Pakan merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi produktifitas ternak. Pakan yang berkualitas baik dan kecukupan akan berpengaruh positif pada peningkatan hasil
ternak. Untuk hasil optimal, selain pakan hijauan, ternak juga perlu diberi
pakan konsentrat.
Namun ketersedian pakan hijauan dalam hal ini
rumput-rumputan terkadang mengalami keterbatasan, terutama pada musim kemarau.
Keadaan semacam ini menjadikan peternak berniat untuk menjual ternaknya, selain
karena desakan kebutuhan ekonomi. Disisi lain, harga pakan konsentrat semakin
melambung dan semakin tidak terjangkau oleh peternak kecil. Bagi perusahaan
peternakan yang besar, harga pakan yang tinggi juga akan meningkatkan
pembengkakan biaya operasional yang pada akhirnya akan menurunkan angka
pendapatan.
Mengingat pentingnya pakan,
maka ketersediaan pakan selama pemeliharaan harus selalu ada, baik pakan
hijauan maupun pakan konsentrat. Selain hijauan, ketersedian pakan juga dapat
dicukupi dengan limbah produksi maupun industri pertanian. Adapun limbah
pertanian yang dapat digunakan sebagai pakan antara lain : jerami padi,
bekatul/ dedak, jerami jagung, jenggel jagung, pucuk tebu, dan masih banyak
lagi. Sedangkan dari hasil industri dapat berupa ampas tahu, ampas tempe dan
lain-lain.
Untuk meningkatkan kualitas dan untuk mendapatkan nilai
pakan yang ekonomis dibutuhkan suatu pengolahan, sehingga secara tidak langsung
dibutuhkan suatu teknologi pengolahan limbah produksi maupun industri
pertanian untuk pakan ternak.
PAKAN RUMINANSIA
Berbeda dengan unggas, ternak ruminansia mempunyai kelebihan dalam hal
pencernaan, yaitu memiliki lambung ganda yang mempunyai daya cerna lebih
komplek terhadap pakan. Secara umum pakan ternak
ruminansia dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu pakan hijauan dan pakan
konsentrat. Pakan hijauan dapat berupa hijauan segar dan hijauan kering.
Sedangkan pakan konsentrat dapat berupa dari biji-bijian, bungkil dari hasil
dan atau limbah produksi atau industri pertanian.
I. Pakan Hijauan
Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula
sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energi. Berdasarkan
kadar airnya, pakan hijauan dapat dibedakan menjadi hijauan segar, hijauan
kering dan atau jerami.
Hijauan segar
Merupakan bahan pakan yang diberikan dalam bentuk segar.
Berdasarkan jenisnya hijauan segar dapat dikelompokkan atas rumput-rumputan, kacang-kacangan
dan daun-daunan.
a. Rumput-rumputan: Rumput Gajah (Pennisetum
purpureum), rumput Benggala (Penicum maximum), rumput Setaria (Setaria
sphacelata), rumput Brachiaria (Brachiaria decumbens), rumput Mexico
(Euchlena mexicana) dan rumput lapangan yang tumbuh secara liar.
b. Kacang-kacangan: lamtoro (Leucaena
leucocephala), stylo (Sty-losantes guyanensis), centro (Centrocema
pubescens), Pueraria phaseoloides, Calopogonium muconoides dan
jenis kacang-kacangan lain.
c. Daun-daunan: daun nangka, daun pisang, daun
turi, daun petai cina dan lain-lain.
Hijauan kering dan
Jerami
Termasuk ke dalam kelompok ini adalah semua jenis jerami
dan hijauan pakan ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat kasarnya
lebih dari 18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan).
II. Pakan Konsentrat
(Pakan Penguat)
Konsentrat merupakan pakan yang mempunyai konsentrasi
tinggi baik protein atau energi. Konsentrat dapat berasal dari 1 bahan pakan
atau lebih.
Pakan konsentrat dapat
dibedakan menjadi :
Sumber energi
Merupakan bahan pakan ternak yang kandungan protein
kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%.
Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi empat
kelompok, yaitu:
a. Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
b. Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
c. Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil
sampingannya)
d.
Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput
benggala dan rumput setaria).
Sumber protein
Merupakan bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan
protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).
Pengolahan Limbah Pertanian Untuk Pakan Ternak
Tujuan pengolahan limbah pertanian sebagai pakan ternak
adalah untuk meningkatkan kualitas nutrisi dari limbah itu sendiri, karena
kebanyakan limbah pertanian mengandung serat kasar yang tinggi dan daya cerna
yang rendah. Teknologi pengolahan dapat dilakukan dengan beberapa cara :
-
secara
fisik : pemotongan pakan menjadi ukuran yang lebih kecil
sebelum diberikan pada ternak untuk memberi kemudahan dalam mengkonsumsi.
-
secara
kimiawi : menambah beberapa bahan kimia pada bahan pakan untuk
meningkatkan kadar nitrogen dalam pakan. Urea merupakan bahan kimia yang sering
digunakan.
-
Secara
biologi : memanfaatkan mikrobia dalam menghasilkan enzim selulase
untuk menurunkan kandungan serat kasar.
Beberapa teknik pengolahan bahan pakan yang mudah
dilakukan di lapangan adalah:
a) Pembuatan Hay
Hay merupakan pengolahan pakan dalam bentuk kering
berkadar air 20-30%. Tujuan pembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan (pada
waktu panen yang berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu
sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim
kemarau.
Ada 2 metode pembuatan Hay yang dapat diterapkan yaitu:
Metode Hamparan
Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara
meghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari.
Setiap hari hamparan di balik-balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara
ini biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda: warna kecoklat-coklatan).
Metode Pod
Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat
menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1 - 3 hari (kadar air ± 50%).
Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga (berkadar
protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang
diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan menyebabkan
turunnya palatabilitas dan kualitas.
b) Pembuatan
Silase
Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan
(rumput-rumputan atau leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami
proses ensilase. Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim
kemarau atau ketika penggembalaan ternak tidak mungkin dilakukan.
Prinsip utama pembuatan silase:
1. menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman.
2.
mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi kedap udara.
3. menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.
Pembuatan silase pada temperatur 27-35oC,
menghasilkan kualitas yang sangat baik. Hal tersebut dapat diketahui secara organoleptik,
yakni:
1. mempunyai
tekstur segar
2. berwarna
kehijau-hijauan
3. tidak berbau
4. disukai ternak
5. tidak berjamur
6. tidak
menggumpal
Beberapa metode dalam pembuatan silase:
1. Metode Pemotongan
- Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm
- Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastik
- Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak)
- Tutup dengan plastik dan tanah
2. Metode Pencampuran
Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum dipadatkan
(bertujuan untuk mempercepat fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan bakteri pembusuk,
meningkatkan tekanan osmosis sel-sel hijauan. Bahan campuran dapat berupa:
asam-asam organik (asam formiat, asam sulfat, asam klorida, asam propionat),
molases/tetes, garam, dedak padi, menir /onggok dengan dosis per ton hijauan
sebagai berikut :
- asam organik :
4-6kg
- molases/tetes :
40kg
- garam :
30kg
- dedak padi :
40kg
- menir :
35kg
- onggok :
30kg
Pemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara
merata ke seluruh hijauan yang akan diproses. Apabila menggunakan molases/tetes
lakukan secara bertahap dengan perbandingan 2 bagian pada tumpukan hijauan di
lapisan bawah, 3 bagian pada lapisan tengah dan 5 bagian pada lapisan atas agar
terjadi pencampuran yang merata.
3. Metode Pelayuan
- Hijauan
dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan kering 40% - 50%.
- Lakukan seperti metode pemotongan
c) Amoniasi
merupakan pengolahan bahan pakan limbah pertanian (jerami)
dengan penambahan bahan kimia. Bahan kimia yang dapat digunakan antara lain
kaustik soda (NaOH), sodium hidroksida (KOH) atau urea (CO(NH2)2. Diantara
bahan tersebut yang sering digunakan adalah urea karena dinilai lebih ekonomis
dan relatif mudah didapat dikalangan petani. Pemakaian urea untuk amoniasi
tidak boleh berlebih karena akan bersifat toksit pada ternak, sehingga
pemakaiannya harus dibatasi. Untuk setiap 100 kg jerami dapat menggunakan 4 kg
urea yang diencerkan dengan 1 liter air.
PEDOMAN TEKNIS
1. Kebutuhan Pakan
Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh
kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat
bergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting,
menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya
(temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor
ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula.
Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional
(National Research Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap
pakan dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia. Rekomendasi
tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan kebutuhan nutrisi
ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh bahan-bahan pakan yang
sesuai/bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh di lapangan.
2. Konsumsi Pakan
Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan
sakit/sedang berproduksi), mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai
dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan pertumbuhan,
perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi
pakannya pun akan meningkat pula.
Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia
sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal
(kondisi ternak itu sendiri).
a) Temperatur
Lingkungan
Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki
temperatur lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan
sedang berproduksi maupun tidak. Kondisi lingkungan tersebut sangat bervariasi
dan erat kaitannya dengan kondisi ternak yang bersangkutan yang meliputi jenis ternak,
umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan penutup tubuh (kulit, bulu),
tingkat produksi dan tingkat kehilangan panas tubuhnya akibat pengaruh
lingkungan.
Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya,
maka akan terjadi pula perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak
biasanya menurun sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi temperatur
lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi kelebihan panas, sehingga
kebutuhan terhadap pakan akan turun. Sebaliknya, pada temperatur lingkungan
yang lebih rendah, ternak akan membutuhkan pakan karena ternak membutuhkan
tambahan panas. Pengaturan panas tubuh dan pembuangannya pada keadaan
kelebihan panas dilakukan ternak dengan cara radiasi, konduksi, konveksi dan
evaporasi.
b) Palatabilitas
Palatabilitas merupakan sifat performansi
bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki
oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti
kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya.
Hal inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk
mengkonsumsinya.
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan
hambar daripada asin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur
baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi.
c) Selera
Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya
dengan keadaan “lapar”. Pada ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf
(hyphotalamus) yang menstimulasi keadaan lapar. Ternak akan berusaha mengatasi
kondisi ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini, kadang-kadang
terjadi kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan ternak itu sendiri.
d) Status
fisiologi
Status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis
kelamin, kondisi tubuh (misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat
mempengaruhi
konsumsi pakannya.
e) Konsentrasi
Nutrisi
Konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap
konsumsi pakan adalah konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan.
Konsentrasi energi pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya.
Makin tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan menurun.
Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika konsentrasi energi yang
dikandung pakan rendah.
f) Bentuk Pakan
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran
(hijauan yang dibuat pellet atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan
seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah
dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu, rumput yang diberikan sebaiknya
dipotong-potong menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm.
g) Bobot Tubuh
Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat
konsumsi pakannya. Makin tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi
terhadap pakan.
Meskipun demikian, kita perlu mengetahui satuan
keseragaman berat badan ternak yang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat badan
metabolis” yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut. Berat badan ternak dapat
diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek di lapangan, berat badan ternak
dapat diukur dengan cara mengukur panjang badan dan lingkar dadanya. Kemudian
berat badan diukur dengan menggunakan formula:
Berat badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada2 (inci)
/ 661
Berat badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan
cara
meningkatkan berat badan dengan nilai 0,75
Berat Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75
h) Produksi
Ternak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan
berat badan (ternak potong), air susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja)
atau kulit dan bulu/wol. Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula
kebutuhannya terhadap pakan. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi (disediakan)
lebih rendah daripada kebutuhannya, ternak akan kehilangan berat badannya (terutama
selama masa puncak produksi) di samping performansi produksinya tidak optimal.
3. Kandungan Nutrisi Pakan Ternak
Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja
kita berikan kepada ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung
unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada
jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan
mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam
bahan pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat
dan vitamin.
Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi
berperan sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan
hidup dan berproduksi secara normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat
diketahui melalui proses analisis terhadap bahan pakan yang dilakukan di
laboratorium. Analisis itu dikenal dengan istilah “analisis proksimat”.
4. Peralatan Pembuatan Pakan Ternak
1) Macam-Macam
Silo
Silo dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk tergantung
pada lokasi,
kapasitas, bahan yang digunakan dan luas areal yang
tersedia. Beberapa
silo yang sudah dikenal adalah:
a. Pit Silo: silo yang dirancang berbentuk
silindris (seperti sumur) dan di bangun di dalam tanah.
b. Trech Silo: silo yang dibangun berupa parit
dengan struktur membentuk huruf V.
c. Fench Silo: silo yang bentuknya menyerupai
pagar atau sekat yang terbuat dari bambu atau kayu.
d. Tower Silo: silo yang dirancang membentuk
sebuah menara menjulang ke atas yang bagian atasnya tertutup rapat.
e. Box Silo: silo
yang rancangannya berbentuk seperti kotak.
2) Cara
Memformulasi Pakan
Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu
menggunakan Tabel Patokan Kebutuhan Nutrisi. Sebagai contoh kebutuhan nutrisi
dalam penyusunan ransum bagi sapi perah adalah sebagai berikut :
Sapi perah betina muda berat 350 kg, satu setengah bulan
menjelang beranak (melahirkan pada umur 36 bulan), membutuhkan pakan dengan kandungan
nutrisi sebagai berikut:
a.
Kebutuhan hidup pokok dan reproduksi: Bahan Kering=6,4 Kg, ME=13 Mcal,
Protein=570 gram, mineral=37 kg.
b.
Laktasi I: Bahan Kering=1,0 Kg, ME=2,02 Mcal, Protein=93,6 gram, Mineral=5 kg.
c.
Sehingga jumlah Bahan Kering=7,4 kg, ME=15,02 kg, Protein=663,6 gram,
Mineral=42 gram.
Dari kebutuhan nutrisi tersebut, kebutuhan pakannya dapat
diformulasikan dengan suatu metode. Misalnya bahan-bahan pakan yang tersedia
adalah:
a. Rumput
gajah: Bahan Kering=16%, ME=0,33 Mcal, Protein=1,8 gram%BK, Mineral=2,5 gram%BK
b. Rumput
Kedele: Bahan Kering=93,5%, ME=3,44 Mcal, Protein=44,9 gram%BK, Mineral=6,3
gram%BK
c.
Bungkil kelapa: Bahan Kering=86%, ME=2,86 Mcal, Protein=18,6 gram%BK, Mineral=5,5
gram%BK
Rumput gajah akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
bahan kering sebanyak 80%= 80/100X7,4 kg = 5,92 kg BK.
Maka kandungan protein yang sudah dapat dipenuhi rumput
adalah: sebanyak = 1,8/100 X 5,92 kg = 106,56 gram protein.
Kekurangan:
Bahan kering = 7,4 - 5,92 kg = 1,48 kg
Protein = (663,6 - 106,56) gram = 557,04 kg atau
557,04/1480 X 100% = 37,64%.
Bungkil kedelai akan memenuhi kekurangan tersebut
sejumlah: 19,04/26,3 X 1,48 kg = 1,07 kg BK.
Bungkil kelapa akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah:
7,26/26,3 X 1,48 kg = 0,41 kg BK.
Jadi, jumlah bahan pakan segar yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan ternak dengan kondisi tersebut di atas adalah:
Rumput gajah = 5,92 X 100/16 kg = 37 kg
Bungkil kedelai = 1,07 X 100/93,5 kg = 1,14 kg
Bungkil kelapa = 0,41 X 100/86 kg = 0,48 kg.
d) Pakan Pemacu
Merupakan sejenis pakan yang berperan sebagai pemacu
pertumbuhan dan peningkatan populasi mikroba di dalam rumen, sehingga dapat merangsang
penambahan jumlah konsumsi serat kasar yang akan meningkatkan produksi.
Molases sebagai
bahan dasar pakan pemacu merupakan bahan pakan yang dapat difermentasi dan
mengandung beberapa mineral penting. Dapat memperbaiki formula menjadi lebih
kompak, mengandung energi cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan palatabilitas
serta citarasa.
Urea merupakan
bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi. Setiap kilogram
urea mempunyai nilai yang setara dengan 2,88 kg protein
kasar (6,25X46%). Dalam proporsi tertentu mempunyai
dampak positif terhadap peningkatan konsumsi serat kasar dan daya cerna.
1. Proses Pembuatan
Dilakukan dalam suasana hangat dan bertahap :
- Molases (29% dari total formula) dipanaskan pada suhu ±
50 derajat C.
- Buat campuran I (tapioka 16%, dedak padi 18%, bungkil
kedelai 13%).
- Buat campuran II (urea: 5%, kapur 4%, garam 9%).
- Buat campuran III (tepung tulang 5% dan mineral 1%).
- Buat campuran IV dari campuran I, II, III yang diaduk
merata.
-
Masukkan campuran IV sedikit sedikit ke dalam molases, diaduk hingga merata
(±15 menit).
- Masukkan dalam mangkok/cetakan kayu beralas plastik dan
padatkan.
- Simpan di tempat teduh dan kering.
2. Kualitas Nutrisi
Hasil analisis proksimat, pakan pamacu yang dibuat dengan
formulasi tersebut mempunyai nilai nutrisi sebagai berikut: Energi 1856 Kcal, protein
24%, kalsium 2,83% dan fosfor 0,5%.
3. Jumlah dan Metode Pemberian
Pemberian pakan pamacu dapat meningkatkan konsentrasi
amonia dalam rumen dari (60-100) mgr/liter menjadi 150-250 mgr/liter. Jumlah pemberian
pakan pemacu disesuaikan dengan jenis dan berat badan ternak. Untuk ternak
ruminansia kecil (domba/kambing) maksimum 4 gram untuk setiap berat badan.
Untuk ternak ruminansia besar (sapi) 2 gram untuk setiap berat badan dan 3,8
gram untuk kerbau. Pemberian pakan pemacu sangat cocok bagi ternak ruminansia
yang digembalakan dan diberi sisa tanaman pangan seperti jerami atau bahan
pakan berkadar protein rendah.
e) Pakan Penguat
Pakan penguat atau konsentrat yang berbentuk seperti
tepung adalah sejenis pakan komplet yang dibuat khusus untuk meningkatkan produksi
dan berperan sebagai penguat. Mudah dicerna, karena terbuat dari campuran
beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian, sumber protein jenis bungkil,
kacang-kacangan, vitamin dan mineral). Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan pakan penguat:
1. Ketersediaan Harga Satuan Bahan Pakan
Beberapa bahan pakan mudah diperoleh di suatu daerah,
dengan harga bervariasi, sedang di beberapa daerah lain sulit didapat. Harga perunit
bahan pakan sangat berbeda antara satu daerah dan daerah lain, sehingga
keseragaman harga per unit nutrisi (bukan harga per unit berat) perlu dihitung
terlebih dahulu.
2. Standar kualitas Pakan Penguat
Kualitas pakan penguat dinyatakan dengan nilai nutrisi
yang dikandungnya terutama kandungan energi dan potein. Sebagai pedoman, setiap
Kg pakan penguat harus mengandung minimal 2500 Kcal energi dan 17% protein,
serat kasar 12%.
3. Metode dan Teknik Pembuatan
Metode formulasi untuk pakan penguat adalah metode
simultan, metode segiempat bertingkat, metode aljabar, metode konstan kontrol, metode
ekuasi atau metode grafik.
4. Prosedur Memformulasi
- Buat
daftar bahan pakan yang akan digunakan, kandungan nutrisinya (energi, potein),
harga per unit berat, harga per unit energi dan harga per unit protein.
- Tentukan standar kualitas nutrisi pakan penguat yang
akan dibuat.
- Memformulasi, dilakukan pada form formulasi.
-
Tentukan sebanyak 2% (pada kolom %) bahan pakan sebagai sumber vitamin dan
mineral.
-
Tentukan sebanyak 30% bahan pakan yang mempunyai kandungan energi lebih tinggi daripada
kandungan energi pakan penguat, tetapi harga per unit energinya yang paling
murah (dapat digunakan lebih dari 1 macam bahan pakan).
-
Tentukan sebanyak 18% bahan pakan yang mempunyai kandungan protein lebih tinggi
daripada kandungan protein pakan penguat, tetapi harga per unit proteinnya
paling murah.
-
Jumlahkan (% bahan, Kcal energi, % protein dan harganya), maka 50% formula
sudah diperoleh.
- Lakukan
pengecekan kualitas dengan membandingkan kualitas nutrisi %0% formula dengan
kualitas nutrisi 50% pakan penguat.
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
6.1. Analisis Usaha Budidaya
…
6.2 Gambaran Peluang Agribisnis
Pakan mengambil 70% dari total biaya produksi peternakan,
sehingga tetap menjadi aktual untuk dijadikan suatu bisnis yang sangat cerah.
Salah satu yang memungkinkan proses agroindutri yang akan menjadi peluang
bisnis yang bagus yaitu mewujudkan industri pakan blok. Selain dari pada itu
telah banyak dilakukan penelitian terapan dibidang pakan blok yang sangat
mungkin dikembangkan.
7. DAFTAR PUSTAKA
Kartadisastra,
H.R. (1997). Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternak Ruminansia
(Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta, Kanisius
Budi Pratomo (1986). Cara Menyusun ransum ternak. Poultri
Indonesia.
Suara Karya, 3 Maret 1992. Mengenal Pakan
Ternak Jenis Unggul.
Neraca, 6 Juni 1991. Jenis Pakan Yang Cocok Untuk Ternak.
Suara Karya, 19 Januari 1993. Memanfaatkan Sisa Pakan.
Suara Karya, 2 Juni 1992. Silase, Pakan Ternak Musim
Kemarau.
Neraca,
1 Juli 1991. Pemgolahan Jerami Menjadi Pakan Yang Disukai ternak.
Pikiran
Rakyat, 21 Mei 1990. Perlakuan Khusus Terhadap Biji-bijian Bahan Pakan Ternak.
Neraca, 20 juli 1990. Pembuatan Hijauan
Makanan Ternak.
Suara Karya, 15 September 1992. Cara Menanam
Rumput Gajah.
Kedaulatan
Rakyat, 21 Juni 1990. Prospek Industri Makanan Ternak Limbah Coklat di Wonosari
Cerah.
KONTAK HUBUNGAN
1) Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda
Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
2) Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta
10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs
Web: http://www.ristek.go.id Jakarta,
Maret 2000
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
Editor : Kemal Prihatman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar