkan dalam industri desulfurisasi batubara. T. ferrooxidans
digunakan dalam pengolahan mineral industri dan proses bioleaching. Bakteri ini
memiliki kemampuan untuk menyerang sulfida yang mengandung mineral sulfida
larut dan mengkonversi logam seperti tembaga dan seng ke dalam sulfat larut
mereka logam. Logam dipulihkan melalui proses bioleaching termasuk tembaga,
uranium dan emas.
Skema
pemulihan logam dengan proses bioleaching
Skema
bioleaching T.ferroxidans
T. ferrooxidans berasal energi dari oksidasi besi ferro menjadi besi ferri,
dan mengurangi senyawa sulfur menjadi asam sulfat. Deposit belerang bisa
menumpuk di dinding sel bakteri. Produk sampingan lain dari
metabolisme (asam sulfat) kadang-kadang berhubungan dengan korosi oksidatif
dari beton dan pipa. Dalam lingkungan tanah, T. ferrooxidans
berguna sebagai sumber slow release fosfat dan sulfat untuk pemupukan tanah.
(Kuenen, J. Gijs, et al.1992)
Reaksi pelepasan logam biasanya meliputi pengubahan cebakan logam yang tidak
larut, biasanya berupa sulfida, menjadi senyawa yang larut dan logam yang
diinginkan lebih mudah dimurnikan atau diekstrak. Bakteri pelepas logam dapat
melakukan perubahan ini secara langsung dengan mngoksidasi sulfida logam
sehingga terbentuk besi ferri, asam sulfat dan sulfat logam dan hasil logam
tergantung jenis cebakanya (Maha dan cork,1990; torma 1997; Ohmura et all.
1993)
Beberapa
reaksi pelepasan logam sebagai hasil serangan bakteri T. ferrooxidans langsung
adalah ;
4FeS2(pirit
) + 15O2 + H2O à 2 Fe2(SO4)3
+ 2H2SO4….. 1
4CuFeS2
(khalkopirit) + 17 O2 + H2SO4 à4CuSO4 + 2Fe(SO4)3 +
2H2O…2
2FeAsS
(arsenopirit) + 2O2 + H2O à 2FeSO4 + 2 H2SO4 …3
CuS
(kovelit) + 2O2 à CuSO4 ……4
Pelepasan logam dari mineral oleh bakteri dapat juga secara tidak langsung.
Seperti diperlihatkan pada reaksi berikut ;
4FeS2
(pirit) + 2Fe(SO4)3 à 6Fe(SO4) + 4S……..
5
CuS
(kovelit) + Fe2 (SO4)3 à CuSO4 +
2F(SO4) + S………..6
Besi
ferri dan asam sulfat terbentuk melalui oksidasi langsung sulfide logam mampu
mengokidasi sendiri cebakan tertentu untuk membentuk oksidasi dan sulfat yang
larut dalam larutan asam
Dengan menggunakan beberapa bakteri aerobik ototrofik yaitu
Thiobacillus ferrooxidans. Spesies bakteri ini bila ditumbuhkan dalam keadaan
lingkungan yang mengandung biji tembaga atau besi akan menghasilkan asam dan
mengksidasikan biji tersebut disertai pengendapan atau pemisahan logam besinya.
Proses ini yang dinamakan pelindian atau bleaching. Dengan teknik ini dapat
memperbaiki cara pemisahan logam dari biji dan tidak mengakibatkan polusi udara
(Waluyo,Lud.2005)..
Oksidasi dan reduksi besi oleh Bakteri T. ferrooxidans
Dalam
kondisis aerobik, bakteri Thiobacillus ferooxidans dapat menggunakn
energi dari mengisolsidasi Fe2+ (Waluyo,Lud.2009).
Proses tersebut diantarannya :
Oksidasi
pyrit (FeS2) menjadi SO42- dan Fe3+ dilakukan
bakteri tersebut jika kondisis lingkungan dengan keasaman tinggi. Thiobacillus
ferroxidans mengoksidasi besi dalam bentuk ferro sulfat untuk mengahasilkan
ferri sulfat.
4FeSO4
+ 2 H2SO4 + O2 à 2 Fe2
(SO4)3 + 2 H2O
Ferri
sulfat mempengaruhi keasaman setelah menghidrolisi ke bentuk ferri hidroksida.
2
Fe2(SO4)3 + 12 H2O -à 4 Fe (OH)3
+ 6 H2SO4
Apakah
keuntungan dari proses oksidasi Fe2+ ? mikrobe akan mendapatkan
tambahn energi. Ion Fe 3+ yang terbentuk secara fisik akan
melindungi mikroba dan meningkatkan stabilitas mikrokoloni pada permukaan benda
padat. (Waluyo,lud. 2009).
Aplikasi bioleaching secara umum :
Pembakaran pirit (FeS2)
Pada
langkah pertama, disulfide secara spontan dioksidasi menjadi tiosufat oleh besi
ferri (Fe3+), yang kemudian akan dikurangi untuk memeberikan besi
ferrous (Fe2+)
FeS2
+ 6 Fe3+ + 3 H2- à 7 Fe 2- + S2O3
2- + 6 H-
(1) spontan
Besi
ferrous ini kemudian dioksidasi oleh bakteri aerob :
4Fe2+
+ O2 + 4H+ à 4Fe3- + 2H2O
(2) Oksidasi besi
Tiosulfat
juga dioksidasi oleh bakteri untuk memberikan sulfat ;
S2o32-
+ 2O2 + H2O à 2SO4 2- + 2H-
(3) oksidasi belerang.
Besi-besi
dihasilkan dalam reaksi 2 sulfida teroksidasai lebih seperti pada reaksi
1, menutup siklus dan diberi reaksi bersih
2
FeS2 + 7O2 + 2H2O à 2Fe2+ + 4SO4
2- + 4H-
(4)
Produk
bersih reaksi yang larut yaitu ferro sulfat dan asam sulfat.
Proses
oksidasi mikroba terjadi pada membrane sel bakteri. Bebrapa electron masuk ke
dalam sel yang digunakan dalam proses biokimia unutk menghasilkan energy bagi
bakteri sementara mengurangi oksigen ke air. Reaksi kritis adalah oksidasi
sulfide dengan besi besi. Peran utma dari bakteri adalah langkah regenerasi
reakttran ini. Proses untuk tembaga sangat mirip, namun efisiensi dan kinetika
tergantung pada mineral temabah. Mineral temabaga utama kalkopirit (CuFeS2)
jumlah melimpah dan sanagt efisien. Pencucian CuFeS2 terdiri dari 2
tahap yaitu menajdi teralrut dan kemudian lebih lanjur oksidasi, dengan Cu2+
ion yang tertinggal dalam larutan (Novi hidayatullah, dkk.2011).
Pencucian kalkopirit ;
CuFeS2
+ 4 Fe3+ à Cu2- + 5Fe2- + 2 S
(1) spontan
4Fe2+
+ O2 + 4 H+ à 4 Fe 3- + 2 H2O
(2) oksidaisi besi
2
S + 3O2 + 2H2O à 2 SO4 2- + 4 H-
(3) oksidasi belerang
CuFeS2
+ 4 O2 à Cu2- + Fe 2- + 2 SO4 2-
(4) Reaksi berakhir
Secara
umum, sulfide yang pertama dioksidsi menajdi sulfur elemental, sedangkan
sulfide yang teroksidasi untuk membentuk tiosulfat, dan proses ini dapat
diterapkan pada biji sulfide lain. Dalam hal ii tujuan tunggal langkah bakteri
adalah regenerasi Fe 3+ sulfidik bijih besi dapat ditambhakan untuk mempercepat
proses dan menyediakan sumber besi. (Novi hidayatullah, dkk.2011).
Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Bakteri Thiobacillus
ferrooxidans
Keuntungan
·
Kehadiran bakteri secara signifikan dapat meningkatkan
kecepatan proses pencucian secara keseluruhan
·
Thiobacillus ferrooxidans akan mengoksidasi senyawa besi
belerang (besi sulfida) di sekelilingya. proses ini membebaskan sejumlah energi
yang akan digunakan untuk membentuk senyawa yang diperlukan dan menghasilkan
senyawa asam sulfat dan besi sulfat. kedua senyawa ini akan menyerang bebatuan
di sekitar tembaga sehingga dapat lepas dari bijinya.
·
Thiobacillus ferrooxidans akan mengubah tembaga sulfida yang
tidak larut dalam air menjadi tembaga sulfat yang larut dalam air. Ketika
air mengalir melalui batuan, senyawa tembaga sulfat akan ikut terbawa dan
lambat laut terkumpul dalam kolam berwarna biru cemerlang
·
Dalam lingkungan tanah, T.ferrooxidans berguna
sebagai sumber slow release fosfat dan sulfat untuk pemupukan tanah. (Kuenen,
J. Gijs, et al.1992)
·
Thiobacillus ferroxidans merupakan bakteri kemolitotrof,
dimana bakteri kemo dapat mengambil dan mngumpulkan io-ion logam beracun
sehingga bermanfaat untuk memindahkan polutan dari air limbah. usaha
memperbaiki kualitas lahan termasuk tanah dan air serta pencemaran dengan
menggunakan mikroorganisme disebut bioremediasi (wujaya,jati.2008).
·
Thiobacillus dapat membantu produsen logam menghemat energi, mngurangi
polusi dan demikian menekan biaya produksi(Majalah Tempo,2010).
·
Dalam hal tujuan tunggal langkah bakteri adalah regenerasi
Fe 3+ sulfidik bijih besi dapat ditambhakan untuk mempercepat proses dan
menyediakan sumber besi
Kerugian
Bakteri Thiobacillus ferrooxidans pengoksidasi Fe
(mengubah Fe3+ yang bersifat sebagai ion terlarut menjadi Fe (OH)3)
yang bersifat tidak larut) dapat menimbulkan korosi. Prose korosi secara
mikrobiologis tidak berarti logam tersebut dimakan oleh mikroorganisme tetapi
akibat pertumbuhan mikrobe tersebut yang mengahsilakn senyawa, Yang bersifat
korosif misalnya asam (Waluyo,Lud.2009). Produk sampingan lain dari metabolisme
(asam sulfat) bakteri T. ferrooxidans kadang-kadang berhubungan dengan korosi
oksidatif dari beton dan pipa. (Kuenen, J. Gijs, et al.1992). Hal ini
disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam melalui reaksi
redoks untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto,MAK.2003.
Mikrobiologi Terapan. Malang : UMM press.
Chang YC,Myerson AS. 1982.
Growth models of continus bacterial leaching of
ron pyrite by Thibacillus ferrooxidans.
Biotechnol. Bioeng. 24;889.
Corbet Cm, ingledew Wj.
1987. Is Fe 2+/3+ ycling an intermediate in sulphur oxidation by Fe2+ grown
thibacillus ferroxidans. Biochem. Biophys. Acta. 128;522-534
Kelly, DP, dan Wood, AP
(2000). “Reklasifikasi dari beberapa spesies Thiobacillus ke Acidithiobacillus
genera baru ditunjuk gen. November,. Halothiobacillus
gen. November dan Thermithiobacillus
gen. November “. Int. J. Syst. Evol. . Microbiol 50:
489-500. PMID 10758851
Kuenen, J. Gijs, et
al. “The Genera Thiobacillus, Thiomicrospira, and Thiosphaera.” The
Prokaryotes. Ed. Albert Balows, et al. New
York: Springer-Verlog, 1992. 2638-9, 2650
Lundgren DG, silver. 1980.
Ore leaching by bacteria. Ann. Rev. microbiol. 34;263-283
Maha A, Cork Dj.1990.
Introduction to sulfur microorganism and their applications in the
enviroment and industry. Development in industial Microbiology 31 (5); 99-102.
Miller Kw, Risatti JB.
1988. Microbils oxidation of Pyrrhotites in coal chars. Fuel 67 ; 1150-1154.
Novi hidayatullah,
dkk.2011. Makalah Mikrobiologi Industri Bioleaching. Jurusan biologi
FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta
Ohmura n, kitamura K, Siki
H. 1983. Mechanishm Of Microbila Flotation using Thiobacillus ferrooxidans fir
pyrite suspension . biotec . bIoeng. 41;671-676.
Pasir, W. & Bock, E.
(1987). “Biotest System Untuk Evaluasi Cepat Dari Perlawanan Beton Untuk
Belerang-pengoksidasi Bakteri” Bahan Kinerja 26 (3):. 14-17
Rachel Klapper.2008. Thiobacillus
ferrooxidans http://web.mst.edu/~microbio/BIO221_2008/T_ferrooxidans.html
Rawlings, Douglas, and
Tomonobu Kusano. “Molecular Genetics of Thiobacillus ferroxidans.” Microbial
Review 58.1 (1994): 39-55. 30 Mar.
2008. <http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=372952>
Smith JE. 2004. Biotechnology;
Studies in Biology. Ed ke-4. Cambridge: Inggris.
Waluyo,Lud. 2010. Teknik
dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang: UMM Press.
Waluyo,Lud. 2009.
Mikrobiologi Lingkungan. Malang : UMM Press
Waluyo,Lud. 2005.
Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press
Wujaya,jati.2008. Biologi
Interaktif. Jakarta ; Penerbit Ganeca
JudulTempo, Volume 14
PenerbitBadan Usaha Jaya Press Jajasan Jaya Raya, 1985Asli dari Universitas
Michigan Didigitalkan11 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar